x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Algoritma dan Akselerasi Kepemimpinan

Sekarang sudah waktunya Anda melakukan akselerasi kepemimpinan, menjadi eksponensial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leadership Growth: How Accelerated Are You?

 

Mohamad Cholid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Practicing Certified Business and Executive Coach

Seorang CEO sebuah organisasi dengan omset Rp 2 trilyun hari-hari ini tengah galau. Tiga tahun memimpin transformasi organisasi, menyelenggarakan kegiatan-kagiatan strategic initiatives, yang dia dapati ternyata rasa masygul. 

Sampai saat ini dia dan BOD belum menemukan di antara manajernya mampu memahami dengan mendalam bahasa-bahasa bisnis Abad 21, di antaranya Algoritma, Big Data dan scaling up --  apalagi untuk mengetrapkannya dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi. Mereka umumnya mengetahui istilah-istilah tersebut karena selalu melakukan updating info, namun belum memiliki cara dan tools untuk menjadikannya sebagai landasan kerja.

Dari 110 orang manajer yang dilibatkan dalam program strategic initiative, membentuk sekian belas tim, belum ada satu pun tim yang berpikir ekponensial. Mereka merancang gagasan-gagasan berdasarkan model bisnis Abad 20, belum ada yang menyiapkan model bisnis untuk menang secara signifikan bersaing dalam lanskap bisnis sekarang.

Umumnya mereka masih berpikir linear, dalam format pengelolaan bisnis konvensional. Dalam inisiatif-inisiatif mereka, membangun usaha masih sama dengan membangun tangible asset yang masif, memerlukan insvestasi besar, dst.nya.

Tentu semua itu tidak ada yang salah. Semua bisnis model dan planning yang mereka buat tetap memiliki peluang dapat terwujud dengan baik. Dengan catatan: tingkat profitabilitasnya kemungkinan masih mengacu pada rata-rata industri dengan growth yang linear pula.

Mr. CEO sebenarnya sangat berharap, di antara mereka ada yang menghasilkan inisiatif strategis berbasis Big Data atau membangun usaha dengan peluang scaling up eksponensial.

Kenyataan yang dihadapi Mr. CEO tersebut sesungguhnya merupakan realitas yang sampai hari ini juga dialami kebanyakan organisasi lain, terutama yang dikelola berdasarkan mindset lama.

Mereka memang tumbuh atau bertahan hidup dengan pola pikir 1990-an. Perilaku kepemimpinannya masih mengandalkan cara-cara sebelum IT atau information- enabled mengubah banyak hal dalam interaksi antar manusia, utamanya kegiatan bisnis, dalam 20 tahun terakhir ini.

Sebagaimana kita ketahui, metabolisme ekonomi sekian belas tahun terakhir ini sudah sangat berbeda. Model bisnis seperti Uber, Go-jek, Airbnb, etc. merupakan hasil proses kerja berbasis mindset baru, yang meyakini bahwa imajinasi, kreativitas, teknologi, dan mental endurance dapat memberikan pemahaman baru tentang dunia dan kegiatan bisnis.

Kebanyakan model bisnis baru merupakan information-based, didukung big data dan algoritma. Mengandalkan hanya pada aset fisik dapat menimbulkan ganjalan dalam melakukan akselerasi usaha. Diperlukan mindset, skillset, dan perspektif baru di kalangan para pengelola organisasi untuk melakukan transformasi, meningkatkan hasil usaha secara signifikan.

Salim Ismail (bersama Michael S. Malone dan Yuri Van Geest) dalam buku Exponential Organizations memberikan saran bagi para pemimpin organisasi, “If you have a large workforce or asset base, develop strategies to mitigate inertia and ‘old’ thinking by moving to Staff on Demand and Leveraged Assets, as well as leveraging Community & Crowd. This will increase the (innovation) metabolism and adaptability of your company.”

Mitigasi inertia atau mengikis kelembaman, meningkatkan kompetensi, dapat mengandalkan metode leadership empowerment yang sudah proven dan terukur hasilnya. Misalnya Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC), yang selama lebih dari 25 tahun sampai hari ini terbukti meningkatkan efektivitas para eksekutif dan leaders di puluhan ribu organisasi, termasuk Microsoft, Dell, Apple, 3M, dan Hyatt.

Staff on Demand, Leveraged Assets, dan Community & Crowd sebagaimana disebutkan diatas, bagian dari SCALE – singkatan dari Staff on Demand, Crowd & Community, Algorithms, Leveraged Assets, dan Engagement – sesuai pendekatan yang digunakan Salim Ismail dkk. SCALE merupakan salah satu upaya untuk menjadikan sebuah organisasi menjadi eksponensial, di samping upaya-upaya lainnya.

Dalam percaturan bisnis internasional, beberapa tahun belakangan lazim dipakai istilah scaling up, untuk organisasi bisnis dan non bisnis.

Best practices, metode dan tools untuk scaling up organization sendiri sudah dikembangkan sejumlah pihak, yang menonjol adalah Verne Harnish dan Team Gazelle – Growth Institute, sejak belasan tahun terakhir ini.

Pada 2002 Verne Harnish membukukan metodenya dalam Mastering the Rockefeller Habits, What You Must Do to Increase the Value of Your Growing Firm – memberikan perspektif baru bagaimana berdisiplin mengembangkan usaha. Pengalaman berlatih dan mengimplementasikan program ini, buat saya, sungguh liberating -- memerdekakan diri dari jebakan kegiatan yang tidak bermanfaat, menjadi lebih fokus pada aktivitas yang berdampak positif bagi stakeholders, dan tumbuh.

Setelah mendapatkan validasi dan terbukti membantu ribuan organisasi, serta melalui proses pengembangan, metode dan tools mereka dibukukan lagi, Mastering the Rockefeller Habit 2.0, SCALING UP, How a Few Companies Make It … and Why the Rest Don’t (2014).

Melalui workshop, mentoring, dan coaching, Team Gazelles membantu perusahaan-perusahaan yang sedang dan sungguh-sungguh “bersedia” tumbuh. Untuk berkembang dan bertransformasi secara konsisten, “All executives and middle managers should have a coach (or peer coach) holding them accountable for behavioral change,” kata Verne Harnish.

Dalam implementasi pengembangan leadership, banyak pihak – di antaranya 3M Company, GE Capital Solution -- merekomendasikan program Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching. Bahkan Verne Harnish menyebut Marshall Goldsmith sebagai “uber executive coach” (Scaling Up, 2014).

Di atas saya sebut yang “bersedia” tumbuh, karena kenyataannya banyak eksekutif dan pemimpin organisasi mengaku ingin berkembang dan menumbuhkan usaha, tapi masih dihambat oleh limiting belief masing-masing, oleh keterbatasan prasangka sendiri. Mereka belum membuka hati dan pikiran untuk meningkatkan learning quotient.

Pertanyaan untuk para eksekutif, leaders, termasuk CEO sebagimana disebutkan di awal tulisan ini, adalah, apakah kita akan menjalani hidup dengan pola pikir linear berkepanjangan, membiarkan cita-cita mulia meninggalkan legacy hanya tercatat sebagai niat baik, sementara lanskap bisnis sudah berkembang secara eksponensial?

Atau “bersedia” membuka hati dan pikiran? Sejauh mana akan melakukan akselerasi diri dan organisasi? Scalability sebuah organisasi ditentukan utamanya oleh kemampuannya menjadi learning organization

Constant learning is critical to staying on the exponential curve,” kata Salim Ismail. Dua karakter paling penting yang wajib dimiliki para pemimpin eksponensial adalah, “the courage and perseverance to learn, adapt and, ultimately, disrupt your own business.”

Pernyataan tersebut menunjuk pentingnya penerapan Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching untuk pengembangan kepemimpinan, yang pelaksanaannya berbasis pada three virtues: Courage, Humility, and Discipline.

Memerdekakan diri dari jebakan sukses masa lalu menuju keberhasilan yang eksponensial memerlukan keberanian keluar dari kenyamanan “rasa sukses”, merambah ke kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih menggetarkan. Being accelerated is cool.

 

Mohamad Cholid  adalah Head Coach di Next Stage Consulting

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leader of the Future Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

(www.nextstageconsulting.co.id)  

 

 

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler