x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Miskin Calon Presiden

Sekalipun jutaan orang menyuarakan keinginan agar ada banyak calon presiden, hanya yang berkenan di hati pemimpin partai yang berpeluang ikut berkompetisi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Kecuali PDI-P, hingga kini belum ada partai politik yang secara formal mendeklarasikan calonnya untuk maju ke gelanggang kompetisi Pemilihan Presiden 2019. Secara umum, partai politik masih kurang percaya diri untuk mengumumkan calonnya sejak dini. Sejumlah partai  hanya berani menyodorkan nama jagoannya untuk posisi orang kedua presiden petahana, Joko Widodo. Sedangkan Jokowi dan PDI-P sendiri belum memutuskan siapa pendamping Jokowi.

Kompetitor Jokowi dalam Pilpres 2014, Prabowo Subianto, pun belum menyatakan diri akan maju ke arena kompetisi. Banyak orang masih ragu-ragu untuk maju sebagai capres dan memilih menunggu ke arah mana angin bertiup. Di tengah sepinya wacana pencalonan presiden, tiba-tiba Rizal Ramli memecahkan kesunyian dengan menyatakan siap maju ke arena piplres.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Angin dari mana yang mendorong doktor ekonomi ini untuk maju? Apakah ia serius ataukah hanya ‘melempar batu ke permukaan air’? Walaupun sepi dari respons partai (yang dukungannya dibutuhkan untuk dapat maju ke kompetisi Pilpres), pernyataan Rizal itu menyegarkan sekaligus mengingatkan kita tentang satu hal: dari seperempat milyar warga negara Indonesia, betapa sedikit orang yang berpeluang menjadi calon presiden negeri ini.

Rizal punya keberanian untuk maju, tapi agaknya para elite partai umumnya kurang menyukai figur yang begitu independen—ia dianggap merepotkan dengan self-critic-nya terhadap pemerintahan padahal ia berada di dalamnya, misalnya tentang target proek listrik 35 MW, dan karena itu ia dicopot. Calon independen seperti Rizal, dan lainnya bila ada nanti, akan sukar menarik hati para pemimpin partai yang rata-rata memegang keputusan akhir mengenai siapa yang akan mereka usung. Elite partai menyukai figur yang dapat diajak bekerja sama dengan lentur.

Jadi, rakyat Indonesia sangat tergantung kepada ‘kebaikan hati’ para elite politik dalam memilih sosok yang akan jadi presiden. Meskipun suara rakyat dibutuhkan di hari pemilihan, tapi siapa yang diberi peluang untuk maju ke gelanggang kompetisi akan tergantung kepada suara pemimpin partai. Jika elite partai tidak berkehendak, ya jangan berharap untuk dapat ikut berkompetisi.

Sekalipun jutaan orang menyuarakan keinginan agar ada banyak calon presiden, pada akhirnya hanya yang berkenan di hati pemimpin partai yang berpeluang ikut berkompetisi. Terlebih lagi dengan adanya aturan presidential treshold 20%, yang artinya batas-batas koridor pencalonan sudah dibuat ketat.

Ada banyak orang hebat yang layak untuk dinominasikan, tapi sayangnya kebanyakan mereka demikian mandiri. Mereka tidak berpartai serta berjarak dengan elite partai. Jadi, bukan jalan mudah bagi siapapun untuk maju ke gelanggang kompetisi Pilpres 2019, sebab di balik jalan menuju ke sana ada gelanggang lain yang tidak kalah seru pertarungannya. Ketika rakyat tiba di bilik-bilik suara pada tahun depan, rakyat hanya dapat memilih calon-calon yang sudah diseleksi lebih dulu oleh para elite partai. Inilah realitas politik di negeri ini. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler