x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Tiga Ciri Orang Sukses

Sukses itu hanya halte dari perjalanan abadi kita. Hati-hati untuk mengukur fakta sekarang dengan perspektif masa lalu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leadership Growth: Who Will Give You the Wings?

 

Mohamad Cholid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Practicing Certified Business and Executive Coach

 

Success is a lousy teacher. It seduces smart people into thinking they can’t lose” – Bill Gates.

 

Sesungguhnya kita tidak pernah memiliki sukses sepenuhnya. Kita hanya indekos pada setiap tahap pencapaian dalam hidup ini. Dapat juga dianalogikan, setiap prestasi yang kita raih hanya merupakan halte, pemberhentian sementara.

Orang beragama akan menilai, sukses itu anugerah Tuhan dan kenikmatan itu bukan segalanya yang dapat terus-menerus dibanggakan, apalagi untuk menilai dan menjawab tantangan saat ini.

Pada level mana pun Anda sekarang ini, ketika merasa sudah sukses, silakan bernafaslah dengan tenang. Menyadari setiap helaan nafas, merasakan setiap ujung jari, menghayati keberadaan diri. Mengetahui dengan kesadaran penuh sudah di mana diri kita saat ini – secara fisik, intelektualitas, spiritualitas – memudahkan kita bersyukur sekaligus to be on the alert.  

Kalau kita betah berlama-lama di satu tahapan sukses, sama saja dengan memenjarakan pikiran, mental, dan kecerdasan pada kesementaraan.

Namun kenyataannya sampai hari ini banyak eksekutif atau yang menyebut dirinya leader sangat menikmati “indekosan” atau halte tersebut. Peluang perubahan, bahkan untuk meningkatkan kualitas diri agar tetap relevan dengan situasi, mereka anggap gangguan, merepotkan, kalau bukan ancaman.

Bahkan di kalangan orang-orang berpendidikan tinggi, di arena diskusi kalangan yang mengesahkan diri bagian dari kelas menengah terpelajar atau intelektual, masih sering kita dengar ucapan-ucapan seperti, “Saya ini sudah bertahun-tahun mempelajarinya, saya ini doktor, pendapat kalian itu tidak betul….”

Orang golongan ini khilaf untuk menguji asumsi-asumsinya sendiri terhadap perkembangan lanskap ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dst.nya. Sukses, prestasi, gelar, dan pangkat/jabatan tinggi di organisasi telah menjadi pegangan utamanya, semua itu dia “tuhankan”, untuk membentuk perspektif memahami fakta-fakta hari ini. Perbedaan dianggapnya ancaman.

Dalam memimpin organisasi, perilaku kepemimpinan (leadership behavior) semacam itu jelas membahayakan, bagi dirinya dan bagi para pemangku kepentingan. Ikatan psikologis yang mendalam dengan sukses masa lalu menyebabkan banyak orang “membutakan diri” terhadap data dan fakta, serta dinamika, hari ini.

Rasanya benar kata Bill Gates, pendiri Microsoft, “Success is a lousy teacher. It seduces smart people into thinking they can’t lose.

Melalui pengalaman lebih dari 25 tahun membantu orang-orang sukses dan sangat sukses menjadi lebih efektif, lebih berprestasi dalam kehidupannya – di antaranya CEO legendaris dan business icon Alan Mulally dan Direktur Bank Dunia Jim Yong Kim -- institusi pengembangan kepemimpinan Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC) mengenali tiga keyakinan (beliefs) yang meliputi benak umumnya orang sukses.

Tiga keyakinan tersebut adalah: I am Successful; I choose to Succeed; dan I will Succeed. Ketiganya merupakan asset yang ternyata dapat juga jadi beban (liability).

I am Successful menyebabkan seseorang sangat percaya diri, memiliki citra diri positif sebagai pemenang dalam kehidupan ini. Hal negatif yang mesti diwaspadai adalah, mereka sering menilai diri berlebihan (over rate), dan kesulitan menerima masukan dari pihak lain.

Nilai plus dari I choose to be Succeed diantaranya determinasi dan komitmen untuk melakukan yang sepantasnya dikerjakan. Negatifnya, bisa terjebak tahayul kesuksesannya dan keinginan untuk mengontrol banyak hal menyebabkannya menolak perubahan.

I am Successful berurusan dengan masa lalu, I choose to be Succeed terkait dengan masa sekarang. Sedangkan I will Succeed menyangkut masa depan. Ketiga kayakinan tersebut menjadikan orang sukses sangat optimistik, siap mengatasi setiap tantangan untuk berhasil, dan persistent dalam kondisi sulit sekalipun.

Segi negatif dari I will Succeed antara lain selalu ingin menang dengan cara apa pun (at all cost). Selalu bernafsu untuk menang di setiap tikungan.

Bagaimana cara mengeliminasi segi-segi negatif dari ketiga keyakinan tersebut dan berhasil menjadi pribadi atau leader yang lebih efektif?

Jawabannya sederhana, tapi umumnya sulit dilaksanakan, yaitu: berani berubah (menapaki area pengelanaan batin baru yang mungkin saja tidak nyaman); rendah hati (membuka hati dan pikiran menerima masukan dari stakeholders); dan disiplin (follow up secara konsisten, peningkatan efektivitas dirinya memberikan manfaat positif atau belum bagi pemangku kepentingan).

Doktor Marshall Goldsmith sendiri, sebagai #1 Executive Coach in the World, memberi teladan kerendahatian. Ia membayar orang untuk menjadi semacam coach bagi dirinya, mengecek secara rutin akuntabilitasnya, apakah setiap hal yang dia katakan atau dia niatkan untuk dilakukan benar-benar dia kerjakan atau tidak. Kalaupun sudah dikerjakan, di level mana pencapaiannya. “Saya coach eksekutif top di dunia, tapi saya juga memerlukan bantuan. Its ok,” katanya dengan enteng.

Jadi, siapa yang dapat memberikan sayap kepada Anda, who will give you the wings, untuk terbang menjemput prestasi yang lebih hebat dari kesuksesan yang sudah Anda raih kemaren?

Yang pasti tidak ada doping atau jalan pintas untuk itu. Prosesnya dimulai dari diri Anda sendiri, tergantung pada bagaimana Anda mengelola hati dan pikiran. Fungsi coach yang mendampingi Anda utamanya memfasilitasi proses menapak ke next stage of achievement tersebut dapat berjalan secara terukur, akuntabel.

Agar kita dapat mengendalikan ego, merdeka dari penjara sukses yang sudah diraih, rasanya selalu relevan untuk mengingat kata-kata Peter F. Drucker, “Our mission in life should be to make a positive difference, not to prove how smart or right we are.”

 

Mohamad Cholid  adalah Head Coach di Next Stage Consulting

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leader of the Future Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

(www.nextstageconsulting.co.id)  

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler