Judul: Kembalinya Sang Nabi
Judul Asli: The Return of The Prophet
Penulis: Hajjar Gibran
Penterjemah: Richard Oh
Tahun Terbit: 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: xxii + 100
ISBN: 978-979-22-4334-5
Tak bisa dipungkiri karya-karya Kahlil Gibran sangat inspiratif. Penggalan-penggalan puisinya dikutip dimana-mana, bahkan sampai masa milenium ini. Karya-karya Gibran yang merupakan hasil perenungannya mendalam terhadap ke-manusia-an ini memang membuat pembacanya berfikir dan berefleksi tentang pandangan-pandangan yang dianutnya selama ini.
Salah satu master piece Gibran adalah “Sang Nabi.” Novel ini sesungguhnya adalah refleksi diri Gibran. Ia mengungkapkan sejarah dirinya serta pandangan-pandangannya melalui tokoh bernama Almustafa. Novel yang dihiasi dengan puisi-puisi indah ini telah memesona banyak pembaca. Salah satu pembaca novel ini adalah Hajjar Gibran, yang memiliki pertalian darah dengan Kahlil Gibran. Hajjar Gibran menemukan jalan hidupnya kembali saat membaca karya leluhurnya ini.
Hajjar Gibran mengalami kehampaan hidup saat ditinggal mati oleh saudaranya. Garry, kakaknya yang sangat disayanginya meninggal akibat kecelakaan senapan. Sejak itu Hajjar Gibran kehilangan arah hidup. Ia melarikan diri ke kehidupan kriminal dan akhirnya masuk penjara. Di penjara ia merasa bertemu dengan sosok lelaki tua. Ia mulai berdialog dengan sang lelaki tua tersebut. (Apakah ia benar-benar bertemu dengan lelaki tua, atau hanya gaya penulisan untuk mendramatisir pembacaan buku “Sang Nabi” di dalam penjara?) dan akhirnya Hajjar Gibran menemukan kembali semangat hidup dan tujuan hidupnya.
Sekeluar dari penjara, Hajjar Gibran melakukan perjalanan ziarah ke Lebanon. Ia mengunjungi makam Kahlil Gibran yang disebutnya sebagai kakeknya. Melalui pembacaan buku “Sang Nabi” dan kunjungan ke makan Gibran, Hajjar Gibran terlahir kembali.
Dalam buku “Kembalinya Sang Nabi” ini Hajjar Gibran menggunakan cara bertutur yang mirip dengan Kahlil Gibran. Bahasanya metaforis dan indah. Ia menggabungkan kisah nyata dengan perenungannya untuk menyampaikan alur hidupnya. Di setiap bab ia juga menukil karya “Sang Nabi” sebagai jawaban-jawaban atau dialog-dialognya dengan sang lelaki tua yang selalu menemuinya
Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.