Kebahagiaan tak selamanya membutuhkan alasan yang cerdas. Sebab tidakkah akan terasa aneh, bila segala hal harus diputuskan oleh nalar.
Dalam gelap banyak hal terjadi, tanpa kita ketahui. Namun bahkan di bawah sinar terang pun, kita sering hanya tahu sedikit tentang banyak hal yang terjadi.
Tujuan hidup, apapaun dinamikanya, adalah mengharap kebahagiaan. Nikmatilah momentum kebahagiaan dengan sepenuh hati, juga ketika mendengarkan musik. Sebab, menyerahkan tubuh pada alunan musik, dan melupakan pikiran, tubuh akan ikut mengalun.
Jika tubuh mencintai kehidupan, maka ia akan melawan maut (juga derita lainnya) dengan kesakitan. Padahal akal sesungguhnya memiliki kapasitas dan misteri kekuatan untuk menaklukkan badan. Kehendak bisa mengungguli tubuh.
Tanpa kecuali, kita selalu meyakini sedang berada pada sebuah “titik”. Padahal sesungguhnya, kita selalu berada di sebuah “koma”. Sebab kehidupan selalu bergerak, meskipun kita dalam posisi “diam” di sebuah tempat dan momentum.
Syarifuddin Abdullah | 04 Maret 2018 / 17 Jumadil-tsani 1439H.
Catatan: materi artikel ini merupakan saduran berbagai kutipan dari novel Larung, karya Ayu Utama, 2001.
Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.