x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sejarah Maritim Indonesia

Bahasan tentang jayanya maritim nusantara di masa silam dan relevansinya terhadap masa kini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Sejarah Maritim Indonesia

Penulis: Abd Rahmad Hamid

Tahun Terbit: 2013

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Penerbit Ombak

Tebal: xiv + 248

ISBN: 978-602-7544-82-6

 

Kesan pertama saat membaca buku ini adalah betapa ramainya perdagangan laut beberapa abad silam. Berbagai bangsa, berbagai jenis kapal yang membawa berbagai jenis barang untuk diperdagangkan hilir mudik di lautan. Kota-kota pelabuhan dihuni oleh multi etnis. Ada pedagang-pedagang China, Jawa, Persia, Gujarat, Eropa di kota-kota pelabuhan tersebut untuk berdagang. Pusat perdagangan yang ada di China di timur dan Persia/Eropa di barat melibatkan wilayah Nusantara dalam berniaga. Nusantara menjadi begitu penting karena menjadi sumber barang yang diperdagangkan, utamanya rempah-rempah. Kapur barus, kemenyan, damar sudah diperdagangkan melalui laut dari Nusantara ke Mesir dan Romawi sejak Abad I. Komoditas cengkih dan pala menjadi barang dangan yang sangat penting di abad kemudian sampai dengan abad ke 18. Rempah-rempah ini menjadi penyebab orang Eropa menjelajah laut sampai Maluku. Selain dari perdagangan komoditas, jalur laut juga telah menjadi sarana penyebaran agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Nusantara menjadi salah satu sumber komoditas yang ramai diperdagangkan, khususnya rempah. Nusantara juga menjadi jalur penting perdagangan antara Timur (China) dengan Barat (Timur Tengah dan Eropa).

Nusantara memilik empat laut yang sangat strategis dalam perdagangan laut. Keempat laut tersebut adalah (1) Selat Malaka, (2) Selat Sunda, (3) Laut Jawa, dan (4) Laut Maluku. Keempat laut ini merupakan simpul jalur perdagangan Timur-Barat. Kerajaan yang memiliki kemampuan mengelola laut di empat wilayah tersebut akan jaya. Kerajaan-kerajaan besar di Nusantara berada di wilayah laut ini. Sriwijaya, Majapahit, Makassar, Ternate dan Tidore adalah kerajaan-kerajaan yang berhasil mengelola laut sehingga menjadi pusat perdagangan.

Selama ini kita hanya belajar bahwa Nusantara adalah pemasok komiditas hasil alam. Jarang sekali kita tahu bahwa Nusantara juga menjadi pemasok barang jadi. Rahman Hamid menemukan bahwa Jawa, selain menyediakan beras juga menjual senjata berupa keris, pedang dan tombak (hal. 125). Sedangkan Aceh juga menjual benang sutera, meski kualitasnya tidak sebagus sutera China (hal. 131).

Rahman Hamid menggunakan teori Mahan dalam menganalisis kekuatan maritim kerajaan-kerajaan di Nusantara. Alfred Thayer Mahan (1840 – 1914) adalah ahli kelautan Amerika yang menyatakan bahwa ada enam elemen penting yang mendukung sebuah Negara menjadi Negara maritim, yaitu tiga elemen yang berhubungan dengan geografis serta tiga elemen yang berhubungan dengan penduduk. Tiga elemen geografis tersebut adalah: (1) posisi geografi, (2) kondisi wilayah, (3) luas wilayah teritorial. Sedangkan tiga elemen yang menyangkut penduduk adalah: (1) jumlah penduduk, (2) karakter kebijakan nasional dan (3) karakter pemerintah. Selain menyebut enam elemen, Mahan juga menyatakan bahwa sea power dan naval power sangat berpengaruh terhadap kuat lemahnya sebuah pemerintahan maritim. Sea power adalah penguasaan wilayah laut sedangkan naval power adalah armada laut untuk menjaga dan berdagang.

Rahman Hamid menganalisis kerajaan-kerajaan maritim di Nusantara dari aspek perkapalan, pelayanan pelabuhan, penguasaan laut dan hubungannya dengan pusat-pusat kekuasaan/pedagangan dunia saat itu. Secara khusus Rahman Hamid membahas jenis-jenis kapal di masing-masing kerajaan dan hukum laut yang sudah dibuat oleh kerajaan-kerajaan maritim tersebut.

Pasang surut kekuasaan negara-negara maritim di Nusantara sangat dipengaruhi oleh teknologi navigasi, teknologi kapal dan konstelasi kekuasaan dua poros perdagangan (Eropa/Timur Tengah dan China). Perubahan teknologi navigasi dan perkapalan telah membuat Portugis dan Spanyol menjadi kekuatan laut yang sangat hebat. Penaklukan Malaka oleh Portugis telah mengubah jalur laut, yang dulunya melalui selat Malaka berubah ke Pantai Barat Sumatra dan masuk ke Laut Jawa melalui Selat Sunda. Perubahan jalur ini mengakibatkan tumbuhnya dua kekuatan maritim baru, yaitu Pasai di Aceh dan Banten di Jawa.

Siapapun yang menjadi penguasanya selalu mencurahkan perhatiannya terhadap laut (hal. 223). Sebab dari lautlah datangnya kesejahteraan, sekaligus ancaman. Laut menjadi sangat penting dalam maju dan mundurnya sebuah pemerintahan. Apakah pendapat ini masih berlaku sampai sekarang? Apakah TOL Laut yang digagas pemerintahan sekarang bisa membawa kembali kejayaan Nusantara? Kita tunggu.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler