x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Wayang - Potensi Perannya di Era Global

Paparan tentang wayang dan potensi perannya dalam ilmu psikologi, komunikasi dan kepemimpinan di era global

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Wayang – Kearifan Lokal untuk Membangun Dunia

Penulis: Sarlito Wirawan Sarwono, dkk.

Editor: Dwi Woro Retno Mastuti, Yusuf Sutanto dan Darmoko

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2017

Penerbit: UI Press

Tebal: xx + 300

ISBN: 978-979-456-689-3

Wayang adalah mahakarya kesenian Nusantara. Bahkan wayang sudah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Meski harus diakui bahwa sumber ceritanya, yaitu Mahabharata dan Ramayana adalah saduran dari karya India, namun bentuk karya kesenian dan pemaknaan sudah seratus persen Nusantara. Meski wayang dianggap sebagai sebuah karya seni yang adiluhung, namun sepertinya kini keberadaan wayang telah mulai ditinggalkan. Apakah benar bahwa wayang hanyalah sebuah tontonan? Ataukah wayang memiliki peran yang lebih luas dan penting bagi bangsa di Nusantara ini?

Wayang telah menjadi alat refleksi bagi banyak suku di Nusantara, khususnya di Jawa dan Bali. Pertanyaannya adalah, apakah wayang masih relevan di jaman modern ini? Apakah wayang bisa memberi sumbangan kepada kebudayaan global saat ini dan nanti?

Buku ini memberikan gambaran rinci bagaimana wayang telah mempengaruhi cara pandang manusia Indonesia dan bagaimana potensinya untuk menjadi sumber dalam membangun budaya global. Buku ini juga memberikan informasi berbagai hal tentang wayang, tokoh-tokohnya dan gagrag-nya. Secara khusus Dwi Woro Retno Mastuti, yang juga adalah salah satu editor buku ini menulis tentang wayang potehi. Wayang potehi adalah wayang yang berbasis cerita dari Tiongkok, yaitu cerita Sik Jin Kwie.

Bagian kedua buku ini membahas bagaimana wayang bisa digunakan dalam neuro education. Seperti dijelaskan oleh Ade Iva Murty di pengantar buku ini, neuroplastisitas adalah pendekatan terkini yang membahas potensi yang dimiliki oleh otak manusia untuk membangun neural pathways dalam menghadapi lingkungan di sekitar kehidupannya, khususnya tantangan perubahan besar yang berjalan sangat cepat saat ini (hal. xi). Tony Setiabudhi menjelaskan secara gambling hubungan antara neuroplastisitas dan budaya (hal 143). Wayang dianggap sebagai salah satu potensi untuk hal tersebut. V. Sutarmo Setiadji dan Dewi Irawati Soerio Santoso menjelaskan bahwa proses mendalang dan menari (dalam wayang orang) mempunyai potensi untuk mengaktifkan otak (hal. 138). Sehingga ia menyarankan supaya mendalang dan menari diajarkan di sekolah-sekolah. Sedangkan Ganang Dwi Kartika menjelaskan proses laku tapa (meditasi) dalam wayang hubungannya dengan kesehatan mental spiritual (hal. 170).

Bagian ketiga buku ini secara khusus membahas wayang dan kepemimpinan. Adi Deswijaya menjelaskan konsep kepemimpinan dalam pewayangan. Ia menggunakan beberapa tokoh wayang dan Serat Kalatida dalam menjelaskan konsep kepemimpinan tersebut (hal. 185). Dwi Kristianto dan Widhyasmaramurti menambahkan kepemimpinan dari kisah Semar Mbangun Kayangan (hal 221). Selu Margaretha Kushendrawati membahas panah Srikandi yang membunuh Resi Bisma dari tinjauan filsafat (hal. 207). Melalui kisah Srikandi yang membunuh Resi Bisma, Kushendrawati menjelaskan bahwa kadang manusia dihadapkan kepada sebuah kewajiban yang sangat sulit, tetapi tetap harus diambil. Selanjutnya Ronny Adhikarya menjelaskan bagaimana wayang sebagai alat komunikasi tradisional untuk pendidikan dalam hal mempertahankan warisan budaya (hal. 263).

Buku ini memuat artikel-artikel lain yang tidak secara khusus saya jelaskan dalam tulisan pendek ini. Artikel-artikel tersebut memberikan bukti bahwa wayang memiliki peran yang lebih besar daripada sekedar sebuah tontonan.

Terbukti bahwa wayang memiliki peran yang sangat penting bagi orang Indonesia. Wayang bisa digunakan dalam ilmu modern seperti psikologi, kepemimpinan dan komunikasi. Alangkah baiknya jika wayang bisa dikemas kembali sehingga bisa lebih sesuai dengan kondisi budaya generasi sekarang dan manfaatnya bisa terus digali untuk kemajuan bangsa.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler