Akal wataknya mengutak-atik
Bertanya dan mempertanyakan.
Iman lebih memilih menerima
keyakinan enggan dirasionalkan.
Rasa lebih dekat dengan iman
Tak semua rasa bisa di-akal-kan
Di pusaran antah-berantah
Saat akal tak bisa menjamah
Bertanya berarti memberontak
Melawan tanpa musuh yang jelas
Cemas dan resah tindih-menindih
Ragu tiada berawal, tiada berakhir.
Di pusaran antah-berantah
Keyakinan bisa damai dan berdamai
Menerima tanpa tanya
Menyelemi iman penuh khusyu’
Berpasrah diri tanpa menggugat
Di sini, hidayah adalah segalanya.
Di tengah pusaran antah-berantah
Rasa menyentuh yang tak terjamah
Relung hati menyibak rahasia
Qalbu menyentuh yang tak tepermanai
“Aku dan gaib” saling menyapa
Insting azali menguasai cakrawala.
Jika akal-rasa-dan-iman
Bergerak sesuai alur dan jalurnya
Bertemu di ujung terowongan entah
Bersenyawa dalam witir tak terpisahkan
Melebur menjadi hamba yang menyembah
Seirama mempersembahkan syukur.
Syarifuddin Abdullah | 12 Februari 2018 / 27 Jumadil-ula 1439H.
Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.