x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Obesitas dalam Sejarah Medis

Sejarah sains adalah jalan untuk mengetahui dan memahami capaian-capaian hebat yang belum tergali, tidak diketahui, atau sengaja disembunyikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sejarah sains adalah jalan untuk mengetahui dan memahami capaian-capaian hebat yang belum tergali, tidak diketahui, atau sengaja disembunyikan. Dalam tulisan ringkasnya, Obesity di rubrik Historical keywords, yang diterbitkan di thelancet.com 28 Mei 2005, Richard Barnett—dokter dan kemudian sejarawan medis—menyebutkan bahwa ‘obesitas muncul pertama kali dalam konteks medis dalam karya Thomas Venner, Via Recta (1620)’.

Pernyataan itu agaknya perlu dijernihkan mengingat seribu tahun yang silam para dokter Muslim telah membahas dan menulis topik-topik kegemukan dalam buku-buku mereka. Boleh dibilang, pengetahuan medis tentang hidup sehat—gizi yang baik, olahraga, bebas stres—bukanlah penemuan era modern. Banyak peradaban telah memberi kontribusi pada perkembangan perawatan kesehatan dan di dalamnya peradaban Muslim telah memainkan peran yang berpengaruh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di masa keemasan peradaban Muslim, perawatan kesehatan gratis bagi semua. Rumah sakit dibangun di kota-kota dunia Muslim dan perawatan medis mutakhir seperti operasi katarak, vaksinasi reguler, menjahit (hecting), menata tulang, serta pendidikan medis di rumah sakit pendidikan merupakan bagian dari praktik standar. Begitu pula dengan kesadaran akan pentingnya nutrisi dan olah raga untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan.

Itulah praktik medis yang dikembangkan dari pengetahuan (sains kedokteran) yang dipikirkan oleh banyak sarjana Muslim. Saat Eropa sedang dirudung kegelapan era kedokteran Yunani-Romawi tengah menjalani masa senjakala. Bersamaan dengan itu, di dunia Muslim bermunculan figur-figur berpengaruh seperti al-Razi, ibn Sina, ibn Hubal, dan ibn al-Nafis.

Karya terpenting Muhammad ibn Zakaria al-Razi (841-926), Kitab al-Hawi fi al-Tibb (The Comprehensive Book of Medicine), menghimpun catatan-catatan medis yang dibuat al-Razi sepanjang hidupnya. Catatan ini merupakan ikhtisar dari kitab-kitab yang ia baca maupun hasil observasi dan pengalaman praktisnya sebagai dokter. Meski perhatian utama terpusat pada kedokteran, al-Razi juga menulis subyek filsafat, teologi, matematika, astronomi, dan kimia—yang menjadikannya penulis prolifik dengan karya lebih dari 200 judul.

Dalam kitabnya ini, al-Razi (yang di Barat dikenal sebagai Rhazea) memberi penilaian kritis terhadap seluruh pengetahuan tentang kegemukan yang diketahui pada masa itu. Ia mendiskusikan pandangan para sarjana masa sebelumnya, seperti Hipokrates, Rufus, Galen, Oribasius, maupun Paul dari Aegina. Tanpa ragu-ragu, al-Razi mengutarakan perbedaan pandangannya mengenai isu-isu tertentu, khususnya terkait dengan penanganan obesitas berlebih. Al-Razi memanfaatkan laporan–laporan kasus klinis para pasien dengan obesitas berlebih yang berhasil ia tangani. Ia menggambarkan secara rinci perawatan yang ia gunakan, termasuk diet, obat, latihan, pijat, terapi air, maupun perubahan gaya hidup. Diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-13, Kitab al-Hawi fi al-Tibb terus dicetak ulang sepanjang abad ke-15 dan 16 dengan judul Liber Continens.

Dalam salah satu bagian dari jilid 3 bukunya yang mashur, Al Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine), Ibn Sina (980-1037 Masehi) menulis tentang ‘Kemunduran-kemunduran akibat Obesitas Berlebihan’. Ibn Sina menyebut kegemukan sebagai penyakit dan menyarankan penderitanya berolahraga serta mengurangi makanan. Ia juga menyebutkan bahwa obesitas menimbulkan risiko seperti gangguan pernapasan dan kardiovaskular, infertilitas, serta kematian mendadak.

Di abad berikutnya, ibn Hubal al-Baghdadi (1121-1213) juga memperingatkan bahwa orang-orang yang sangat gemuk akan mudah jatuh sakit. Dalam karyanya, Kitab al-Mukhatarat fi al-Tibb (Book of Selections in Medicine), ibn Hubal menekankan pentingnya peningkatan latihan secara bertahap, karena orang yang terlampau gemuk akan menghadapi risiko bila mendadak beraktivitas berat.

Peringatan tentang penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular maupun gangguan pernapasan dan endokrin disampaikan ibn al-Nafis dalam bukunya, Kitab al-Shamil fi ‘l-Sina’a al-Tibbiyya (Comprehensive Book in the Art of Medicine) dan Al Mujiz Fit-Tibb (The Concise Book of Medicine), ia menulis kaitan obesitas berlebih dengan aksiden kardiovaskular dan serebrovaskular, serta gangguan pernapasan dan endokrin. “Orang dengan kegemukan berlebih juga berisiko mengalami pecah pembuluh darah fatal yang menyebabkan pendarahan ke rongga tubuh, otak atau jantung, yang dapat membawa kepada kematian mendadak,” tulis ibn al-Nafis, dokter yang pertama kali menggambarkan sirkulasi darah di paru-paru.

Dari sejarah sains kita dapat mengetahui betapa pencapaian sains apapun—termasuk kedokteran—merupakan kontribusi dari berbagai peradaban. Masing-masing memiliki sumbangan yang bermakna dan tak layak diabaikan, dianggap tidak ada, atau apa lagi disembunyikan dari masyarakat. (Foto: Kitab al-Qanun ibn Sina) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler