x

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menabur Masalah Memanen Sakit Jiwa

Politik telah menyingkirkan kepercayaan, sekali melukai maka selamanya akan diingat..

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Untukmu Indonesia yang tidak pernah selesai menabur masalah, zaman berlalu tapi tetap saja kelakuan elite politik negeri ini tetap sama. Busuk. Saya tidak tahu bagaimana mengatakan ketika ditanya Siapakah yang jujur di antara para elite politik di Indonesia? Setiap pemimpin mempunyai trik dan strategi agar ia tetap mampu merebut simpati rakyat. Entah dengan pencitraan, entah dengan berlagak suci, entah dengan memposisikan diri tertindas. Ya, maklum rakyat memang mudah haru dan iba menyaksikan pemimpinnya di bully, rakyat gampang terenyuh menyaksikan seorang pemimpin mengiba-iba dengan mesin informasi yang semakin canggih ini. Kejujuran itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Kalau beruntung bisa menemukan dalam sekejap kalau lagi sial mengubek-ubek seharian juga tidak ketemu. Sejak zaman rikiplik (plesetan dari joke-joke pelawak tentang republik) sampai Kids zaman now, kelakuan elite politik tetap tidak berubah.Sekarang para elite tentu lebih canggih dalam membranding diri agar terlihat wow di mata rakyat, tapi ujung-ujungnya banyaklah yang lupa bahwa mereka sempat mengiba-iba kepada rakyat terkait perolehan suaranya. Mereka akan menggelontorkan uang datang ke studio foto, mematut diri, dengan muka cerah, terkesan agung, ramah dan cerdas dan tidak lupa soleh. Setelah di make over maka berubahlah wajah calon elite itu dalam balutan baju nan elok, sepertinya rakyat terkecoh dengan  wajah yang terlihat suci ternyata bandit kelas kakap.

Ia akan menggandeng tim sukses untuk memoles bahasanya, memoles penampilannya dan menjaga performance supaya terlihat merakyat. Ini modal memang tidak main-main, Zaman modern ini komunikasi, media digital, akun media sosial tidak boleh ketinggalan. Jangan lupa selfie kegiatan-kegiatan sosial agar terlihat manis di mata konstituen. Ia akan datang sowan ke Kyai-kyai legendaris untuk menaikkan citranya agar terlihat agamis. Ia akan mendatangi   pengusaha, konglomerat untuk berbagi janji. Jika terpilih nanti  proyek-proyek yang mangkrak segera menjadi kesempatan mereka mengeruk keuntungan dari bisnis kongkalikong pejabat dan pengusaha.

Dupa mengepul di rumah-rumah paranormal, menyerang lawan politik atau hanya sekedar membentengi diri dari pengaruh sial alam. Alam gelap malam akhirnya meriah oleh serangan-serangan seru dari paranormal agar calon elite yang sedang merintis ketenaran dan keberuntungan itu goal, mendapatkan apa yang mereka mau. Dengan catatan harus menang. Semua merasa jiwanya sehat, semua merasa sehatlah badannya. Tapi kecamuk jiwa telah menggelapkan logika dan kewarasan. Masalah datang karena kebohongan demi kebohongan dibiarkan. Politik menjadi titik didih emosi menggelap, tapi juga menjadi membuat gairah hidup hilang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Politik telah menyingkirkan kepercayaan, sekali melukai maka selamanya akan diingat. Reformasi telah membuka mata lebar-lebar terhadap demokrasi tapi disis lain kian mempertegas bahwa kebusukan elite politik nyata terlihat. Demokrasi memang menjadi nilai lebih tapi kebobrokan mental susah disembuhkan. Bahkan agama menjadi alat politisi untuk mengaduk aduk emosi masyarakat. Dan ketika masyarakat semula adem ayem tidak mempermasalahkan perbedaan, tiba-tiba banyak manusia datang bagai pahlawan kesiangan ingin memperlihatkan bahwa dirinya manusia toleran dan menjadi pejuang kebinnekaan ditengah carut marut relasi agama yang semakin kusut. Masyarakat terbelah dalam tarik menarik pengaruh elite yang seakan akan menjadi pendengar yang baik, penampung aspirasi yang sabar dengan wajah berseri oleh sorotan televisi dan seabreg jurnalis media sosial, blogger, dan jurnalis media sosial. Media ramai berkicau tentang kiprah elite politik, mereka para elite itu berinvestasi di media televisi baik radio, tivi, social media, platform blog bahkan media abal abal yang aktif memproduksi informasi hoax. Para blogger dengan kebebasan berpikirnya menanamkan opini, mempengaruhi masa dan membuat prediksi, opini yang beragam. Masyarakat seakan bingung memandang kicauan tumpang tindih tentang persoalan politik akhir-akhir ini.Sementara alampun ikut bereaksi. Ketika hujan, guntur, dan bandang melanda tanah-tanah labil oleh erosi dan kurangnya akar mencengkeram bumi, maka satu persatu bencana susul menyusul membuat masyarakat sibuk berbenah dan mengungsi. Sementara elite politik memanfaatkan bencana bukan untuk mencari akar permasalahan bencana tapi sebagai sarana untuk memperbaiki citra yang sebelumnya tersobek-sobek oleh ulah mereka sendiri yang terlalu asyik dengan proyek-proyek besar  sen demi sen, dolar demi dolar masuk dalam kantong bajunya.

Satu persatu pejabat terjaring operasi tangkap tangan, satu persatu mereka terjebak dalam jebakan gratifikasi, dan satu persatu masuk dalam perangkap lembaga bernama KPK. Tapi seribu pejabat tertangkap masih ada jutaan yang dengan cerdik bisa berkelit (sementara).

Mereka para elite sedang menabur masalah, suatu saat jika tidak bisa memecahkan persoalan satu persatu tentu akan masuk dalam perangkap penyakit, bernama sakit jiwa. Maka yang harus dipelihara sekarang adalah Sehatlah Jiwanya sehatlah badannya.

(Tulisan terinspirasi dari buku Sehatlah Jiwanya Sehatlah badannya Untuk Indonesia Raya Penulis Ario Djatmoko, Penerbit P3I, 2004)

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB