x

Iklan

Nia S Amira

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sejuta Mimpi Indah di Negeri Magribi

Terkesan jauh dari modernitas seperti halnya di kota-kota besar yang ada di dunia, Maroko menyimpan pesona yang begitu unik

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Nia S. Amira

Rasanya sudah lama dan baru teringat kembali kisah-kisah indah yang pernah diceritakanoleh nenek saat kanak-kanak dahulu; kisah seribu satu malam, kisah para sahabat Nabi, dan yang paling membuatku terkenang adalah kisah tentang Ibnu Battuta, seorang ahli geografi dan penjelajah yang pernah hidup di abad pertengahan. Ibnu Battuta lahir pada 24 Februari tahun 1304 dan kemudian wafat pada usia 65 tahun di Marinid, Maroko, tanah kelahirannya.

Bukti yang menguatkan adanya hubungan Islam Maroko dan Indonesia dapat dilihat dari persamaan ornamen ukiran kayu, yang kaya warna di atap di sejumlah masjid di Maroko dengan yang ada pada bangunan warisan budaya Indonesia, seperti, Masjid Sunan Gunung Jati di Cirebon dan Masjid Said Naum di Kebon Kacang, Jakarta. Hubungan yang akrab antara Maroko dan Indonesia bahkan sudah dimulai sejak kunjungan Ibnu Battuta ke tanah rencong, Aceh pada tahun 1345. Batutta bertemu dengan Sultan Pasai yang saat itu diperintah oleh Sultan Al-Malik Al-Zahir Jamal-ad-Din. Batutta bahkan menuliskan dalam buku hariannya bahwa pulau Sumatra kaya akan kapur barus, buah pinang, cengkeh, dan timah. Ibnu Batutta sempat tinggal di rumah kayu di Kesultanan Pasai selama dua minggu sebelum melanjutkan perjalanannya ke negeri tirai bambu dan sebelumnya mampir di Malaka selama beberapa hari dengan menggunakan salah satu kapal layar milik Sultan Pasai yang juga menyediakan semua perlengkapan bagi penjelajah dari Maroko ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski banyak orang yang berkata Maroko terkesan jauh dari modernitas seperti halnya di kota-kota besar yang ada di dunia, namun negeri ini begitu unik, letaknya yang berada di benua Afrika, membuat negeri berpenduduk 33.8 juta jiwa itu kaya akan percampuran budaya yang pernah singgah di sana. Orang-orang Berber yang sangat tangguh yang mendiami Gurun Sahara di bagian barat negeri merupakan penduduk asli Maroko. Ada sekitar enam bahasa yang dipergunakan bangsa Maroko yaitu; bahasa Arab, Berber, Arab-Maroko, Arab-Hassaniya, serta bahasa Perancis yang merupakan peninggalan jaman kolonialisme dan hampir semua lapisan masyarakat dapat berkomunikasi dengan ke enam bahasa tersebut.

Ouadia Benabdellah adalah Duta besar Kerajaan Maroko yang menduduki posnya di Jakarta sejak 11 November 2016. Sebagai duta besar berkuasa penuh, Benabdellah, laki-laki kelahiran Sidi Slimane 58 tahun yang lalu itumerasa berkewajiban untuk menjalin hubungan bilateral yang harmonis antara Maroko dan Indonesia, tentunyadengan segala tantangan yang dihadapi.

Penduduk Jakarta yang ramah, udara yang panas dan lembab, serta lalu lintas yang sangat padat adalah kesan pertama saat Benabdellah menjejakkan kakinya di ibukota. Setelah beberapa bulan, ia sudah merasa seperti orang Indonesia pada umumnya yang terbiasa dengan kondisi jalan di Jakarta yang hampir selalu padat setiap hari.

Tidak mudah bagi Benabdellah untuk mengatakan apa makanan favoritnya baik dari Maroko mau pun dari Indonesia, karena menurutnya setiap masakan memiliki citarasa yang khas, keragaman bumbu yang dipergunakan sehingga menerbitkan rasa yang berbeda serta keaneka-ragaman makanan yang dapat dipilih sesuai selera.

Seperti halnya makanan, Benabdellah yang selalu terlihat bersemangat ini bahkan bisa tergelak saat ditanya di mana tempat favorit berlibur baginya di Indonesia, meski demikian ia menyebutkan Danau Toba, Bali, Lombok, Yogyakarta, dan Bandung.Mungkin destinasi selanjutnya adalah Garut di Jawa Barat.

Sama halnya seperti Indonesia, mayoritas penduduk Maroko 99% adalah Muslim dan dengan moto Tuhan, Negeri, serta Raja, negeri yang diberkati Tuhan ini menjunjung tinggi kelembagaan kerajaan yang pada saat ini diperintah oleh Raja Muhammed VI Saadeddine Othmani.

Nama Maroko yang lain adalah Al-Magribi,yang dalam bahasa Arab kurang lebih berarti tempat matahari kembali ke peraduannya. Tentu ada alasan mengapa negeri ini disebut Al-Magribi, apalagi kalau bukan karena keindahannya saat matahari tenggelam dan terlihat jelas dari bibir pantai yang berada dipinggiran laut Medeterania.

Rabat adalah ibukota Maroko dan seperti ibukota-ibukota yang ada di negara-negara lain, ritme kehidupan selalu menarik, terutama karena akulturasi budaya yang ada di Maroko; Berber yang begitu kental dengan sisi tradisionalnya bercampur dengan budaya Eropa. Ibukota Rabat disesaki oleh gedung-gedung perkantoran dengan arsitektur indah bergaya Art Deco, hotel-hotel mewah sebagai tempatsinggah untuk berlibur, serta restoran-restoran dan tempat-tempat hiburan berkelas yang menarik untuk didatangi.

Casablanca adalah kota terluas yang dibentengi oleh Samudera Atlantik. Casablanca jugakota pelabuhan dan kota komersial yang ada di bagian sebelah barat Maroko. Sisa-sisa peninggalan kolonial Perancis terlihat jelas dan Casablanca bahkan disebut sebagai kota yang memiliki hasil karya Seni Budaya yang tinggi, karena begitu banyak peninggalan Art Deco yang menawan, dalam bentuk bangunan yang kini telah berubah menjadi Galeri Seni dan Museum, tentu saja selain pantainya yang indah.

Casablanca dihiasi bangunan-bangunan menawan bergaya Mauresqueyang merupakan percampuran antara gaya bangsa Moor dan gaya Art Decodari Eropa. Orang-orang Moor berasal dari abad pertengahan dan tinggal di Al-Andalus (baca: Spanyol), Maroko, dan juga Afrika. Masjid Hassan yang nampak megah adalah Ikon terindah kota Casablanca yang selesai dibangun pada tahun 1933, memiliki minaret setinggi 210 meter yang di atasnya di hiasi laser yang diarahkan langsung ke kota Mekkah. Kota dengan penduduk 3.36 juta jiwa ini sangat memanjakan para pelancong yang berwisata ke sana dengan banyak tempat cinderamata yang patut didatangi untuk mendapatkan oleh-oleh khas negeri Berber.

Casablanca awalnya didirikan oleh seorang saudagar Spanyol pada tahun 1575 di lokasi sebuah desa yang dinamakan Anfa, yang menjadi tempat singgah para perampok yang datang dari pantai utara Maroko. Kota yang pernah luluh lantak akibat gempa bumi pada tahun 1755 itu dibangun kembali oleh Sultan Alawi dan kini Casablanca bagaikan wanita cantik yang kerap memoles wajahnya untuk tampil lebih cantik lagi dan telah berkembang menjadi pusat perekonomian dan industri terbesar di Maroko. Di balik tembok kota, terdapat rumah-rumah bata yang menjadi pemukimam warga keturunan Perancis. Jalan-jalan sempit menjadi tempat yang mengesankan untuk disusuri.

Benabdellah yang pernah memberikan kuliah umum di salah satu kampus di kota Malang dan Jakarta bercerita banyak hal tentang negerinya yang indah, yang juga merupakan salah satu pusat aliran Sufi di dunia yang berkembang pesat, terutama di kota Fez (Fes). Jarak Maroko yang terkesan jauh di benua Afrika tentunya dapat dikesampingkan jika masyarakat Indonesia, terutama kaum muslim yang ingin melihat dari dekat keaslian seni dan budaya Islam yang biasanyadidatangi di Negara lain saat selesai menjalankan Umrah, padahal itu merupakan peninggalan orang-orang Moor dari Maroko.

Sejarah Kerajaan Maroko yang panjang dan budaya bangsa Maroko yang merupakan percampuran Arab dan Berber, penduduk Sahara-Afrika, serta pengaruh bangsa Eropa, mengantarkan rakyat Maroko kepada sejarah dunia yang diakui oleh masyarakat internasional. Orang-orang Moor yang berasal dari Maroko memerintah bagian Andalusia yang adalah wilayah Spanyol, mulai awal abad ke- 8 hingga akhir abad ke-15, bisa dikatakan Spanyol berada di bawah kekuasaan bangsa Moor selama hampir 800 tahun dan meninggalkan warisan budaya yang telah masuk dalam Warisan Dunia, UNESCO, yaitu - Alhambra dan Mezquita. Pengaruh budaya bangsa Moor menjangkau jauh melampaui batas-batas kota dan negara; Sevilla, Córdoba, Granada dan Cádiz dikenal di seluruh Eropa dan Afrika Utara sebagai pusat pembelajaran yang hebat, terkenal dengan seni yang tinggi serta arsitektur rumah-rumah yang menawan.

Keaslian wajah Maroko yang juga menyimpan tingginya peradaban Moor Al-Andalus di Spanyolakan memberikan nilai sejarah bagi siapa pun yang ingin mengenal dan melihat Maroko dari dekat. Benabdellah yang ramah senyum ini, membisikkan kepada saya saat sesi wawancara khusus yang berlangsung di kedutaannya pada awal Januari 2018 lalu, bahwa ada banyak tempat indah di Maroko yang sayang jika tidak dikunjung; misalnya saja wisata pantai di pinggiran laut Medeterania, wisata religi (wisata Sufi), wisata alam pengunungan, wisata ski, wisata kesehatan, wisata kuliner, wisata gurun, dan juga sirkuit untuk bermain Golf.

Fez memang sedikit berbeda dari Rabat dan Casablanca, namun Fez adalah kotapusat para ilmuwan, imam, sekaligus pengrajin. Fez begitu percaya diri dengan sejarah dan budaya yang dimiliki kota berpenduduk satu juta lebih itu. Di Fez, masih ada sekitar 70.000 orang yang memilih untuk tinggal di pusaran Madinah yang dipenuhi keledai-keledai seperti yang terdapat di kota-kota tua yang ada di Asia Tengah. Fez adalah salah satu kotatujuan wisata religi dan banyak mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di sana, seperti yang disampaikan oleh Benabdellah.

Daya tarik Fez sungguh luar biasa; lorong-lorong panjang berdinding warna-warni seperti tak terputus mengarah ke bentuk kotak dengan air mancur yang indah yang mengucapkan salam lewat harumnya masakan berbumbu aromatik yang berasal dari rumah-rumah penduduk, atap-atap rumah yang seperti ingin mencapai langit serta pintu-pintu rumah para pengrajin yang tiada henti menciptakan maha karya serta pintunya yang selalu terbuka menyambutpara tamu untuk menganggumi keindahan ciptaan mereka. Fez, sungguh tempat yang ideal untuk jatuh cinta.ErwinaWigneswara Pidekso, Wakil Presiden Direktur salah satu Bank Syariah terbesar di Indonesia bahkan mengatakan ia ingin kembali lagi mengujungi Maroko dengan sejuta keindahannya.

Benabdellah menambahkan bahwa hubungan Maroko dan Indonesia memang penuh sejarah dan duta besar yang menyukai musik jazz serta Sufi ini ingin mempererat lebih dalam lagi hubungan bilateral kedua negara, tidak saja dalam bidang ekonomi atau pariwisata, namun juga dalam bidang seni dan budaya. Pada Juli 2017, ahli kaligrafi terkenal Filali Baba, seorang artis Henna, dan seorang pembuat kerajinan perak datang ke Jakarta dan mendemonstrasikan keahlian mereka yang mendapatkan sambutan meriah dari masyarakat Indonesia. Kedutaan Besar Maroko berencana akan mengadakan acara-acara besar lainnya pada bulan-bulan mendatang, seperti pertunjukkan seni, musik, serta kuliner.

Benabdellah yang juga lulusan Business Management dari kampus ternama di Perancis mengisyaratkan bahwa Maroko ingin meningkatkan bidang ekspor dan impor dengan Indonesia. Maroko masih membutuhkan lebih banyak lagi impor teh dan kopi Indonesia yang sudah terkenal ke seluruh dunia, bahkan sejak berabad-abad lalu. Sebagai penghasil dan pengekspor Fosfat nomor satu di dunia, Maroko selalu siap untuk mengirimkannya ke Indonesia yang memang ingin mengembangkan produktivitas pertaniannya. Tentu saja ada banyak sektor usaha yang dapat dikembangkan bersama di masa mendatang.

Sebagai orang yang senang bepergian untuk mengenal bangsa lain dari dekat; kehidupannya serta budayanya, Benabdellah yang suka mengenakan pakaian berwarna biru ini berujar tentang minyak Argan yang terkenal itu. Jika ada orang Indonesia yang ingin terlihat lebih muda 15 tahun dari usianya, segera lah pergi dan temukan minyak Argan yang asli di pelosok-pelosok kota di Maroko dan rasakan kehebatan minyak yang juga digunakan sebagai bumbu masakaan, terutama oleh orang-orang Berber. Kandungan minyak y-Tocopherol yang tinggi dari minyak lainnya menjadikan minyak Argan sebagaiobat alternatif bagi pengidap kanker. Pemerintah Maroko bahkan akan meningkatkan hasil produksi minyak Argan ini dari sekitar 2,500 ton menjadi 4,000 ton di tahun 2020.

Pemerintah kedua Negara saling menitipkan kenang-kenangan yang abadi. Jika di Jakarta Selatan ada jalan Casablanca, maka di jalan utama kota Rabat yang sibuk, terdapat Jalan Soekarno atau Rue Soukarno, terletak persis di samping kantor pos besar Maroko yang dibuat untuk menghormati Presiden Republik Indonesia pertama yang berjasa saat menggalang kekuatan negara–negara dunia ketiga dalam Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, Jawa Barat.

Datang lah ke Maroko dan bersiaplah untuk jatuh cinta di negeri yang mempesona ini.

Nia S. Amira adalah seorang penulis, jurnalis dan linguis dari Indonesia. Ia menulis tentang budaya, hubungan internasional, multikulturalisme, dan studi keagamaan. Artikelnya telah dipublikasikan di lebih dari 30 media di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat.

 

Ikuti tulisan menarik Nia S Amira lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler