x

Maruarar Sirait : Hubungan Presiden dan DPR Justru Harmonis

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Andai Maruarar Minta Maaf Sejak Awal

Heboh Penghadangan terhadap Anis Baswedan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bisa jadi, penghadangan terhadap seorang Gubernur  dalam suatu acara -sekalipun- oleh Paspampres, baru pertama kalinya terjadi di Indonesia. Adalah Anis Baswedan, Gubernur DKI yang mengalami  kejadian itu pada saat akan turun dari Tribun GBK untuk ikut menyerahkan Piala bersama Presiden Jokowi kepada Persija yang berhasil menjadi juara Piala Presiden pada  17/02/2018  lalu.

Vidio Penghadangan terhadap Anis Baswedan menjadi viral di Medsos pasca diunduh oleh akun facebook atas nama Ali Ghuraisah (17/02.2018). Kontan saja berbagai tanggapan berseliweran dari yang rakyat jelata hingga para elite negeri. negeripun jadi gaduh saling sahut menyahut baik di media cetak, elektronik maupun di media social,

Mayoritas memang banyak yang menyayangkan hal itu terjadi, namun demikian, ada saja alasan yang dikemukakan pihak terkait.  Maruarar Ketua SC yang biasa di panggil Ara ini, menyatakan bahwa persoalan siapa saja yang harusnya mendampingi Jokowi ke lapangan untuk menyerahkan piala  ada batasannya, tidak semua pejabat negara yang hadir harus mendampingi Presiden (Chirpstori18/02/2018).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pihak Istanapun tidak tinggal diam, Bey Machmudin, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden buru buru memberikan keterangan dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan prosedur pengamanan karena Paspampres berpegang pada daftar nama pendamping Presiden yang disiapkan panitia (Batas Media 19/02/2018).

Apapun alasan yang dikemukakan oleh beberapa pihak yang merasa tindakannya tidak salah, gunjingan toh tetap meluncur, apalagi di media social,  ratusan --untuk tidak menyebut ribuan -- warganet yang berkomentar soal ini. Dari kalangan politisi, ormas dan tokoh nasionalpun banyak yang berkomentar.

Politisi PKS Fadli Zon yang merupakan sahabat Anis Baswedan menyatakan bahwa seharusnya biasa saja dikaitkan dengan kewajaran. Dan jangan karena itu (gubernur) tidak didukung Pak Jokowi pada waktu itu diabaikan.

Dari kalangan Ormas, muncul pernyataan dari  Gerakan Laskar Pro 08 (GL PRO 08) yang menyatakan bahwa tindakan tersebut sangat merendahkan harkat dan martabat seorang pemimpin. karena bagaimanapun juga, Anies adalah pemimpin pilihan rakyat. Bahkan Jimmy CK, Presidium Ormas tersebut meminta agar panitia  harus meminta maaf atas adanya insiden ini. Karena sikap ini jadi bagian dan tercatat dalam sejarah. Jika tidak, maka  dari GL Pro 08 siap bergerak, termasuk  menemui pihak Presiden, sekalipun. (Tribun News 18/2/2018).

Senada dengan Gerakan Laskar Pro 08, direktur eksekutif  Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin  menyatakan bahwa sebaiknya pihak istana dan panitia mengklarifikasi dan meminta maaf agar persoalan tersebut tidak menjadi melebar (RMOL, 19/02/2018).

Prof. Mahfud MD, mantan ketua Mahkamah Konstitusi angkat bicara, ia yang mengaku sebagai rakyat  menyesalkan itu bisa terjadi, seharusnya tidak boleh pejabat resmi dihalang-halangi begitu,kata Mahfud.

Setelah dibombardir dari segala penjuru, Maruarar-pun tak berkutik hingga ahirnya minta maaf dan mengakui kesalahan. Maruarar mengaku bahwa hal itu 100% adalah kesalahannya dan bertanggung jawab atas kesalahannya itu.(Detik.com 19/02/2018).

Sayangnya, ketika mengucapkan permintaan maaf itu, entah kesleo lidah atau tidak sebagaimana dapat disaksikan melalui vedeo yang beredar di medsos, Maruaarar  meminta maaf bukan kepada Gubernur DKI, tetapi kepada Presiden Republik Indonesia dan Gubernur Indonesia.

Nasi sudah jadi bubur,  permintaan maafpun sudah dilakukan meskipun terlambat. Andai saja Maruarar langsung minta maaf dan mengakui kesalahannya sejak awal, barangkali publik bisa memahami dan tidak segaduh ini.

Namun karena awalnya Maruarar berapologi seolah tindakannya itu benar, sebagian publik -hususnya warga Jakarta -- sudah kadung kecewa lantaran sikap Maruarar yang tidak ada penghormatannya terhadap seorang Gubernur yang kebetulan sebagai tuan rumah sekaligus sebagai Pembina dari Persija.

Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan ini akan berdampak secara politik mengingat siapa yang tidak tahu rekam jejak politik dari seorang Ara yang merupakan petinggi partai yang sedang berkuasa serta bagaimana sepak terjangnya saat Pilkada DKI tahun lalu.

Harusnya Maruarar menyadari bahwa partainya merupakan pendukung dan pengusung utama Presiden Jokowi yang kemungkinan akan manggung lagi dan saat ini butuh "pencitraan", dengan kejadian ini citra Jokowi agak terganggu lantaran publikpun kemudian menghubungkan peristiwa ini dengan persaingan politik, sedangkan Anis Baswedan  malah  tersenyum manis karena meski dihadang, yang penting Persija menang.

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler