x

Iklan

Maulana Malik Sebdo Aji

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengintip Daya Beli Petani Indonesia di Akhir Tahun 2017

Daya Beli Petani Bisa Diwakili Oleh Indikator Nilai Tukar Petani (NTP). Angka NTP Setiap bulannya direlease Badan Pusat Statistik (BPS)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Empat bulan terakhir, daya beli petani Indonesia terus menguat. Ukuran penguatan daya beli petani Indonesia bisa dilihat dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap awal bulan. Pada Bulan Juli 2017 tercatat nilai NTP hanya sebesar 100,65 poin dan pada Bulan Oktober nilai NTP Indonesia naik mencapai 102,78 poin.

            Nilai NTP adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani. Namun lebih tepat lagi jika digunakan untuk mengukur tingkat daya beli petani. Sejatinya nilai NTP di Bulan Juli 2017 sebesar 100,65 sudah memberikan sinyal yang baik. Mengingat nilai NTP diatas 100 menunjukan adanya surplus antara apa yang didapatkan petani dibandingkan dengan apa yang dikeluarkan petani selama periode tersebut. Jika nilai NTP adalah 100 maka bisa disimpulkan adanya keseimbangan antara apa yang dikeluarkan dan diterima petani. Akan tetapi bisa menjadi perhatian bagi pemerintah jika nilai NTP dibawah 100, level tersebut menunjukan kondisi ekonomi petani yang kurang menguntungkan. Kondisi nilai NTP dibawah 100 bisa menjelaskan bahwa peningkatan harga-harga kebutuhan hidup petani lebih besar jika dibandingkan peningkatan produktivitas petani.

            Kita kembali kepembahasan nilai NTP Bulan Juli sebesar 100,65, meningkat pada Bulan Agustus sebesar 101,60, Bulan September kembali meningkat menjadi 102,22 dan terakhir pada Bulan Oktober menyentuh level 102,78 poin. Angka-angka tersebut menunjukan keadaan petani Indonesia dalam kurun waktu empat bulan terakhir surplus (nilai NTP>100) atau dengan kata lain bahwa selama Bulan Juli 2017-Bulan Oktober 2017 peningkatan produktivitas petani lebih besar dibandingkan peningkatan harga kebutuhan hidup sehari-hari petani. Sedangkan peningkatan nilai NTP yang terjadi secara terus menerus bisa mengindikasikan meningkatnya daya beli petani.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meningkatnya daya beli petani senada dengan data Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian kuartal III 2017 yang tumbuh sebesar 4,25 persen (q to q). Pertumbuhan Sektor Pertanian pada kuartal III tersebut menduduki posisi ke empat terbesar setelah Sektor Pengadaan Listrik dan Gas diposisi pertama (5,32 persen), kemudian diikuti Sektor Transportasi dan Pergudangan (5,21 persen) dan diposisi ketiga Sektor Konstruksi (4,88 persen). Keadaan ini menunjukan bahwa sektor pertanian masih menjadi aktor utama perekonomian Indonesia. Selain itu kondisi ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Sektor Pertanian dinikmati oleh petani Indonesia karena sejalan dengan peningkatan nilai NTP.

Pada Tahun 2017 jumlah petani Indonesia sebanyak 39,68 juta jiwa. Hal ini menunjukan bahwa hampir sepertiga angkatan kerja di Indonesia adalah petani. Petani masih menjadi labuhan terakhir sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai mata pencaharian sehari-hari. Hal ini tidak terlepas dari masih sulitnya mencari pekerjaan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki pendidikan pas-pasan.  Dengan jumlah yang cukup besar maka bisa kita analogikan bahwa jika daya beli petani Indonesia stabil, bahkan cenderung meningkat dari bulan ke bulannya, maka bisa kita pastikan bahwa daya beli masyarakat Indonesia secara umum juga stabil.

Sedikit menyinggung penutupan gerai retail seperti Ramayana, Matahari, Hypermart, 7-Eleven dan Lotus yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak pihak yang menyimpulkan bahwa penutupan gerai retail disebabkan penurunan daya beli masyarakat.  Sedangkan beberapa pakar ekonomi berpendapat bahwa daya beli masyarakat tidak menurun melainkan adanya perubahan cara belanja masyarakat menjadi belanja online. Terlepas dari semua pendapat para pakar ekonomi, selama angka pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil kemudian didukung oleh indikator lain seperti NTP maka bisa kita simpulkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam keadaan yang aman.

Pentingnya peran daya beli petani dalam menjaga stabilitas perekonomian Indonesia seharusnya menjadi evaluasi sendiri bagi pemerintah. Pasalnya pemerintah saat ini memang besar-besaran dalam memberikan bantuan untuk petani. Mulai dari peralatan bertani, benih, pupuk organik cair, hingga Alat Mesin Pertanian (Alsintan) berupa traktor. Tahun 2017 saja pemerintah sudah menggelontorkan dana sebesar 31,33 trilliun rupiah yang akan digunakan untuk subsidi pupuk sebanyak 8,55 juta ton dengan cadangan sebanyaj 1 juta ton. Seperti kita ketahui bersama, pupuk merupakan salah satu modal utama petani dalam menjalankan usahanya. Murahnya harga pupuk akan sejalan dengan kemudahan proses bercocok tanam petani dan tentunya diharapkan hasil produksinyapun diharapkan lebih baik jika dibandingkan tidak menggunakan pupuk.

Angka NTP yang terus membaik tentunya memberikan sinyal awal kepada pemerintah bahwa dana yang sudah digelontorkan selama ini memberikan dampak yang positif bagi petani. Artinya program pemerintah yang dikomandoi Kementrian Pertanian berjalan lancar dan nyata dirasakan oleh para petani didaerah-daerah seluruh pelosok Indonesia. Semoga dengan kondisi ini bisa menjadi modal Bangsa Indonesia untuk membangun perekonomian yang kokoh, diawali dari petani yang memiliki daya beli kemudian diikuti dengan ketahanan pangan nasional dan pada akhirnya bisa menjadikan Negara Indonesia yang disegani negara lain.

Ikuti tulisan menarik Maulana Malik Sebdo Aji lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu