x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Wonder, Persepsi di Antara Pendukung

Wonder berhasil menyampaikan pesan antiperundungan, tanpa menjadikan individu dengan perbedaan sebagai objek kemalangan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Adegan dimulai dengan monolog yang disampaikan August Pullman, seorang anak kelas lima sekolah dasar yang tinggal di tengah kota Manhattan, Amerika Serikat. Auggie adalah anak yang hidup dengan Sindrom Treacher,. kelainan genetik yang mengakibatkan bentuk tulang wajah terus mengalami perubahan. Akibatnya, bentuk salah satu organtubuh tidak berada di tempatnya.

Dalam film itu diceritakan Auggie – panggilan August Pullman , sudah mengalami 27 kali operasi untuk menyelamatkan bentuk wajahnya. Sebagai anak yang memiliki perbedaan, Auggie menempuh pendidikan melalui mekanisme home Schooling. Tapi kemudian, Ibu Auggie, Isabel (diperankan Julia Robert) dan ayahnya Nate (diperankan Owen Wilson) memutuskan, Auggie bersekolah di sekolah umum. Lalu film ini menceritakan dengan indah proses Auggie dapat menerima lingkungannya.

Wonder, tidak menceritakan kisah drama patriotik tokohsentralnya. Kisah inspiratif justru timbul dari orang di sekitar Auggie. Setiap peran digambarkan memiliki persepsi terhadap Auggie atau orang lain dalam satu pusaran pergaulan Auggie. Bagaimana sudut pandang kakak perempuan Auggie, Olivia, yang mengibaratkan adiknya yang wajib didukung penuh sebagai matahari, “Auggie. He is The Sun in my family, he is like The Center of The Universe,” salah satu ucapan Olivia dalam satu adegan. Ia rela kehilangan perhatian ibunya di masa masa peralihan remaja ke dewasa, demi mendukung mental adiknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Film ini juga mementahkan persepsi negatif dari pribadi yang sering merasa insecure dengan lingkungan sekitarnya. Terkadang apa yang didengar atau dilihat tidak sama dengan sesuatu yang dipikirkan orang lain. Film ini juga menyampaikan pesan,, persepsi adalah sesuatu yang multi tafsir. Wonder menceritakan, bagaimana teman teman Auggie bekerjasama menumpas perundungan yang menimpanya. Padahal sebelumnya, Auggie sempat berprasangka buruk pada temannya, Jack Will, karena Auggie menganggap Jack berpura pura menjadi temannya demi mendapat jawaban ujian.

Wonder adalah salah satu film drama untuk penonton dewasa, dengan anak anak sebagai tokoh sentralnya. Salah satu sutradara Indonesia, yang pernah membuat film untuk penonton dewasa dengan tokoh sentral anak-anak, berjudul Miracle,Ichwan Persada, pernah mengatakan, “Salah satu kesulitan utama film dewasa dengan tokoh sentral anak-anak adalah, penonton sulit mencintai tokoh utamanya,” ujar Ichwan Persada Desember lalu.

Menurut Ichwan, terkadang perlu narasi yang kuat pada tokoh sentral anak-anak. Tim penulis naskah film harus bekerja lebih keras lagi mencari konflik yang dapat memperkuat sosok tokoh utama. Semisalnya, dalam “Miracle”, Ichwan membuat sosok Krista, menjadi anak yang memiliki keajaiban menyembuhkan segala penyakit hanya dengan mmeraba bagian tubuh dari orang yang sakit.

Karena itu, saya pikir, Wonder membuat plot yang perpindahannya ditandai dengan penyampaian persepsi masing masing tokoh di luar Auggie, agar memperluas sudut pandang konflik atau permasalahan. Karena dalam realita, sangat jarang anak sekecil Auggie, memiliki konflik batin yang begitu rumit. Apalagi digambarkan pergaulan Auggie, sebelum bersekolah di sekolah umum hanya sebatas lingkungan rumahnya yang ramah dan ideal. Tentu, konflik terbesar Auggie tak lain dan tak bukan adalah perundungan.

Meski begitu, Wonder, tidak kehilangan fokus untuk menyampaikan pesan anti perundungan. Film ini tidak termehek mehek menggambarkan sosok anak dengnan perbedaan fisik sebagai objek kemalangan. Setidaknya, Wonder berhasil mewakili persepsi disekitar individu seperti Auggie. Bahwa orang terdekat akan melakukan apapun yang terbaik untuk mendukung seorang dengan perbedaan dapat diterima lingkungannya.

Sebagai tunanetra, kembali saya tegaskan,tidak ada satu pun sinematografi yang dapat saya opinikan. Tapi dari logika umum, membuat seorang anak kecil seperti Jacob Trembley memerankan sosok Auggie dengan sangat nyaman, tentu memerlukan sentuhan make up artis yang mumpuni. Jacov Trembley tentu harus direkayasa penampilannya, agar secara alami terlihat sebagai pemilik sindrom Treacher.

 

foto: wonder.movie

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler