x

Ilustrasi pria konsultasi dengan Psikolog. shutterstock.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kepemimpinan: Konsisten untuk tidak Konsisten

Adakah perbedaan antara tidak konsisten dan berubah?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

 “Tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali ketidakkonsistenan.”

--Jonathan Swift (1667-1745)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menyaksikan figur yang dianggap pemimpin tiba-tiba mengambil keputusan yang berbeda untuk persoalan serupa, banyak orang bertanya-tanya: apa yang sedang terjadi? Sebagian orang berpendapat pemimpin itu tidak konsisten dalam bersikap, sebagian lainnya berpandangan bahwa ia berubah karena beradaptasi terhadap situasi yang berubah namun ia tetap memegang nilai yang sama.

Dua hal itu, tidak konsisten dan berubah, merupakan situasi yang nyaris serupa namun sebenarnya sangat berbeda. Ada pemimpin yang berkukuh tidak mau berubah padahal situasi sudah berubah. Misalnya saja, para manajer bingung sebab pemimpin perusahaan tidak mau menyusun strategi baru untuk menghadapi perubahan selera konsumen. Ada pula pemimpin yang mudah berubah dalam waktu relatif singkat sekalipun situasi tidak berubah drastis.

Lantas apa yang membedakan keduanya?

Memimpin perubahan dilandasi oleh visi yang jelas, bukan sekedar keluyuran di tengah kegelapan. Perubahan ini didahului oleh eksplorasi untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai. Tujuannya jelas, bukan acak. Namun lebih penting dari visi yang jelas ialah integritas yang tidak tergoyahkan oleh perubahan situasi. Pemimpin ini bisa saja mengubah strategi, namun ia tidak akan mengorbankan integritasnya hanya demi strategi yang baru.

Inkonsitensi, sebaliknya, dilandasi oleh sasaran jangka pendek, bukan oleh visi jangka panjang yang berdampak fundamental bagi masyarakat yang ia pimpin. Pemimpin yang tidak konsisten akan menyampaikan pesan yang berbeda untuk situasi yang sama. Ia akan mudah berubah-ubah sikap tergantung kepada tujuan jangka pendek yang ingin ia capai. Baginya tidak penting bahwa orang lain memandang dirinya bersikap tidak konsisten asalkan tujuannya tercapai.

Inkonsistensi meninggalkan masyarakat dalam kabut, sedangkan perubahan sejati membawa lentera cahaya. Visi jangka panjang yang jelas dengan integritas yang terpelihara merupakan dua hal yang membedakan perubahan dari inkonsistensi. Sebagian pemimpin yang tidak konsisten menemui kesukaran dalam mengomunikasikan pilihan-pilihan keputusannya yang berubah-ubah, sebab ia harus meyakinkan rakyat banyak dengan alasan yang dapat diterima nalar. Sayangnya, komunikasi yang seringkali buruk semakin menyingkapkan ketidakonsistenan dalam bersikap.

Orang banyak kemudian menyimpulkan bahwa pepatah lama masih juga berlaku: “Tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali kepentingan diri sendiri.” Kepentinganlah yang abadi, sedangkan alasan dapat disusun meskipun yang menyusun alasan itu sendiri tidak sepenuhnya yakin, sebab ia sesungguhnya tahu telah melanggar komitmennya sendiri. Inkonsistensi lahir karena kepentingan jangka pendek yang berubah-ubah tergantung kepada kebutuhan.

Pemimpin seperti ini tidak berpikir tentang pentingnya membangun kepemimpinan yang berintegritas demi terbangunnya masyarakat yang berkarakter baik. Celakanya, begitu seorang pemimpin membenarkan inkonsistensi yang ia lakukan, tidak akan ada yang dapat menghentikannya untuk bertindak tidak konsisten lagi. Terlebih lagi ketika ia tahu bahwa protes orang banyak hanyalah omelan yang segera berlalu. Baginya, yang harus dijaga konsistensinya ialah kepentingan diri sendiri. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler