Di lantai terbawah gedung bertingkat, lebih dari satu dasawarsa merawat asa, yang kini hilang dari ingatan. Hanya sisa-sisa semangat untuk membujuk jiwa, asa yang hilang-muncul, timbul-tenggelam.
Tersudut sendirian dalam menanti sesuatu yang tak pernah utuh. Melintasi titian seperti berjalan sirkus di seutas tali, dari titik sinarnya timbul menuju noktah redupnya tenggelam. Kelelahan merawat keseimbangan.
Terdesak oleh batu karang situasi yang menimpa pundak. Menyisakan benjolan yang membukit. Kepekaan mata dan telinga telah pula melemah. Emosi dan rasio tak henti-hetinya saling merongrong.
Hidup adalah rangkaian perjalanan dari satu pilihan ke pilihan lain. Tiap pilihan takkan pernah utuh. Antara sinarnya timbul dan redupnya tenggelam. Jarak tempuh masih tersisa satu etape lagi menuju garis finish.
Perjalanan itu tetap berlanjut dan harus dituntaskan, selama sinar dan redup masih timbul tenggelam. Karena berkah memang tak pernah mengabarkan jika mau datang, tak pula pamitan ketika ingin hengkang.
Syarifuddin Abdullah | 01 Maret 2018 / 14 Jumadil-akhir 1439H.
Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.