x

Iklan

Ketut Budiasa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Membangun Koalisi Untuk Apa?

Dalam banyak hal manusia butuh sekutu, karenanya manusia membangun kelompok dan koalisi. Value driven atau interests driven ?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam banyak hal, manusia membutuhkan sekutu. Sekutu ialah mereka yang memiliki kepentingan yang sama, masuk barisan yang sama, dengan goal yang (awalnya) sama. Ada kata dalam kurung, untuk memberi penekanan bahwa menjadi sekutu di awal perjuangan, bisa jadi justru menjadi musuh ketika bagi-bagi hasil. Ingat kisah presidium, persaudaraan atau entah apa lagi yang heboh itu kan ? Bahkan jargon kesucian perjuangan agama kadang2 gagal menyatukan sekutu, ketika tiba pada episode bagi2 rejeki. Karenanya, menjadi penting untuk melihat platform apa yang dipertimbangkan dalam mencari sekutu atau koalisi dan kepentingan apa yang melatarbelakangi terjadinya koalisi, karena hal2 itulah yang akan menentukan sekokoh apa bangunan koalisi yang terbentuk, dan nilai2 apa yang menggerakkan sekaligus menjaga koalisi tersebut.

****

Dari itihasa Mahabharata dikisahkan, ketika semua usaha damai berakhir dengan kegagalan, dan Perang Bharatayudha sudah dipastikan terjadi, kedua pihak -- Pandawa dan Kurawa -- bergegas membangun koalisi untuk memperkuat pasukan tempur masing2. Diantara sekian banyak kisah membangun koalisi, berikut adalah beberapa peristiwa yang menarik untuk dipetik :

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Pergi Ke Dwaraka

Baik Pihak Pandawa maupun Pihak Kurawa menganggap Dwaraka adalah calon sekutu strategis. Selain ada duo Vasudewa Krisna dan Balarama yang kesaktiannya termasyur di seantero bangsa Bharata, juga ada angkatan perang Dwaraka yang termasyur. Mereka hampir tidak pernah mengalami kekalahan dalam medan perang manapun, serta terkenal ahli dengan segala jenis senjata. Duryodana yang pergi mewakili Kurawa, merasa optimis karena ia merasa menjadi murid kesayangan Balarama. Sementara Arjuna yang datang mewakili Pandawa, merasa optimis karena menjadi teman dekat sekaligus ipar Krisna dan Balarama.

"Baiklah saudaraku. Aku memutuskan membagi kekuatan Dwaraka menjadi dua : satu pihak, balatentara Dwaraka yang termasyur, dilain pihak, aku sendiri tanpa senjata dan tidak terlibat dalam pertempuran taktis. Karena saat membuka mata aku pertama kali melihat Arjuna, maka aku persilakan Arjuna yang memilih pertama kali". Demikian sabda Krisna. "Aku tidak berhak memilih, Vasudewa. Aku hanya berhak memohon. AKu memohon sudilah kiranya engkau sendiri berada di pihak kami, tanpa pasukan, tanpa senjata. Ya, engkau sendiri, karena bagi kami, engkau adalah kebenaran" Arjuna menyembah penuh hormat. Duryodana yang semula khawatir, hampir saja berteriak kegirangan. Sambil menahan luapan kegembiraan hatinya, ia berkata "Baiklah, terimakasih atas kedermawananmu, Arjuna. Aku dengan senang hati menerima bantuan berupa balatentara Dwaraka"

Vasudewa Krisna tersenyum "Jadi, sepertinya kalian mendapatkan apa yang masing2 kalian inginkan. Arjuna mendapatkan aku sesuai keinginannya, Duryodana mendapatkan ribuan angkatan perang Dwaraka sesuai harapannya. Setiap orang membuat pilihan sesuai sifat2nya masing2. Yang satu memilih karena kepentingan dan pertibangan untung-rugi, yang satu memilih karena keyakinan akan kebenaran dan cinta. Dan, kalian berdua telah mendapatkannya"

2. Musuh dari musuhku adalah temanku

Ketika pandawa mengalami masa pembuangan di hutan, Jayadrata dari kerajaan Sindhu yang kebetulan berburu di dekat gubuk Pandawa tidak mampu menahan diri melihat kecantikan Drupadi. Jayadratapun menarik paksa Drupadi kedalam keretanya dan memacu kencang kuda2nya dengan niat menculik Drupadi. Tapi sial bagi Jayadrata, Pandawa yang selalu waspada berhasil menghadangnya, dan Bima yang marah bukanlah tandingan Jayadrata. Hanya karena Drupadi ingat akan nasib sahabatnya, Dursala, yang kini menjadi istri Jayadrata, maka Jayadrata diampuni. Tetapi sebagai hukuman, Bima menggunduli rambutnya yang membuatnya menanggung malu. Dendamnya membakar hari2nya, padahal dia sendirilah yang memulai melakukan kejahatan, pun ia telah dikalahkan secara kesatria oleh Bima. Tetapi, dendam dan kebencian tidak memerlukan alasan.

Maka ketika ia mendengar persiapan perang Bharatayudha, ia segera mengumpulkan pasukannya untuk bergabung dengan Kurawa. Siapapun musuh Pandawa akan dijadikannya sahabat, tak peduli siapa di pihak yang benar dan siapa di pihak yang salah. Tidak peduli apa perkara yang menimbulkan perang. Musuh dari musuhku adalah temanku. Titik.

3. Koalisi tipu2

Prabu Salya, Raja Kerajaan Mandaraka adalah paman dari Nakula-Sahadewa, karena ibunda Nakula Sahadewa, Madri, adalah adik Prabu Salya. Setelah mendengar kepastian perang Bharatayudha, Prabu Salya membawa pasukan besar menuju satu sisi medan Kurusetra untuk menyatakan dukungan terhadap Pandawa. Di tengah jalan rombongannya singgah beristirahat dalam sebuah perkemahan lengkap dengan segala jenis hidangan. Salya dan pasukannya menikmati jamuan itu karena mengira semuanya berasal dari pihak Pandawa. Tiba-tiba para Kurawa yang dipimpin Duryodana muncul dan mengaku sebagai pemilik perkemahan tersebut beserta isinya. Sesungguhnya ini adalah siasat Sengkuni untuk mengelabui Salya agar tak enak hati dan terpaksa bergabung dengan Kurawa. Sebagai seorang raja yang harus menjaga etika, Salya pun terpaksa memihak Kurawa. Bagaimanapun ia dan pasukannya telah menikmati hidangan yang disediakan Duryodana.

 

Nah, sekarang mari kita cermati, bagaimana koalisi dibangun di jaman kekinian? Bisa jadi kita tidak bisa melihat secara hitam putih, Pandawa versus Kurawa. Mungkin saja kedua atau ketiga pihak melakukan intrik2, dalam kadar yang berbeda. Dari sanalah, sebagaimana diajarkan Itihasa, kita bisa -- dengan wiweka/ kecerdasan kita -- memilah koalisi mana yang lebih sesuai dengan value yang kita anut. Tapi pastinya, mereka yang berkoalisi dengan balatentara Hoax tidak patut didukung. Rasanya, tak ada ajaran yang membenarkan kebencian, kebohongan dan fitnah.

Ikuti tulisan menarik Ketut Budiasa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu