x

Iklan

Syarif Yunus

Pemerhati pendidikan dan pekerja sosial yang apa adanya
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Manusia Zaman Now Gampang Marah

Manusia zaman now gampang marah. Apalagi di musim pilkada pilpres, semua yang beda pilhan pasti dimarahi. Kita suka lupa, marah itu bermula dari hal sepele

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Orang zaman now kok gampang marah ya.

Mungkin lelah kali ya. Atau kelamaan antre dan semuanya ingin serba instan. Atau kesal sama orang lain. Ahhh, marah itu sesuatu yang wajar kok. Manusiawi. Gak apa marah, silakan.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gak tahu kenapa, orang zaman now itu emang gampang marah.

Beda pandangan marah. Beda pemimpin idolanya marah. Nonton sepak bola menang marah, kalah marah. Makin banyak saja orang yang gampang marah. Marah-marah melulu. Gak di dunia nyata, gak di media sosial.

 

Gampang marah. Bawaannya marah-marah. Abis itu memprovokasi. Sebagai tanda gak setuju alias benci. Tiba-tiba saja, sifat marah berubah jadi kebiasaan. Tanpa bisa diredam lagi. Meletup-letup, lalu mencaci-maki. Asal beda pandangan, semua orang dimarahin. Negara juga bisa dimarah-marahin. Negaranya sendiri diomelin. Sebut saja, kaum pemarah. Mereka bersahut-sahutan di media sosial. Persis seperti komunitas pemarah.  Hingga lupa, gimana cara mengakhirinya?

 

Kata ilmu bahasa, marah itu kata sifat. Artinya, "sangat tidak senang", berang atau gusar. Marah lalu berubah jadi kata kerja  jika diulang jadi "marah-marah", gampang marah atau doyan marah. Kata kerja, berarti kerjanya memarahi, gemar marah-marah. Gak ada alasannya saja marah-marah, apalagi yang ada alasannya.

 

Orang yang gampang marah. Pasti gak boleh disanggah. Jangan dilarang. Karena katanya, marah itu manusiawi. Bisa-bisa kita dibilang sok tahu, kayak gak pernah marah aja. Iya juga ya. Bisa jadi, baca tulisan yang panjang kayak gini, juga bisa marah-marah. Capek bacanya, kepanjangan. Marah yang paripurna.

 

Gampang marah, emang sih gak dilarang.

Cuma kalo mau marah ya sekali-kali saja. Topiknya juga harusnya beda-beda dong. Jangan marah cuma soal itu-itu doang. Asal bahas KPK marah-marah. Bahas Presiden marah-marah. Gak ada yang lain apa yang mau dimarahin? Marah kok terus-terusan, kayak komik aja berseri. Kesannya, dongkol banget sama orang yang itu-itu doang.

 

Zaman now itu. Ada orang yang kalo udah marah susah banget reda-nya. Ada lagi yang cepat marah tapi cepat reda. Ada juga yang lambat marah lambat reda. Tapi ada juga marah yang bagus. Yaitu"lambat marah tapi cepat reda". Itu yang disebut “marah yang keren”; parah pada substansi tapi gak dibawa sampai ke urat, hingga kelamaan marahnya.

 

Orang marah kadang aneh.

Kenapa sih kalo marah suaranya harus keras. Teriak-teriak atau meledak-ledak. Intonasinya tinggi. Kadang urat muka sampai nongol. Marah banget ya? Pantes kalo gitu, marah jadi identik dengan caci-maki, lalu menghujatan dan seterusnya. Emang gak bisa ya kalo marah suaranya lembut gitu?

 

Gampang marah. Marah zaman now kayaknya udah jadi penyakit musiman.

Apalagi jelang pilkada atau pilpres. Asal beda pilihan, beda idola, beda partai langsung dah marah-marah. Lihat saja sebentar lagi, bakal rame. Akan datang musim marahan gara-gara urusan politik. Politik kemarahan, politik marah.

 

Kalo dipikir-pikir buat apa sih marah?

Manusia itu gak marah-marah saja mati. Apalagi lagi marah-marah, terus tiba-tiba mati. Serem banget matinya. Kita suka lupa, orang kuat itu bukan orang yang jago berantem atau bergelut. Bukan juga orang yang berteriak keras bahwa dia yang benar. Tapi orang yang jago mengelola marah, bahkan mampu mengendalikan kemarahan.

 

Sudahlah. Udah waktunya. Jangan gampang marah.

Kalo baca sejarah, Nabi Muhammad SAW itu gak pernah sakit seumur hidupnya. Tahu gak kenapa? Karena beliau gak pernah marah. Logikanya sederhana, kenapa ada orang sakit? Karena gampang marah, atau doyan marah-marah. Atau setidaknya "gagal" mengelola kemarahan, gak mampu mengendalikan marah. Miskin jiwa besar, fakir hati lapang.

 

Marah boleh. Tapi gak usah diperpanjang. Apalagi terus-terusan marah cuma soal yang itu-itu lagi. Mau marah silakan, asal jangan marah berubah jadi dosa. Masa dari matahari terbit sampai terbenam masih tetap marah. Orang tua kita dulu bilang, "cuka itu merusak madu". Itu artinya, marah bisa merusak amal....

 

Kamu, sekarang lagi marah gak?

Semoga tidak ya. Lagian buat apa sih marah. Kan orang yang marah belum tentu lebih baik daripada orang yang dimarahi. Jadi rileks aja ya, jangan marah-marah melulu. Semua ada masanya kok. Masa untuk bersabar, massa untuk bersyukur. Gak perlu marah-marah.

 

Kamu tahu gak?

Marah atau benci itu sama dengan cinta lho. Karena marah itu berkobar akibat hal-hal kecil saja; hal yang sepele doang. Jangan marah lagi ya ….. salam ciamikk

Ikuti tulisan menarik Syarif Yunus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB

Terkini

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB