x

Iklan

Muchlis R Luddin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Manusia, Bahasa dan Kecerdasan Buatan

Etalase Majalah Tempo 19-25 Februari 2018 mengingatkan saya kepada kelas-kelas Filsafat Ilmu yang saya asuh sejak tahun 2006

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

oleh: Prof. Dr. Muchlis R Luddin*

Etalase Majalah Tempo 19-25 Februari 2018 mengingatkan saya kepada kelas-kelas Filsafat Ilmu yang saya asuh sejak tahun 2006. Di situ saya telah menguraikan akan datangnya perubahan besar akibat penelitian tentang “massive translation”: upaya para peneliti di pusat-pusat penelitian (baik di universitas maupun di pusat-pusat lembaga penelitian) untuk menerjemahkan bahasa-bahasa nasional yang ada di dunia ini.

Kemudian mengintegrasikannya kedalam sebuah platform, sehingga suatu ketika kita ingin berkomunikasi dengan orang asing, kita cukup berbicara di depan laptop, smartphone, atau iPad, atau earphone. Dengan menggunakan bahasa ibu atau bahasa nasional kita sendiri; sementara lawan bicara kita di sana (di negara asing tempat tinggalnya), akan menerimanya dengan bahasa ibunya atau bahasa nasionalnya sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Itulah yang saya sebut -ketika itu- sebagai “penerjemahan masal” bahasa-bahasa ibu dan bahasa-bahasa nasional yang ada (minimal negara-negara yang menjadi anggota PBB) di dunia ini ke dalam (dan diintegrasikan ke) sebuah platform.

Etalase Majalah Tempo mengkonfirmasi hal itu. Earphone Pilot (sebuah alat penerjemahan bahasa) dari Waverly Labs memungkinkan kita berbicara dengan orang asing tanpa harus menguasai bahasa orang asing itu. Kita hanya cukup menghubungkan alat itu via bluetooth kesebuah aplikasi Pilot Speech Translator.

Alat ini baru bisa “saling menerjemahkan” ke dalam 12 bahasa. Lain lagi Pena WorldPenScan X dari PenPower. Kemudian juga dapat melakukan hal yang sama melalui aplikasi Android, iPhone, bahkan Windows pada komputer via bluetooth atau USB. Begitu juga alat yang disebut Travis, jika dihubungkan ke internet melalui Wifi atau jaringan seluler, maka ia akan mampu menerjemahkan 80 bahasa asing melalui pemanfaatan Artificial Intelligent.

Tak berbeda dengan Robot Lesson Pod dari Casio, robot itu melakukan hal yang mirip sama dan menjadi teman anak-anak belajar bahasa asing, hanya dengan dihubungkan ke Wifi dan telepon seluler.

Dunia kita secara menakjubkan akan cepat berubah lagi. Lagi-lagi perilaku kehidupan manusia akan mendefinisikan bentuk interaksinya secara baru. Hampir semua aktifitas manusia akan berubah, sebab kendala bahasa dalam berinteraksi hampir pasti akan dikesampingkan.

Kita semua dapat berkomunikasi satu sama lain, antar negara, antar orang, tanpa dibatasi oleh batas-batas demografi, secara nyata. Komunikasi dan interaksi tak lagi (bisa) dihambat oleh (kemampuan atau) keterampilan dalam berbahasa. Karena semua itu telah diselesaikan lewat teknologi massive translation.

 Itu sebabnya hubungan-hubungan antarmanusia menjadi lebih dekat. Komunikasi dapat dilakukan kapanpun, oleh siapapun, dengan bahasa apapun. Teman-teman kita di sana sebagai lawan bicara, akan menerima ujaran bahasa kita dalam bahasa ibu mereka.

Perubahan cara berkomunikasi ini akan berimplikasi pada perubahan diberbagai aspek kehidupan.

Hal ini akan berpengaruh kepada praktik bisnis kita. Akan berpengaruh juga pada praktik penyelenggaraan pendidikan kita. Juga akan berpengaruh kepada pemahaman nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat. Akan membentuk kultur baru, mempolakan gaya hidup baru, dan kemudian akan memaksa kita mengubah cara berpikir kita.

Kemudian akan mengubah cara pandang kita tentang dunia yang sedang kita hadapi.

Penerjemahan massal adalah sebuah inovasi, kreatifitas manusia, yang didorong oleh keinginan manusia untuk membuktikan dirinya yang berasal dari satu sumber. Warna kulit, ragam bahasa, multibudaya, variasi gaya hidup, dan sebagainya merupakan adaptasi manusia dengan perkembangan lingkungan, dimana dirinya dilahir-besarkan.

Tetapi, sesungguhnya latar belakang itu, baik bahasa, budaya, gaya, dan warna hanyalah merupakan unsur konfiguratif dari satu sumber manusia “as a human being”.

Penerjemahan massal bahasa-bahasa asing kedalam sebuah platform, saya prediksikan, akan mengubah seluruh lanskap kehidupan kita. Kehidupan yang tadinya lebih mengedepankan perbedaan, kepada kehidupan yang lebih mengutamakan kesamaan.

Kehidupan yang tadinya dilingkupi oleh dominasi “aku” kepada kehidupan yang lebih mencerminkan dominasi “kita”. Kehidupan yang kemudian memperkuat relasi antara “aku” dan “kami”. Kehidupan yang secara bertahap menihilkan “egoisme warna”, baik warna kulit, warna budaya, maupun warna etnik. Apalagi warna jalan pikiran dan beragam warna jalan perasaan.

Itulah kehidupan kita yang akan menyertai kita dalam memasuki era disrupsi. Melanjutkan praktik kehidupan di era industri ke-4, bahkan yang akan menggelorakan era industri ke-5: era percepatan (praktik) integrasi hasil inovasi dan kreatifitas yang ada di zaman 4.0 kedalam sebuah platform.

Selamat menikmati zaman baru. Zaman dimana tak ada lagi kendala bahasa. Zaman dimana tak dikenal lagi “Bahasa Tarzan”. Zaman dimana orang saling mafhum tentang eksistensinya. Zaman dimana orang-orang saling menyadari bahwa kita semua itu adalah “Kita”, dengan K besar. Semoga kehidupan di depan itu lebih menyejahterakan dan lebih membahagiakan kita semua!

*Penulis adalah Guru Besar Sosiologi-Wakil Rektor I Universitas Negeri Jakarta

Ikuti tulisan menarik Muchlis R Luddin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB