x

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Spirit Swami Vivekananda Membangun Kedewasaan Berpolitik

Sadarkah bahwa politik dan agama saat ini semakin jauh dari logika.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mahar Politik

Sadarkah bahwa politik dan agama saat ini semakin jauh dari logika. Politik telah memberi ruang khayal bagi sebagian orang untuk memainkan strategi  kampanye yang mencederai  logika  berpikir manusia. Padahal  jauh di sana di singgasana politisi berkumpul orang-orang berpendidikan di atas rata-rata. Tapi demi ambisi kekuasaan apapun dilakukan untuk meraih impian yang lama didambakan sebagai politisi yang bisa meraih posisi puncak.

Banyak yang harus dilakukan termasuk menyiapkan mahar, uang pelicin, uang tutup mulut bahkan uang untuk menyiapkan nasi bungkus bagi para pencari kerja yang mengkhususkan diri untuk melakukan demo, menyebarkan berita fitnah, masuk dalam kolom-kolom opini di media sosial. Politisi perlu melakukan pencitraan agar dikenal rekam jejaknya, kalau perlu melakukan blunder-blunder dan aksi yang mengundang banyak orang untuk angkat bicara. Masalah mendapat komentar negatif dan sengatan suara “nyinyir” itu resiko yang harus ditanggung politisi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Spirit Swami Vivekananda

Padahal logika ilmu politik sebetulkan mengajarkan permainan cantik dari strategi perang para pemimpin kharismatik. Banyak contoh teori politik yang mengajarkan langkah-langkah mempengaruhi massa, trik-trik memenangkan hati  masyarakat. Tapi banyak politisi ingin melompat dan terbang tinggi padahal pondasi ilmunya dalam meraih kursi wakil rakyat/pemimpin masyarakat belum kokoh. Mereka yang bisa menembus posisi tertinggi bukanlah mereka yang melangkah dari tangga terbawah untuk kemudian secara pelan-pelan menapak pada tangga selanjutnya.Swami Vivekananda spiritualis India patut menjadi contoh politisi dalam berjuang menegakkan kebenaran. Ia mengajak kaum agamawan melupakan surge dan fokus pada manusia tertindas. Dalam setiap kata-katanya terkandung spirit perjuangan. Beliau salah satu  tokoh inspiratif  Presiden pertama. Kata-kata Swami menyihir rasa kebangsaan khususnya bangsa India sehingga mereka bangga dengan tanah tumpah darahnya dan usaha mandiri negara India menyambut kemajuan jaman.

Sayangnya tidak banyak politisi negara ini yang membuka diri untuk menyerap spirit Swami Vivekanda. Mereka malah sibuk melakukan kompromi politik, membangun konspirasi untuk saling menjatuhkan antar partai, kalau perlu melakukan dengan cara-cara licik yang penting kemenangan di tangan.

Dengan  nama yang berkibar sebagai  public figure  banyak artis mencoba peruntungan di dunia politik. Padahal latar  pengetahuannya amat minim. Mereka hanya bermodal keberanian untuk terjun sebagai wakil rakyat yang akhirnya masyarakat tahu apa yang dihasilkan wakil rakyat (kegaduhan, kesibukan mencari proyek strategis yang akan semakin menambah pundi –pundi uang). Ketika pondasi dasar politik dan visi sebagai wakil rakyat hanya semata memperbaiki perekonomian, memanfaatkan jabatan untuk mendapatkan proyek dan kedudukan terpandang yang ada  kehancuran secara masif terhadap masa depan politik Indonesia. Para politisi keranjingan media sosial, terjebak dalam arus strategi partai yang banyak yang menghalalkan cara demi kemenangan sebagai harga mati. Demi kemenangan logikapun dijungkirbalikkan tidak peduli mempunyai pendidikan menjulang tapi cara-cara tradisionalpun akan digunakan untuk meraih kekuasaan.

Campur tangan agama dalam politik

Penulis seringkali menulis tentang  polemik agama dalam percaturan politik khususnya di Indonesia. Agama yang berbicara tentang baik buruk tingkah laku, manunggaling kawula lan Gusti, tentang hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dan alam semesta harus berhadapan dengan politik yang penuh konflik, penuh ambisi dan kepentingan dan strategi menghalalkan segala cara yang ditentang agama apapun.

Politik bermain dalam wilayah abu-abu, ia bisa berubah warna sesuai dengan kepentingan sesaat, asal bisa mengakomodasi  tindakannya untuk meraih kekuasaan. Politik bisa menabrak logika, menabrak etika, menabrak aturan, hukum dan dimanipulasi hingga kekuasaan terengkuh. Maka ketika para cendekiawan sudah masuk dalam wilayah politik ia telah meggadaikan kepandaiannya untuk cengkeraman ambisi.

Agama yang berbicara tentang dosa, tentang baik buruk tentang sopan santun, tentang aturan- aturan yang diwariskan para nabi, rasul, para imam, Ustad, pemimpin agama seharusnya mengendalikan nafsu manusia untuk tidak bermain api, tidak melakukan kejahatan, permufakatan jahat hanya demi ambisi. Agama seharusnya menjadi rem bagi laju mobil agar bisa dikendalikan dan mampu berhenti dengan selamat tanpa merugikan pengendara lain. Fungsi agama seharusnya berada diluar wilayah politik yang abu-abu. Agama itu secara tegas mampu memposisikan sebagai warna. Ia akan menjadi bermanfaat jika bisa  mengendalikan  manusia agar tidak terjebak dalam kejahatan, tingkah laku menyimpang hanya demi ambisi tinggi untuk merengkuh asa  sebagai  pemimpin tertinggi di mata rakyat. Dengan kekuasaan ia politisi bisa mengatakan hitam padahal sebetulnya nuraninya mengatakan putih. Kemunafikan itu musuh agama, tapi ketika agama telah  bermain di wilayah politik maka hancurlah peradaban. Banyak fakta dari sejarah masa lalu sampai sekarang bahwa jika agama telah berkolaborasi dengan politik maka kehancuranlah ujung-ujungnya. Agama Katolik Roma pernah terjebak dalam persekongkolan politik dan agama lalu muncullah masa kegelapan gereja hingga akhirnya agama terpecah-pecah dalam banyak aliran. Dan akhirnya bukan keuntungan dan kebaikan yang didapat tetapi kehancuran peradaban yang ditemui. Lihat saja sekarang konflik –konflik yang dipicu karena campur tangan agama pada sebuah negara telah memberi bukti bahwa agama seharusnya memisahkan diri dari politik praktis.

Netralitas agama

Sekali lagi agama harus netral, agama harus memberi pencerahan pada pelaku politik sehingga mereka tetap  bekerja dan mengabdi dalam koridor moral sesuai ajaran agama yang intinya menyebarkan kedamaian, kasih sayang dan cinta kasih. Jika karena agama bangsa menjadi terpecah-pecah , masyarakat tentu akan sangsi dan trauma terhadap agama.Jangan salahkan jika muncul banyak aliran kepercayaan muncul, banyak sekte, serta   serbuan nabi-nabi palsu yang mengaku-ngaku sebagai Tuhan. Logika agama adalah mengajarkan kebaikan, kejujuran, tulus dan kasih sayang, tapi pada kenyataannya banyak agama yang akhirnya menggiring manusia untuk menjadi munafik, bersikap intoleran dan melahirkan manusia sombong yang akhirnya saling serang, baku hantam, berperang atas nama agama. Politik dan agama telah menenggelamkan logika.Para politisi mungkin baik membaca dan merenungi filosofi Swami Vivekananda ini;orang boleh mendapatkan kemenangan-kemenangan  atas kemerdekaan politik dan sosial, tetapi jikalau dia menjadi budaknya nafsu dan keinginannya sendiri dia tidak akan merasakan kebahagiaan  yang murni dari kemerdekaan sejati. Salam damai.

Sumber gambar dari buku Suara Suara Kebangkitan(Voice of Vivekananda), Seri Buku-Buku Kesayangan Bung Karno Swami Vivekananda (dokumen pribadi)

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler