x

Pekerja mengangkut drum berisi aspal menggunakan alat berat di Pabrik Aspal Gresik (PAG) Pertamina, Gresik, 29 April 2016. Sebanyak 645 drum aspal atau setara dengan 100 MT diekspor ke Timor Leste. ANTARA/Moch Asim

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Aspal Buton Menjawab Tantangan Zaman

Pada Januari 2015, presiden menginstruksikan untuk menghentikan impor aspal minyak. Sampai sekarang instruksi ini bagaikan mimpi di siang bolong.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aspal Buton pertama kali diketemukan pada tahun 1924 oleh seorang geologis Belanda yang bernama W.H Hetzel. Pada tahun 2024 atau 6 tahun lagi, aspal Buton akan genap 1 abad. Sejarah apa yang sudah terukir sepanjang perjalanan menuju usia 100 tahun ini? Tentunyabanyaksekali suka dan dukanya. Tetapi kelihatannya lebih banyak dukanya dari pada sukanya. Masa puncak kejayaan aspal Buton terjadi pada era tahun 1970 an sampai 1980 an. Dan setelah itu aspal minyaklah yang merajai jalan-jalan di seluruh Indonesia. Yang menyakitkan hati adalah justru aspal minyak impor yang lebih mendominasi kebutuhan aspal dalam negeri. Dan mirisnyalagiaspal Buton yang merupakan produk aspal lokal tersisihkan secara tragis. Meskipun aspal Buton berusaha bangkit dengan diterbitkannya berbagai macam Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah, tetapi sampai sekarang nasibnya masih tetap merana.Hidup segan - mati pun tak mau.

Di era Pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo, aspal Buton sudah mulai dilirik kembali. Pada tanggal 29 Januari 2015, saat menggelar pertemuan dengan para Bupati dan Wali Kota se-Indonesia Timur di Istana Bogor, Bapak Presiden menginstruksikan untuk menghentikan impor aspal minyak. Bapak Presiden memberikan tenggat waktu, awal tahun 2016 seluruh pasokan aspal untuk kebutuhan proyek di dalam negeri harus sudah diganti dengan aspal Buton. Ironisnya sampai sekarang instruksi Bapak Presiden ini bagaikan mimpi di siang bolong. Impor aspal minyak masih terus berlangsung dengan mulus. Dan aspal Buton pun masih tetap harus lebih banyak bersabar lagi menantikan realisasi dari komitmen Bapak Presiden tersebut.

Angin segar yang menggembirakan muncul dengan dibentuknya Holding BUMN tambang pada tanggal 29 November 2017. Harapan dan asa baru pun timbul kembali untuk kebangkitan aspal Buton. Tetapi perasaan was-was selalui menghantui, karena tujuan utama dibentuknya Holding BUMN tambang adalah untuk fokus kepada pembelian divestasi saham PT Freeport Indonesia. Apakah aspal Buton kali ini akan dikecewakan lagi?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apabila kita menengok sejarah jatuh bangun perjalanan panjangaspal Buton dari tahun ke tahun untuk berjuangmenjadi “Tuan Rumah di Negeri Sendiri”, apa hikmah yang bisa menjadi pelajaran bagi kita dan anak-cucu kita? Mengapa aspal Buton masih terpuruk sampai saat ini, dan belum bisa bangkit kembali?Berikut ini adalah analisanya:

1. Sesuai dengan UUD’45 Pasal 33 yang berbunyi:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Aspal Buton merupakan kekayaan sumber daya alam yang sangat penting dan strategis untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan untuk menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Dengan demikian aspal Buton wajib dikelola oleh Pemerintah atau negara. Pemerintah harus berperan sebagai regulator, fasilitator, dan operator. Pemerintah wajib bertanggung jawab untuk mengelola kekayaan sumberdaya alam aspal Buton,dandipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Selama ini perananan Pemerintah hanya sebatas sebagai regulator saja, dan mengabaikan fungsinya sebagai fasilitator dan operator. Sebagus apapun Peraturan dan Undang-undang yang sudah dibuat oleh Pemerintah, tetapi dalam implementasinya banyak mengalami hambatan. Hal ini dapat saja terjadi, karena Pemerintah kurang memahami permasalahan-permasalahan yang merupakan inti persoalan di lapangan.

2. Aspal Buton kalah bersaing dengan aspal minyak, sehingga aspal Buton tidak digunakan lagi. Dan kalau pun aspal Buton masih digunakan, itu pun dalam jumlah yang sangat sedikit, dan digunakan untuk jalan-jalan tertentu saja. Sudah banyak jenis baru aspal Buton yang dicoba untuk dapat meningkatkan volume pemakaian aspal Buton. Tetapi sampai hari ini kelihatannya hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk dapat bersaing dengan aspal minyak, satu-satunya cara adalah batuan aspal Buton harus diproses secara ekstraksi. Proses ekstraksi ini akan menghasilkan aspal Buton ekstraksi penuh yang dapat menggantikan aspal minyak.Sekarang ini sudah ada teknologi “Hydrocarbon Recovery” dari Eco Logic Environmental Engineering Inc. yang dapat mengekstraksi batuan aspal Buton secara ekonomis, sehingga harganya akan dapat bersaing dengan harga aspal minyak impor.

3. Pemerintah tidak mencemaskan harus menggunaan aspal Buton, karena untuk memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri, Pemerintah masih bisa mengimpor aspal minyak dengan nyaman. Dengan melakukan impor aspal minyak rencana pembangunan infrastruktur jalan-jalan dapat dilaksanakan dengan lancar dan sesuai jadwal. Meskipun kebijakan ini harus menguras devisa negara yang sangat besar. Dengan demikian aspal Buton bukan merupakan sesuatu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus, karena tidak ada urgensinya.

Berdasarkan analisa di atas ada 5 hal yang sekarang harus dibenahi dengan segera agar aspal Buton dapat bangkit dan berjaya untuk menjadi “Tuan Rumah di Negeri Sendiri” kembali:

1. Pemerintah atau Negara wajib mengelola aspal Buton untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sesuai dengan UUD’45 Pasal 33.

2. Aspal Buton wajib diproses secara ekstraksi untuk menghasilkan aspal Buton ekstraksi penuh yang dapat menggantikan aspal minyakimpor.

3. Komitmen dan kemauan politik yang kuatdansungguh-sungguhdari Pemerintah untuk menghentikan impor aspal minyak dan menggantikannya dengan aspal Buton.

4. Holding BUMN tambang sekarang sudah terbentuk. Holding BUMN tambang harus menjadi perpanjangan tangan dari Pemerintah sebagai fasilitator dan operator untuk mengelola aspal Buton. Salah satu tujuan dibentuknya Holding BUMN tambang adalah hilirisasi. Proses ekstraksi batuan aspal Buton menjadi aspal Buton ekstraksi penuh adalah bentuk dari hilirisasi aspal Buton tersebut. Dengan demikian ide pembentukan Holding BUMN tambang adalah sangat cerdas, dan hal ini merupakan solusi jitu yang sudah lama ditunggu-tunggu untuk mampu menyelesaikan permasalahan aspal Buton yang kompleks ini.

5. Kepedulian dan dukungan semua komponen bangsa terhadap potensi aspal Buton untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Sekarang rakyat Indonesia berharap banyak kepada Bapak Presiden Joko Widodo untuk membuat “Keputusan Presiden” untuk menghentikan impor aspal minyak, dan menggantikannya dengan aspal Buton. Hal ini akan mencerminkan legitimasi Bapak Presiden kepada Holding BUMN tambang untuk segera melaksanakan tugas negara melaksanakan hilirisasi aspal Buton. Sesuai dengan UUD’45 Pasal 33, aspal Buton sudah menjawab tantangan zaman. Mulai sekarang aspal Buton sudah siap untuk dapat diolah dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Oleh:

Indrato Sumantoro menjadi Pengamat di bidang aspal Buton sejak tahun 2005. Indrato sudah menulis 11 buah tulisan di Blog Indonesiana.tempo.com mengenai permasalahan aspal Buton.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu