x

Iklan

Adi Prima

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tangis Pembangunan di NKRI

Cepat sekali rasanya, beberapa menit yang lalu saya hanya mendengar info ada masyarakat yang tidak sadarkan diri, sekarang saya menyaksikan keluarga bersed

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

MENTAWAI. Sekitar pukul empat sore, Jumat (15/12), terdengar percakapan warga Dusun Berkat dengan Dusun Turonia di Radio basis station VHF atau Radio RIG. Warga menginformasikan ada anak kecil tenggelam dalam sumur dan tidak sadarkan diri. Dusun Turonia! Dusun Turonia! Pak Rohel! Monitor! Di sini Dusun Berkat memanggil, ganti!”

“Silahkan masuk yang memanggil Dusun Turonia, di sini operator Rohel, ganti!”

“Baik Pak Rohel, saya ingin menginformasikan ada warga kami yang tenggelam dan tidak sadarkan diri. Saat ini keluarga dan korban sudah berangkat dengan boat menuju Dusun Mapaddegat. Apa bisa dimonitor Pak Rohel? Ganti!”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Baik Pak! Dimonitor dengan jelas sekali informasinya. Akan saya bantu hubungi Ambulance RSUD atau Puskesmas, Ganti!

“Baik Pak Rohel, terima kasih sekali untuk bantuannya, saya undur diri dulu, 10.23! (posisi stand by-red)”

“Dicopy yang sama pak!”

Jarak tempuh dari Dusun Berkat ke Dusun Mapaddegat, lebih kurang 30 - 45 menit menggunakan boat. Jalur laut masih menjadi prioritas warga jika keluar dari dusun karena jalur darat hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor, itu pun tergantung kondisi cuaca.

Setelah mendengar komunikasi warga di Radio RIG, bersama salah seorang rekan sekantor, Irwan Duha (29) saya segera menuju Dusun Mapaddegat. Kami ingin melihat kondisi anak yang diinformasikan tidak sadarkan diri itu. Hampir seluruh warga Dusun Berkat adalah warga dampingan kami untuk sosialisasi pengurangan risiko bencana gempa dan tsunami. Salah satu bentuk kegiatan yang kami lakukan adalah pemasangan Radio RIG di dusun yang belum ada akses komunikasi.

 

 

Evakuasi korban dari boat ke ambulance ( foto : Adi Prima) 

Evakuasi dari boat ke ambulance, Jumat (15/12) ( foto : Adi Prima)

Boat kayu belum sepenuhnya bersandar, Irwan segera menyambut tubuh anak kecil yang terbaring lemah. Ia lalu berlari mengantarkan tubuh kecil itu ke ambulance yang sudah menunggu. Seluruh keluarga berangkat duluan menuju RSUD.

“Sebelum kita menyusul ke RSUD, boat sebaiknya kita tarik ke atas, supaya tidak terseret gelombang pasang laut yang mulai naik,” Ucap Irwan.

Setelah mengamankan boat, saya dan Irwan bergegas menuju RSUD Mentawai. Baru saja motor yang kami kendarai memasuki gerbang RSUD, pemandangan yang tidak ingin saya lihat menjadi kenyataan. Keluarga menangis dan tubuh si anak sudah dibalut dengan kain. Reza Sababalat (6), tidak tertolong. Ambulance pun bersiap untuk mengantar kembali.

Cepat sekali rasanya, beberapa menit yang lalu saya hanya mendengar info ada masyarakat yang tidak sadarkan diri, sekarang saya menyaksikan keluarga bersedih karana kehilangan anaknya.

Ini pasti karena pertolongan yang lambat! Ini pasti karena jalan yang belum ada! Ini pasti petugas kesehatan tidak ada, atau petugas tidak punya kapasitas melakukan pertolongan pertama di Dusun! Kenapa tidak ada petugas kesehatan dusun mendampingi korban dan keluarga? Pertolongan apa yang telah didapat korban sebelum ia sampai ke RSUD? Tidak adakah boat yang lebih cepat di dusun untuk mengantar warga ketika kondisi darurat? Bermacam-macam tuduhan muncul di kepala. Sadar diri, tugas saya bukanlah mencari kesalahan dan kelalaian siapa.

 

MEMBANGUN BERSAMA

Kejadiaan ini harus saya beritakan, bagaimana penuh tantangannya masyarakat NKRI yang tinggal di pulau-pulau terluar. Yang dialami keluarga Usman (39), adalah contoh yang jelas.

Menjadikan pulau terluar prioritas dalam pembangunan, sepertinya tidak cukup. Pembangunan di pulau terluar harus super prioritas! Pembangunan di pulau terluar tidak hanya bicara meningkatkan taraf hidup atau ekonomi saja, tapi ini juga berbicara menyelamatkan nyawa masyarakat Indonesia.

Tidak hanya di Kepulauan Mentawai, semua daerah di NKRI yang masih minim sarana dan prasarana, percepatan pembangunan demi kelancaran akses harus mendapatkan perhatian lebih. Semoga dengan perhatian yang lebih terhadap pembangunan di pulau terluar, bisa merekatkan masyarakat pulau terluar terhadap NKRI yang ‘hampir’ saja melupakan mereka. Adi Prima.

Ikuti tulisan menarik Adi Prima lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu