x

Iklan

Subagyo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lebih Baik Mati Daripada Tidak Kaya

Tapi di negara ini terlalu banyak aparatur negara yang maling sehingga rakyatnya harus ronda siang malam dan masih terus kebobolan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rupanya beban rakyat di negeri ini kian berat. Seharusnya pengurus negara dipilih dengan tujuan agar mereka itu mengurusi nasib rakyat, membawa perubahan yang lebih baik. Tapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya, rakyat harus mengurusi mental dan kinerja aparatur negara, sehingga untuk mengurus diri sendiri pun menjadi tidak fokus. Suatu wilayah jika tidak ada malingnya, tidak perlu susah-susah warganya mengadakan ronda malam. Tapi di negara ini terlalu banyak aparatur negara yang maling sehingga rakyatnya harus ronda siang malam dan masih terus kebobolan karena malingnya jauh lebih pintar-pintar.

Soal korupsi aparatur negara di Orde Reformasi ini kian menggila. Operasi-operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK dan Satuan Pemberantasan Pungutan Liar (Saber Pungli) seakan-akan tidak membuat takut untuk terus korupsi. Kejahatan korupsi itu bentuknya bisa makan kekayaan negara bisa juga makan suap ataupun gratifikasi. Lalu bagaimana cara menghentikan atau minimal mengurangi secara progresif kejahatan korupsi itu? Jangan-jangan jika diterapkan hukuman mati, kejahatan korupsi tetap akan merajalela karena mental dan ideologi bangsa ini sudah pada level “lebih baik mati daripada tidak hidup kaya”?

Sehingga, agama hanya menjadi identitas saja. Orang beribadah ritual di masjid, gereja, klenteng, pura, vihara, dan lain-lain hanya untuk pencitraan. Berhaji dan umroh hanya untuk pencitraan dan jalan-jalan. Tuhan sudah dianggap memaklumi. Bahkan ada orang yang hidup bermewah-mewah dan berboros-boros sambil berdoa, “Ya Tuhan, terimakasih atas kebaikanMu!” Pegawai pemerintah atau pengadilan habis menerima uang sogok ataupun gratifikasi atau dari pungli, mengucap “Alhamdulillah!” Bagaimana itu bisa terjadi? Apakah guru agamanya tidak mengajarkan bagaimana cara hidup yang benar menurut agama? Ataukah memang orang zaman sekarang melakukan ijtihad agama dengan cara pikir hedon? Sungguh lucu, tapi juga menyedihkan. Mungkin perlu ada LSM bernama Gerakan Tertawa Terbahak-bahak Nasional (GETER BANAS) untuk menertawakan perilaku lucu yang menyedihkan itu.

Pemerintah sekarang ini utangnya banyak. Pemerintah harus utang lagi untuk membayar cicilan utang negara, termasuk bunganya. Dalam RAPBN 2018, pemerintah akan membayar bunga utang sebesar Rp 247,6 T. Itu bayar bunga utang. Jumlahnya tidak beda jauh untuk anggaran subsidi energi sebesar Rp 103,4 T dan subsidi nonenergi sebesar Rp 69 T. Anggaran dana untuk pembangunan infrastruktur tahun 2018 sebesar Rp 409 T.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Utang pemerintah di era Presiden Jokowi bertambah sekitar 1.000 T. Angka rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari 25 persen menjadi 28,1 persen. Pembangunan infrastruktur diintensifkan demi mengejar pertumbuhan ekonomi dan demi memudahkan kegiatan masyarakat tertinggal.Katanya begitu.

Tapi dengan keadaan kejahatan korupsi yang tetap menggila seperti itu, apakah tidak banyak buang-buang uang negara yang diembat para penjahat negara itu? Jika tradisi kebocoran uang negara masih berkisar 30 persen, maka duit yang dikorupsi dari anggaran infrastruktur 2018 nanti bisa mencapai sekitar Rp 122 T. Bagaimana dengan uang yang bocor di tahun 2015, 2016 dan 2017?

Kalau menurut pengalaman subkontraktor proyek pemerintah yang pernah menjadi klien saya, dia bilang anggaran dana yang sampai ke tangannya tinggal 50 persen. Ke mana yang 50 persen? Menguap di tangan para penikmat uang negara itu. Para penjahat memang pikirannya pendek, demi kenikmatan diri dan keluarganya, tak peduli yang disantap itu uang dari utang negara dan uang keringat pajak rakyat. Mereka menghisap kesengsaraan masyarakat banyak. Terkutuklah mereka itu! Bagaimana mereka bisa membayangkan surga akhirat akan mau dihuninya? Tidak masuk akal.

Maksud saya begini. Kapan kita mempunyai pemerintah yang mampu meletakkan dasar pembangunan sumber daya manusia (SDM) aparatur negara yang siap dan jujur untuk mengelola uang negara untuk proyek-proyek pembangunan itu, sehingga menumpuknya utang negara tidak sia-sia terbuang. Bahkan jika tingkat korupsinya dapat ditekan menjadi hanya sekitar 10 persen saja, pemerintah akan lebih mudah segera melunasi utang dan pembangunan menjadi efektif, nasib rakyat bisa lebih cepat membaik.

Hal pertama kali yang dibutuhkan adalah rezim yang mampu merombak atau merevolusi mental aparatur negara. Mungkin itu juga perkara sulit, tidak sepenuhnya berhasil, sehingga pemerintahan juga mesti menciptakan sistem pencegahan korupsi. Sewaktu debat calon presiden dulu Jokowi pernah mempunyai gagasan menciptakan e-government guna mencegah korupsi. Katanya gampang, bisa dikerjakan selesai dalam waktu dua minggu. Mana kenyataannya? Ini sudah tiga tahun.

Dari zaman pemerintahan SBY dulu tender-tender proyek menggunakan e-tender, tetapi ternyata banyak peserta tender yang mempunyai afiliasi dengan para pejabat penguasa. Masih terjadi akal-akalan. Hingga sekarang masih begitu.

Bukankah lebih baik kita menghemat uang dan kekayaan negara, tidak menambah utang, hidup dengan keadaan sekarang, daripada semakin menambah beban masyarakat dan negara. Katakanlah bahwa jalan besar bisa dibangun di mana-mana, tetapi beban negara makin berat dan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui makin habis dengan cepat, yang jika itu telah habis maka negara kita makin miskin, dalam keadaan para penjahat negara itu hidup berfoya-foya. Lain lagi jika aparatur negara kita sudah mayoritas jujur dan bersih maka dengan sedikit uang kita bisa melakukan banyak hal untuk kesejahteraan rakyat.

 

Ikuti tulisan menarik Subagyo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB