x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ada Agenda Tersembunyi PDIP di Balik Pilgub Jabar Kali Ini

Dengan mengusung TB Hasanudin yang elektabilitasnya kurang memuaskan, kemungkinan besar PDIP hanyalah sekedar ikut meramaikan saja dalam Pilgub Jabar 2018

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menghadapi Pilgub Jabar 2018, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sepertinya begitu percaya diri. Tanpa menggandeng parpol lain untuk berkoalisi, parpol yang dinakhodai Megawati Soekarno Putri, ini mengusung jagoannya sendiri.  Ketua DPD PDIP Jawa Barat, TB Hasanudin, yang juga menjabat Wakil Ketua komisi I di DPR RI, dan Anton Charliyan, seorang perwira tinggi Polri.

Sikap percaya diri parpol berlambang kepala banteng bermoncong putih, ini paling tidak patut mendapat acungan jempol memang. Dengan jumlah kursi terbanyak di DPRD Jawa Barat, mesin politik di setiap wilayah dianggap akan bekerja sungguh-sungguh untuk meraih kemenangan. Demikian juga keluarga besar TNI dan Polri akan memberi dukungan secara maksimal pada saatnya nanti. Bahkan tak dipungkiri, Anton Charliyan yang putra asli Tasikmalaya, diharapkan akan mendapat banyak dukungan karena memiliki kedekatan emosional. Terlebih lagi selama bertugas sebagai Kapolwil Priangan, dan Kapolda Jawa Barat, nama Anton semakin memiliki nilai jual di berbagai kalangan masyarakat Jawa Barat.

Hanya saja, PDIP sepertinya lupa dengan Pilkada 2013 lalu. Pasangan Rieke Diyah Pitaloka dan Teten Masduki yang diusungnya saat itu. Elektabilitas jagoan yang diusungnya  itu lumayan tinggi memang.  Bagaimanapun popularitas Rieke sebagai artis sinetron lebih moncer daripada karir politiknya sendiri. Begitu juga dengan Teten yang dikenal sebagai aktivis anti-korupsi. Sehingga di atas kertas keduanya sama-sama memiliki nilai jual cukup mumpuni. Akan tetapi pada ahirnya PDIP tokh harus gigit jari. Jagoannya itu dikalahkan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Maka tidak dipungkiri lagi sekarang ini pun, bila menilik sikap PDIP yang dianggap over confident, dkhawatirkan catatan buruk Pilkada 2013 lalu akan kembali terulang. Terlebih lagi jika menilik elektabilitas TB Hasanudin selama ini yang berada di posisi yang memprihatinkan. Ditambah lagi dengan kultur masyarakat Jawa Barat yang cenderung lebih menjunjung nilai-nilai agama daripada nilai kebangsaan.  Belum lagi jagoan yang diusungnya sekarang ini berlatar-belakang TNI dan Polri, sehingga tidak menutup kemungkinan PDIP akan kembali menggali kuburnya sendiri di Pilgub Jabar tahun 2018 ini.

Andaikan saja PDIP bersungguh-sungguh ingin menguasai Jawa Barat demi Pemilu 2019, semestinya Megawati berpikir ulang kembali. Meskipun tanpa berkoalisi sekalipun, dan meskipun akan mengusung kandidat dari TNI dan Polri, seharusnya tidak keduanya yang harus dipasangkan. Melainkan sebaiknya dipilih salah satunya. Kemudian dipasangkan dengan kandidat yang memiliki latar belakang pesantren yang cukup kuat.

Sehingga dalam hal ini, diprediksi PDIP tidak lagi mengejar kemenangan dalam Pilgub Jabar mendatang. Diprediksi partai pemenang Pemilu 2014 ini memiliki agenda tersembunyi, da dianggap akan lebih menguntungkan bagi kemenangan Pemilu 2019. Sebagaimana rumor yang beredar selama ini.

Selama ini Kabupaten Tasikmalaya menjadi lumbung suara PPP untuk tingkat nasional memang. Sehingga pemerintahan daerahnya pun di wilayah seribu pesantren itu sejak awal reformasi hingga sekarang ini dikuasai oleh kader partai berlambang Kabah itu. Hanya saja kebetulan pada periode sekarang ini, Wakil Bupati Tasikmalaya seorang kader PDIP yang berpasangan dengan kader PPP yang menjadi Bupatinya, yakni Ade Sugianto dan Uu Ruzhanul Ulum.

Sebagaimana diketahui, Ridwan Kamil yang diusung empat parpol, termasuk di dalamnya PPP, akan berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum, Bupati Tasikmalaya. Sehingga apabila pada Pilgub Jabar mendatang pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum berhasil terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa barat, maka otomatis posisi Bupati Tasikmalaya pun akan jatuh kepada Wakil Bupatinya sendiri, yakni Ade Sugianto yang notabene kader PDIP.

Sehingga dengan demikian, PDIP akan lebih leluasa untuk menguasai Kabupaten Tasikmalaya. Melalui tangan Ade Sugianto, tentu saja, untuk menggeser posisi PPP yang selama ini begitu kuat pengaruhnya di kabupaten tersebut.

Bagaimana pun apabila Kabupaten Tasikmalaya telah berada dalam cengkeraman PDIP, tidak menutup kemungkinan wilayah-wilayah di sekitarnya pun akan mudah untuk ‘dijinakkan’

Oleh karena itu, Pilgub Jabar 2018 mendatang, kemungkinan besar di mata para petinggi PDIP hanyalah dianggap sebagai ‘pemanasan’ tanpa ada ekspektasi tinggi untuk meraih kemenangan. Kemungkinan besar sasaran tembak utamanya adalah kabupaten Tasikmalaya.

Akan tetapi terlepas dari itu semua, peribahasa: Lain padang, lain belalang. Dan lain kepala, akan beda juga pemikirannya, masih tetap berlaku dalam masalah ini. Terlebih lagi di dalam politik yang selalu saja bersifat dinamis. Kecuali kekuasan tentunya.

 Begitu juga dalam Pilgup Jabar 2018 sekarang ini, walaupun dianggap banyak orang PDIP tidak bersungguh-sungguh mengejar kemenangan, tetapi pada hakekatnya tetap saja kekuasaan harus direbut dan dipertahankan.

Sehingga suka maupun tidak, demi meraih kemenangan, dan menguasai Jawa Barat untuk periode 2018-2022, pasangan TB Hasanudin dan Anton Charliyan harus bekerja keras, menggalang kekuatan secara berdikari, tanpa terlalu berharap banyak dari mesin politik di elit PDIP sendiri.***

Sumber foto: Tempo.co

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB