x

Iklan

Syarif Yunus

Pemerhati pendidikan dan pekerja sosial yang apa adanya
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Orang-orang yang Gak Pernah Kelar Sama Dirinya Sendiri

Zaman now emang maju dan serba digital. Tapi sayang mereka sok asyik sendiri. Itulah orang-orang yang pernah kelar sama dirinya sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Zaman now, emang boleh dibilang maju. Tampilannya oke, casing-nya keren. Tapi pikirannya belum tentu. Karena banyak orang zaman now, belum kelar sama dirinya sendiri. Gak tahu kenapa? Orang zaman now, gampang banget dipusingkan dengan urusan remeh-temeh, urusan yang gak banget deh. Negara dianggap gak benar tapi gak bisa kasih solusi. Gak suka sama pemimpin tapi cuma bisa menghujat. Sibuk ngurusin orang lain. Merekalah orang-orang yang belum kelar dengan dirinya sendiri.

 

Orang yang belum kelar sama dirinya sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bawaannya bete dan baperan. Karena abis berantem sama pacarnya. Sibuk mikiran pengen makan apa, pengen nongkrong di mana?. Anak kampus, mikirnya cuma pengen nilai bagus bukan ilmua buat apa?. Sibuk cuma buat urusan dirinya doang. Karena belum kelar dengan dirinya sendiri. Wajar dan boro-boro, bisa bermanfaat dan berbuat untuk orang lain.

Maka, buatlah kelar dengan diri sendiri. Biar bisa “terjun langsung” untuk manfaat buat orang lain, menjadi solusi dari masalah di sekitarnya. Bukan malah nambah-nambahin masalah atau membesar-besarkan masalah. Kalo udah kelar sama diri sendiri, tentu gak akan mikirin urusan diri sendiri.

 

Belum kelar dengan diri sendiri.

Zaman now emang keren. Semuanya serba digital. Semuanya bisa “dikendalikan” dari tangannya, dari smartphone-nya. Termasuk semuanya bisa ditafsir oleh pikirannya sendiri. Tapi sayang, itu semua hanya kamuflase. Kepalsuan dalam hidup hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri. Mereka yang belum kelar dirinya sendiri. Sungguh, terlalu mudah skeptis, terlalu mudah pesimis. Berpura-pura, merasa “kehilangan” dirinya, hingga sehari-hari sibuk untuk urusan dirinya sendiri. Mereka belum kelar dengan diri sendiri.

 

Belum kelar dengan dirinya sendiri.

Gak ada hubungannya dengan pangkat atau jabatan. Apalagi harta dan tampillan fisik. Gak kelar dengan diri sendiri itu soal mentalitas, soal cara pikir. Soal orang-orang yang "sangat mampu" menunjuk orang lain sebagai biang kerok. Tapi "gagal" menunjuk dirinya sendiri yang bisa khilaf. Maka wajar, merasa orang-orang di luar sana dianggap musuhnya, menganggap lawannya. Karena dia "gak kelar dengan dirinya sendiri".

 

Siapapun, kalo belum kelar dengan dirinya sendiri. Sudah pasti, pikirannya jelek. Orang lain dianggap sebagai musuhnya. Pesimis lalu skeptis. Karena mereka "tidak sedang berpijak di bumi". Tapi mereka sedang "hidup dalam mimpi dan harapan mereka". Konsekuensinya, masalah kecil dianggap besar. Masalahnya sendiri dianggap “akibat perbuatan orang lain”. Mereka itu, gak akan pernah kelar dengan dirinya sendiri.

 

Jadi, orang yang gak kelar dengan diri sendiri. Boro-boro berbuat untuk bermanfaat bagi orang lain. Untuk dirinya sendiri saja, gak kelar-kelar. Merundung lalu nestapa. Seolah apa yang dia alami, itu terjadi akibat perbuatan orang lain. Punya masalah dikit, mengeluh. Negaranya salah dikit, menghujat. Mereka, gak pernah kelar dengan dirinya sendiri. Selalu dan selalu, bermentalitas "korban".

 

Beda sama orang-orang yang “sudah kelar dengan dirinya sendiri”.

Orang kalo sudah kelar dengan dirinya sendiri. Tentu dan sudah pasti, pikiran dan tindakan hanya difokuskan pada visi yang lebih besar. Lebih senang pada solusi daripada masalah. Lebih senang bertindak dan berbuat daripada menghujat atau mempermasalahkan. Maka, jadikanlah kelar dengan diri sendiri. Agar bisa berbuat yang lebih baik dari sebelumnya.

 

Orang-orang yang sudah kelar dengan diri sendiri.

Tentu, bicaranya bukan lagi “aku" tapi "kita". Bukan lagi membenci tapi mengingatkan dengan cara yang baik. Bukan lagi menghujat tapi berbuat. Bukan lagi mudharat tapi maslahat. Bukan lagi siasat tapi manfaat. Karena selalu berperilaku baik; berbuat baik kepada orang lain, kepada negara.

 

Elo kelar dengan diri sendiri. Kalo elo lebih memikirkan orang banyak. Lalu, berbuat untuk orang banyak. Kalo elo senang buat diri sendiri, itu mah elo belum kelar diri sendiri.

 

Kelar dengan diri sendiri. Zaman now, mutllak diperlukan. Siapa lagi yang bisa memberdayakan orang lain kalo bukan kita. Siapa lagi yang bisa bikin lebih baik kalo bukan kita. Kebaikan itu harus diciptakan. Bukan cuma bisa ngomongin kejelekan. Maka, berpikir dan bertindak untuk lebih baik dari keadaan sekarang.

- Gak akan ada anak-anak yatim yang bisa tetap bersekolah, kalo gak ada yang bantu mereka agar tetap sekolah.

- Gak akan ada anak-anak kampung yang bisa baca buku, kalo gak ada buku bacaan yang dikasih ke mereka.

- Gak akan ada orang miskin yang bisa berdaya, kalo gak ada orang kaya yang mau bersedekah untuk mereka.

- Gak akan ada jomblo yang nikah, kalo jomblo yang lain bawaannya cuek dan nyari yang ideal.

 

Elo hadir dan ada di tengah orang lain. Tapi malah bikin masalah, bikin orang gak senang dengan kehadiran elo. Bikin orang bingung, bikin orang lain males. Berarti elo “belum kelar dengan diri sendiri”.

 

MAKA KATA KUNCINYA. BUATLAH KELAR DENGAN DIRI SENDIRI. SEHINGGA BISA BERBUAT UNTUK ORANG LAIN, BERMAFAAT BUAT ORANG SEKITAR.

 

Mereka yang belum kelar dengan diri sendiri.

Sudah barang tentu, hidupnya dalam buaian mimpi dan semakin jauh dari realitas. Seperti orang pacaran bilangnya "sayang" tapi kerjaannya "berantem" melulu. Kalo orang kerja aktivitasnya padat tapi gak ada kontribusinya. Ngomongnya hebat dan keren, tapi gak ada satupun yang sudah diperbuat. Karena belum kelar dengan diri sendiri. Semua yang ideal cuma kata-kata, dan gak mungkin bisa direalisasikan. Diskusi mulu.

 

Mereka belum kelar dengan dirinya sendiri.

Karena nyaman buat dirinya, bukan buat orang lain. Kuat buat dirinya, tapi orang lain dibikin keropos. Kaya buat dirinya, tapi gak mampu bantu orang lain. Rumahnya kaya lagi megah, tapi gak ada satupun orang miskin yang bisa menginjaknya. Gak akan pernah kelar dengan dirinya sendiri.

 

Lagi-lagi,, belum kelar dengan dirinya sendiri.

Karena mereka memikirkan banyak hal. Tapi gak satupun yang dikerjakan. Karena mereka punya banyak harapan. Tapi gak mampu hidup dalam kenyataan. Mereka, matanya melotot tapi kosong. Belum kelar dengan diri sendiri.

Orang-orang yang belum kelar dengan diri sendiri.

Mereka lupa. Hidup itu bukan soal siapa kamu atau apa kamu? Tapi soal dari mana kamu dan mau ke mana kamu?

 

Sungguh hari ini, kita tidak lebih baik dari orang lain yang disangkakan. Kita tidak lebih hebat dari orang lain yang diremehkan. Kita tidak pernah kelar dengan diri sendiri. Sementara orang lain berjuang untuk kelar dengan diri sendiri. Segera selesaikan dengan diri sendiri. Apapun dan dimanapun.

 

Jadi sederhana saja.

Karena setiap langkah besar selalu dimulai dari langkah kecil. Pikiran besar dimulai dari pikiran kecil. Tindakan besar bisa terjadi dari tindakan kecil. Tidak akan ernah ada “hasil baik” tanpa dimulai dari "proses yang baik”. Tidak akan pernah ada “perilaku baik” yang lahir dari “perilaku buruk”. Tidak akan ada “keadaan baik” yang lahir dari “cara-cara yang buruk”.

 

Maka kini, bertanyalah, "Apakah kita sudah selesai dengan diri sendiri?” Hanya diri kita yang bisa jawab asal mau jujur… Ciamikk

Ikuti tulisan menarik Syarif Yunus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler