x

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Geisha Shiatsu

Motel cinta. Sauna. Kediaman para duta besar. WC umum di sisi taman umum. Tak banyak keanggunan tersisa karena bisa merusak efek yang ditawarkan uang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gaya magnetik ruang-waktu.

Motel cinta. Sauna. Kediaman para duta besar. WC umum di sisi taman umum. Tak banyak keanggunan tersisa karena bisa merusak efek yang ditawarkan uang.

"Bisa tolong beritahu Naomi bahwa Ardian di sini? Terima kasih."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Naomi adalah pemijat shiatsu saya, yang memasangkan kembali raga ke dalam jiwa saya. Membuka jalan chi seperti jalur cepat pembuluh darah radioaktif di anggota tubuh saya, menghapus pikiran saya dari segala hal buruk kecuali rasa sakit yang menyilaukan. Bayarannya mahal, tapi sesuai.

Malam ini, saya menunggu sampai pasien terakhirnya menyelinap pulang, tertatih-tatih sepanjang jalan, dan saya mengikutinya pulang. Saya menebak bahwa dia tinggal di sebuah apartemen berdinding putih yang minim perabot, ruang lengang tanpa embel-embel tempat seorang wanita bermeditasi, mungkin memuaskan diri, di bawah cahaya lampu biru yang suram, dengan iringan musik elektronik yang monoton.

Tapi realita yang tidak biasa berbeda dari imajinasi saya yang miskin. Dia diam-diam membawa dirinya ke dalam sebuah rumah besar dengan perabotan mewah. Foto-foto berbingkai kayu mahoni melengkung, dan tempayan keramik artistik yang nyaman.

Saya suka menelanjangi penyamarannya, melucuti tubuhnya dari kimono yang dikenakan dengan hati-hati di klinik. Saya sudah cukup melihat, tidak perlu menggurat nama saya di meja berdebu.

Saya bahkan hampir tidak bisa mengingat nama saya sendiri. Di Kyoto, dengan senang hati saya melupakan diri sendiri. Bahwa diri saya asing secara harfiah, karena kecap asin terasa dalam mulut saya seperti sebuah konspirasi. Mata saya memindai baris teks banal di mana-mana seperti kode baris produk konsumsi, balas menatap pandangan orang asing dengan mengancam, terutama di metro.

Mabuk itu teraba, pelecehan seksual. Sebaiknya kamu mabuk atau gila.

Terpental dari fantasi putri Naomi yang mewah ke taman umum, pepohonan diterangi lampu layaknya gedung pencakar langit, seperti tangan perusahaan farmasi yang menjamah penderita kelainan.

Seorang laki-laki berkacamata gelap dengan rambut gundul sisi menawari saya sesuatu yang ilegal. Kelihatannya seperti cula badak, mengilap tegak menantang langit. Dia berkata bahwa dia bebicara berbicara Tagalog, disangkanya saya baru datang dari Manila. Saya hanya balas menatap kosong.

Sebagian besar pria di sini seperti itu. Tidak bodoh, tidak. Sebaliknya, yang satu ini sangat cerdas. Dia mati-matian menawarkan sesuatu tanpa henti. Dia menawari saya kacamata penglihatan malam kelas militer, tapi tidak ada yang luar biasa, hanya tupai di dedaunan.

Kami bercakap sejenak, dan saya merasa lapar. Basa-basi, saya mengundangnya untuk bergabung dengan saya, tapi dia menunggu seseorang atau sesuatu, jadi saya melanjutkan sendiri.

Warung ramen mengepul uap di tenda pengungsian. Rasanya gurih dan mahal. Saya menyukainya. Aromanya tajam, mengisi rongga hidung dan perut. Saya kekurangan kosakata untuk mendeskripsikannya.

Begitu matahari terbit, saya telah kembali ke dalam rahim yang berupa bak mandi kayu dengan dimensi yang besar.

Aroma jeruk menguar di mana-mana.

 

Bandung, 28 Februari 2018

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler