x

Iklan

Membangun Papua

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Media di NZ: Umat Muslim 'Membunuhi' Saudara Papua Mereka

Media-media di Selandia Baru menuduh Muslim Indonesia ‘menghabisi’ saudara Papua mereka

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Baru-baru ini terungkap bahwa beberapa media di Selandia Baru telah menuduh Muslim Indonesia melukai orang-orang Papua Barat yang Kristen. Dalam berita-berita (2016), mereka berpendapat bahwa fakta bahwa Islam yang sekarang berkembang ke Papua Barat adalah usaha umat Islam di Indonesia untuk melakukan apa yang mereka sebut genosida gerakan lambat (slow motion genocide). Dengan kata lain, mereka menuduh orang Indonesia secara perlahan tapi secara teratur ‘membunuhi’ saudara mereka dari Papua.

Mengutip sebuah laporan gereja yang berbasis di Australia tahun 2016 yang berjudul 'We Will Lose Everything', media Selandia Baru seperti Radio NZ dan Asia Pacific Report menegaskan bahwa kehadiran Islam di Papua (Papua dan Papua Barat) adalah langkah yang disengaja oleh umat Muslim Indonesia untuk mengusir orang-orang Papua dari tanah mereka.

Laporan Gereja yang tidak dipublikasikan tersebut dilaporkan telah mendokumentasikan tindakan diskriminasi soal agama, sosial dan ekonomi di Papua yang dilakukan oleh umat Islam Indonesia. Laporan tersebut berpendapat bahwa umat Islam lebih diuntungkan dari pembangunan saat ini ketimbang menguntungkan orang-orang asli Papua yang Kristen. Juga, laporan tersebut berpendapat bahwa umat Islam Indonesia telah merampas hak-hak orang Papua dari kepemilikan tanah dan lowongan pekerjaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Laporan tersebut benar-benar merujuk kehadiran Islam di Papua sebagai genosida gerakan lambat dengan tujuan utamanya adalah "mengganti agama Kristen dengan Islam", seperti dilaporkan dan ditegaskan oleh Radio NZ dan Asia Pacific Report.

Laporan tersebut, seperti dikutip, mengklaim bahwa klaim mereka didasarkan pada wawancara yang mereka lakukan dengan lebih dari 250 pemimpin masyarakat di Japapura, Merauke, Timika dan Sorong.

Dilaporkan bahwa pada tahun 1970an, penduduk asli Kristen Papua mencapai 96 persen dari total populasi. Saat ini mereka adalah minoritas 48 persen, karena transmigrasi Muslim Indonesia dari pulau-pulau lain yang lebih banyak penduduknya seperti di Jawa. Laporan tersebut juga menuduh umat Islam dengan sengaja meminggirkan orang Kristen Papua secara ekonomi. Laporan tersebut bahkan berpendapat bahwa ada gerakan bagi umat Islam dari Indonesia untuk menggantikan orang-orang Papua Kristen di setiap sector khususnya di pemerintahan.

Tuduhan vs kenyataan: perbedaan mencolok

Apa yang telah diklaim, sayangnya, hampir tidak beresonansi sama sekali dengan apa yang akan menjadi kenyataan di Papua.

Apa yang bisa jadi kesalahan utama dari laporan tersebut adalah banyak penduduk asli Papua yang saat ini juga beragama Islam di Papua. Orang-orang Muslim ini adalah mereka yang telah menjadi muallaf atau memang terlahir sebagai Muslim. Dan, tidak semua orang non-papua di Papua adalah orang-orang Muslim.

Media-media di Selandia Baru tersebut tidak pernah mendengar fakta bahwa umat Islam dan Kristen hidup dengan damai di Papua. Banyak orang Papua baik orang asli Papua maupun orang-orang non-Papua saling memahami tentang bagaimana hidup secara multikultur dan bersikap toleran terhadap kegiatan keagamaan orang lain.

Misalnya, pada saat Idul Fitri, banyak orang Papua Kristen datang ke teman dan keluarga Muslim mereka untuk mengucapkan selamat Idul Fitri dan menikmati makanan khas Idul Fitri. Selama Natal, di sisi lain, hal serupa terjadi di mana orang-orang Muslim Papua berduyun-duyun ke tempat keluarga dan teman Kristen mereka untuk mengucapkan selamat Natal.

Memang benar bahwa Papua Barat sekarang merupakan daerah yang lebih multikultural yang terdiri dari mayoritas penduduk asli Papua dan sisanya adalah etnis lain seperti orang Jawa, Tionghoa, Bugis, Minang, dan masih banyak lagi. Namun, hampir semua orang di sana mengerti bahwa hanya orang asli Papua yang dapat menjadi pemimpin lokal seperti walikota, gubernur, dan pemimpin militer yang ada di sana berdasarkan Peraturan Otonomi Khusus Papua.

Bagi orang asli Papua sendiri, mereka juga memahami bahwa tidak semua dari mereka adalah orang Kristen.

Ini adalah fakta bahwa penduduk asli Papua juga beragam dalam agama. Beberapa pemimpin lokal bahkan adalah orang asli Papua yang Muslim. Ada juga tokoh adat dan masyarakat asli Papua yang beragama Islam. Tahun lalu, mereka bahkan disambut oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelum mereka berangkat ke Arab Saudi untuk melakukan ibadah haji.

Jadi, haruskah ada yang percaya apa media NZ telah menuduhi umat Muslim di Papua?

Standar ganda

Ketika mereka mengklaim bahwa mereka telah mewawancarai ratusan pemimpin lokal di Papua, jumlah tersebut terdengar hanya dibuat-buat. Sekalipun memang benar, sangat diduga bahwa mereka hanya menargetkan beberapa individu tertentu yang sama sekali tidak mewakili seluruh Papua. Terlebih lagi, dari laporan yang konon disusun oleh lembaga bernama Brisbane Catholic Justice and Peace Commission, terlihat bahwa metode yang digunakan tidak jelas, sumber daya yang tidak dapat dipercaya, dan kesimpulannya ambigu.

Hal ini seharusnya menjadi rasa malu yang serius bagi media-media di Selandia Baru, bahwa mereka memiliki standar ganda saat meliput hal-hal berkaitan intervensi urusan dalam negeri negara lain. Dalam kasus tuduhan genosida ini, mereka dengan cepat menyebarkan pesan dari laporan yang tidak dapat dipercaya tersebut tanpa meminta konfirmasi dari orang Indonesia, baik yang muslim maupun kristen. Di sisi lain, ketika menyangkut urusan dalam negerinya, mereka akan dengan cermat mempertanyakan validitas setiap sumber sebelum melaporkannya.

Akhirnya, apa yang bisa kita pahami tentang tuduhan tersebut adalah bisa jadi ada agenda politik yang kotor di latar belakang. Agenda ini bisa jadi bermuara pada dua hal. Pertama, untuk mendapatkan popularitas media mereka dalam kegiatan pemilu politik berikutnya. Dua, untuk menciptakan isu-isu yang berpotensi membuat Indonesia, khususnya Papua, secara politis tidak stabil sehingga beberapa perusahaan sponsor media-media ini, yang memiliki kepentingan di Papua dapat mengambil keuntungan dari situasi buruk yang diciptakan. (*)

Sumber berita: http://tellthetruthnz.com/nz-media-accuse-indonesian-muslims-of-genocide-ing-their-fellow-west-papuans/

Sumber gambar: engagemedia

Ikuti tulisan menarik Membangun Papua lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB