x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jakarta: Gedung Orang Arab Jadi Pusat Gereja

Sejarah Jakarta dari sejarah gedung-gedungnya, kotanya dan penduduknya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Batavia Kota Banjir

Penulis: Alwi Shahab

Tahun Terbit:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Republika

Tebal:

ISBN:

 

Gedung milik keturunan Arab menjadi pusat organisasi gereja. Gedung milik Yahudi jadi kantor pusat badan perencanaan pembangunan negara. Hal ini hanya terjadi di Jakarta, kota yang selalu dilanda banjir sejak lahirnya. Jakarta adalah kota dagang, tetapi sekaligus kota sarang penyakit.

Jakarta memang unik. Kota yang dibangun oleh Jan Pieterzoon Coen dengan bantuan orang-orang Tionghoa tersebut memang penuh masalah sejak awalnya. Mula-mula kota yang diberi nama Batavia ini didirikan di rawa-rawa dekat dengan pelabuhan. Namun karena lokasinya yang sering kena rob dan membawa banyak kematian karena penyakit, maka kota pelan-pelan bergerak ke arah lebih selatan. Meski sudah jauh dari pantai, namun masalah banjir tak juga reda, bahkan sampai kini. Selain permasalahan banjir, permasalahan kesehatan dan kependudukan terus saja melanda Jakarta.

Batavia – demikian nama yang dipakai sebelum menjadi Jakarta pernah menjadi kota dengan kematian penduduk yang sangat tinggi. Kematian para pendatang dari Eropa sedemikian tinggi sampai-sampai Jakarta hampir menjadi kota mati. Masalah kesehatan, khususnya air bersih masih terus menjadi pekerjaan rumah para pejabat Jakarta bahkan hinggai hari ini.

Sebagai pusat ekonomi, sekaligus pusat kekuasaan, Jakarta sangat menarik bagi para pendatang. Orang-orang Cina berdatangan saat perkebungan tebu dibuka di Jakarta. Namun masuknya para imigran dalam jumlah besar ini berakibat fatal ketika ekonomi berbasis gula runtuh. Para imigran yang kehilangan pekerjaan ini menjadi kriminal di kota. Akibatnya terjadilah pembantaian besar-besaran orang Cina oleh Belanda. Persoalan kependudukan ini pun masih menjadi tugas berat bagi pemerintah DKI sampai saat ini. Banyaknya pedagang kaki lima, pekerja harian yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan urbanisasi yang terus berjalan seakan tak pernah hilang dari halaman surat kabar dan media online yang meliput Jakarta.

Buku karya Alwi Shahab ini adalah tentang tulisan-tulisan pendek mengenang Jakarta. Tulisan-tulisan pendek tentang tempat, orang, peristiwa dan hal-hal unik tentang Jakarta diungkapkan oleh Alwi Shahab dengan renyah bagai pinggiran kerak telor. Marilah kita lihat beberapa tema yang sangat menarik yang dimuat dalam buku ini.

Raden Saleh, seorang pelukis terkenal yang malang melintang di Eropa, khususnya Jerman membangun rumah di Jakarta. Rumah tersebut dibangun sangat mirip dengan kastil yang ada di jerman. Kastil itu adalah Callenberg. Raden Saleh membangun rumah mirip dengan kastil Istana Callenberg karena beliau sangat mengagumi kastil tersebut. Setelah berpindah tangan beberapa kali, akhirnya gedung ini menjadi Kantor Dewan Gereja Indonesia (hal 125).

Ada lagi gedung yang mempunyai sejarah yang unik. Gedung tersebut adalah yang sekarang digunakan sebagai kantor BAPPENAS. Gedung ini pernah menjadi tempat pertemuan para anggota freemason yang dianggap sebagai kumpulan orang-orang Yahudi (hal 107). Ali Shahab menceritakan banyak gedung-gedung lain yang ada di Jakarta, seperti Istana Pasar Ikan dan sebagainya.

Selain bercerita tentang gedung-gedung, Alwi Shahab juga bercerita tentang asal muasal berbagai wilayah di Jakarta, seperti  Harmonie, Lapangan Banteng, Lapngan Monas, Senayan dan sebagainya. Alwi Shahab tak lupa memperkenalkan para tokoh Betawi yang melawan Belanda, seperti Bang Puase dan Sabeni.

Jakarta menjadi kota besar karena dibangun oleh orang-orang Belanda saat itu. Alwi Shahab bercerita banyak tentang orang-orang Belanda yang membangun kota. Ia bercerita tentang Jan Pieterzon Coen, Deandeles dan tokoh-tokoh lainnya yang mengubah lanskap Jakarta.

Membaca artiek-artikel Alwi Shahab yang disajikan di buku ini seperti ikut paket wisata 200 tahun naik delman dari Batavia sampai ke Jakarta.

 

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu