x

Iklan

Meutia Gozali

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jalan Panjang Melawan Gizi Buruk di Asmat

DinKes Kabupaten Asmat menetapkan bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) campak telah berakhir. Lantas apakah tugas pemerintah pusat di Asmat sudah selesai?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada tanggal 4 Februari 2018, Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat menetapkan bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) campak telah berakhir. Penetapan ini didukung oleh panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang lebih dahulu menyatakan pada 2 Februari bahwa KLB campak di wilayah itu telah selesai. Lantas apakah tugas pemerintah pusat di Asmat sudah berakhir?

KLB campak di Kabupaten Asmat disebabkan oleh gizi buruk. Gizi buruk adalah saat jumlah makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energi individu. Seseorang dengan gizi buruk dapat mengalami wasting (atau malnutrisi akut, ketika seseorang terlalu kurus untuk tinggi badannya) dan stunting (atau malnutrisi kronis, ketika seseorang terlalu pendek untuk usia mereka). Kekurangan gizi meningkatkan risiko penyakit menular seperti diare, campak, malaria dan pneumonia.

Menurut data terakhir, 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk di Asmat. Jumlah anak yang meninggal akibat wabah campak dan gizi buruk adalah 70 orang.

Malnutrisi kronis dapat mengganggu perkembangan fisik dan mental anak. Hal ini adalah bagian dari siklus dimana gizi buruk dan kemiskinan saling berhubungan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Cycle of despair for the poor

Tidak ada intervensi tunggal yang dapat secara cepat dan ajaib mengatasi malnutrisi kronis. Hal ini karena penyebab gizi buruk sangat kompleks dan bervariasi.

 The UNICEF conceptual framework of undernutrition

Dari tingkatan penyebab langsung, anak-anak di Asmat terinfeksi cacing pita yang akan mengambil nutrisi yang didapatkan oleh anak tersebut. TBC juga dapat menurunkan berat badan dengan sangat drastis.

Asupan makanan anak-anak di Asmat tidak bervariatif. Eksport makanan sulit karena akses transportasi menuju dan di dalam Asmat sangat buruk. Kampung terjauh dari Agats, ibu kota Asmat, berjarak tujuh jam perjalanan laut menggunakan perahu mesin.

Infrastruktur yang layak sulit dibangun karena wilayah didominasi rawa berlumpur dan sungai. Masyarakat sebagian besar tidak memiliki jamban dan buang air besar di dekat rumah. Mereka mengonsumsi air sungai untuk kebutuhan minum dan makan tanpa dimasak. Asmat hanya memiliki satu rumah sakit tipe C, 13 puskesmas, dan 26 dokter umum.

Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kabupaten Asmat sudah mencapai lebih dari Rp 1 trilliun pada 2017 tetapi penggunaan APBD tidak efektif dan tidak tepat sasaran. Dosen Ilmu Politik Universitas Cendrawasih, Marinus Yaung, menyatakan hal ini karena persaingan politik pada pemilihan kepala daerah. Kepala daerah terpilih membatasi anggaran pelayanan publik, termasuk kesehatan, untuk daerah atau kelompok masyarakat yang mendukung lawan politik.

Penanganan pemerintah untuk malnutrisi akut dan campak sudah cukup baik. Kemenkes RI sudah mengirim 39 tenaga kesehatan yang juga termasuk ahli gizi, kesehatan lingkungan, dan surveillance. Selain itu, pemerintah mengirimkan 3 ton pemberian makanan tambahan (PMT), 800 vial vaksin campak dan 10.000 pcs jarum suntik 0,5 ml. Akan tetapi, itu belum cukup untuk menangani kasus yang kronik dan memutus siklus gizi buruk.

Kita dapat berkaca dari Brazil dan India yang sudah berhasil menurunkan angka stunting pada negara mereka. Brazil melakukan beberapa program sekaligus untuk mengatasi stunting. Pertama, pemerintah meningkatkan daya beli keluarga melalui peningkatan upah minium dan perluasan program transfer uang. Masalah malnutrisi dimulai dari sebelum lahir hingga dewasa. Ibu dengan nutrisi yang buruk akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir yang rendah Tingkat pendidikan dan kesehatan ibu sangat penting. Pemerintah Brazil fokus terhadap kenaikan tingkat pendidikan perempuan serta perbaikan dan perluasan layanan kesehatan ibu dan anak. Pemerintah juga melakukan perluasan sistem air dan sanitasi serta perbaikan kualitas dan kuantitas makanan yang dihasilkan oleh peternakan keluarga kecil.

Di India, pengurangan gizi buruk dilaksanakan melalui kepemimpinan pemerintahan dan masyarakat sipil, peningkatan taraf sosial ekonomi, dan pergerakkan masyarakat. Taraf sosial ekonomi ditingkatkan melalui pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan, pemberdayaan perempuan dan edukasi kesehatan. Di India, terdapat juga peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan cara mengadvokasi pentingnya 1000 hari pertama kehidupan dan menjalankan praktek berbasis bukti.  Berbagai sektor bekerja sama untuk mengurangi kekurangan gizi seperti pertanian dan pendidikan. Pemerintah juga membangun keberlanjutan dengan mempromosikan program yang dipimpin masyarakat dan dikelola oleh masyarakat.

Hal yang ingin saya sarankan adalah dua hal: peningkatkan kerja sama lintas sektor dan pemerdayaan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa tidak hanya sektor kesehatan yang diperlukan untuk memutus siklus gizi buruk dan kemiskinan. Pendidikan, pertanian, dan infrastruktur juga diperlukan. Hal ini dapat diwujudkan dengan meningkatkan tingkat pendidikan perempuan dan mencari model pertanian dan perternakan yang dapat dikelola oleh masyarakat di Asmat. Jamban sehat dan sumur dibangun dengan bantuan penduduk Asmat. Penempatkan tenaga kesehatan baik melalui program Nusantara Sehat, wajib kerja dokter spesialis (WKDS), maupun penugasan khusus individu harus dijalankan.

Edukasi kesehatan seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus melibatkan masyarakat tidak hanya Dinas Kesehatan. Ibu-ibu yang berikan penyuluhan didorong untuk mengajarkan kembali perilaku sehat kepada masyarakat setempat. Masyarakat dilibatkan dalam pembuatan sarana seperti jamban dan sumur agar dapat membuatnya sendiri saat pemerintah pusat tidak memantau langsung. Masyarakat pada pertemuan komunitas diikutsertakan dalam menggali permasalahan kesehatan di lingkungan mereka dan mencari solusi yang cocok bagi mereka sehingga ada program berkelanjutan yang dipimpin masyarakat dan dikelola oleh masyarakat.

Perjalanan untuk menanggulangi malnutrisi masih panjang dan keras. Namun, pemerintah sudah menyiapkan fondasi untuk mencapai kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat di Asmat. Saya berharap bahwa selanjutnya pemerintah akan lebih memperhatikan perkembangan dan kesejahteraan masyarakat di pelosok Indonesia.

 

Daftar Pustaka:

  1. http://www.bbc.com/indonesia/media-42914180
  2. http://nasional.kompas.com/read/2018/01/29/18120331/ini-gambaran-menkes-tentang-kondisi-korban-gizi-buruk-di-asmat
  3. http://regional.kompas.com/read/2018/01/25/14070311/satgas-terpadu-klb-asmat-temukan-646-kasus-campak-dan-144-gizi-buruk
  4. http://regional.kompas.com/read/2018/01/26/08124531/ini-strategi-menkes-atasi-klb-gizi-buruk-dan-campak-di-asmat
  5. http://www.bbc.com/indonesia/media-42945413
  6. http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=18011500001
  7. http://www.who.int/features/qa/malnutrition-emergencies/en/
  8. http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42872190
  9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4428483/
  10. http://www.unicef.in/Story/686/Fastest-Decline-in-Child-Stunting-Cases

Ikuti tulisan menarik Meutia Gozali lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB