x

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bersama cucunya. instagram.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Politikus Sadar Media

Politikus sadar media memetik advantage dibandingkan politikus yang kurang melek media dengan menciptakan momen-momen unik yang cepat viral.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Semakin banyak politikus yang sadar media dan sadar publikasi. Mereka semakin tahu bahwa para jurnalis profesional yang mengelola surat kabar, televisi, radio, maupun media online mengawasi sepak terjang mereka sehari-hari. Netizen dan media sosial pun tak kalah jeli melihat gerak gerik mereka, dan sebagian politikus menyadari hal ini.

Jika momen politikus sedang ‘buruk’ di mata jurnalis atau netizen, mereka akan jadi sasaran kritik. Contohnya, politikus yang tertangkap kamera sedang pules di kursi saat sidang parlemen, atau pejabat yang tertidur di kursi di tengah berlangsungnya sebuah acara resmi. Perundungan pun menanti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para politikus semakin sadar bahwa ada momen-momen tertentu dalam aktivitas mereka yang akan dengan cepat menyebar luas, langsung di media sosial atau melalui media arus utama lebih dulu. Jika momen itu bagus dan unik, puji-pujian akan dengan cepat meluncur di pemberitaan media online, komentar pembaca media ini, maupun di twitter. Jika momen itu negatif—misalnya, menerobos busway—komentar buruk, perundungan, dan sumpah serapah dengan cepat muncul pula.

Meskipun semakin banyak politikus yang sadar media, hanya sebagian kecil saja yang betul-betul tahu bagaimana mengkreasi momen yang unik. Mereka ini telah mencapai tingkat kesadaran bahwa momen tertentu pasti akan segera viral. Foto mereka akan segera beredar dan disambut komentar positif yang meriah. Bagi para politikus yang sadar media, menciptakan momen unik merupakan bagian penting dari upaya menjaga tempat mereka dalam ingatan masyarakat. Mereka tahu cara mengambil advantage dari momen-momen viral.

Presiden Jokowi tergolong politikus yang sadar media. Banyak momen aktivitasnya yang dipotret media dan kemudian viral. Menjelang tahun baru 2018, Presiden berjalan-jalan di Malioboro, Jogyakarta, bermain dengan cucunya, dan naik andong. Rakyat berjubel di sekitarnya. Saat meresmikan kereta bandara Soekarno-Hatta (2 Januari 2018), Presiden Jokowi tampil beda. Ketika para menteri mengenakan kemeja dalam acara peresmian itu, Presiden memakai kaos panjang dan bersepatu kets. Sewaktu mengunjungi Pulau Rote di NTT (9 Januari 2018), Presiden menggulung celananya dan berjalan menyusuri bibir Pantai Nemberala. Persiden kemudian mencuci wajahnya dengan air laut.

Ketiga momen itu mendapat liputan luas dan perhatian khusus tertuju pada apa yang membuat Presiden terlihat berbeda. Berbagai media online dan televisi menyoroti gaya Presiden berbusana kaos dan bersepatu kets. Momen membasuh wajah dengan air laut di Pantai Nemberala juga menjadi judul berita tersendiri di banyak media. Rekaman momen ini segera viral.

Kesadaran akan publikasi menjadi bagian yang semakin penting dalam aktivitas politik, mengingat media arus utama maupun media sosial semakin berperan dalam memengaruhi persepsi masyarakat terhadap seorang politikus. Dalam kasus Setya Novanto, umpamanya, masyarakat memang memantau bagaimana kelanjutan pertarungannya melawan KPK. Namun, peristiwa ‘mobil yang ditumpangi Setnov menabrak tiang’  memperoleh perhatian yang luar biasa. Ini adalah momen khusus dan unik, yang menyita perhatian dan kemudian viral dengan cepat. Sayangnya, bukan komentar yang menunjukkan rasa empatetik yang bermunculan, melainkan sebaliknya.

Betapapun, masyarakat—khususnya netizen dengan perangkat media sosial di tangannya—akan menaruh perhatian khusus pada momen-momen unik semacam itu. Bila momennya dipersepsikan negatif, sangat mungkin netizen akan memberi komentar miring, seperti terjadi pada ‘mobil Setnov menabrak tiang’. Momen yang dipersepsikan positif akan mendatangkan komentar bagus.

Momen-momen kecil namun unik akan meninggalkan bekas di benak masyarakat, dan ini menjadi investasi yang suatu saat hasilnya dapat dipetik. Investasi pada persepsi publik berlangsung terus-menerus, bukan ditanamkan dadakan hanya pada musim kampanye. Politikus yang sadar media menyadari benar hal ini, sementara politikus yang memakai gaya lama akan tertinggal kereta kompetisi. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler