x

Tunanetra berjalan dengan menggunakan tongkatnya menuju sebuah stadion Changa Medero untuk ikuti latihan baseball, di Havana, Cuba 17 Mei 2017. REUTERS

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berbagai Jenis Tongkat Tunanetra

Tongkat Tunanetra kini dilengkapi sensor, agar Tunanetra tidak menabrak benda di sekitarnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tongkat adalah benda yang tidak dapat dipisahkan penggunaannya dengan Tunanetra. Tongkat Tunanetra yang dikenal dengan istilah The White Cane memiliki jenis dan ukuran yang berbeda-beda. Berdasarkan penggunanya, tongkat Tunanetra dibedakan menjadi dua macam, tongkat untuk anak dan tongkat untuk dewasa.

 

Tongkat untuk anak-anak Tunanetra memiliki panjang kurang dari 100 cm. Sedangkan tongkat untuk orang dewasa memiliki panjang antara 110 – 120 cm. Bahkan, Tunanetra di negara-negara barat menggunakan tongkat yang panjangnya di atas 120 cm.  Semakin panjang tongkat, maka semakin banyak lipatannya. Tongkat dengan ukuran standart, 110 cm biasanya memiliki empat lipatan. Sementara itu, yang berukuran di atas 120 cm biasanya memiliki lima lipatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

“Di Indonesia, untuk tongkat yang berukuran lebih panjang dari 110 cm harus memesan terlebih dulu,” ujar Walmyatun, salah satu staf PT Visi, reseller produk penunjang Tunanetra,di Jakarta Selatan. Harga tongkat mengikuti ukuran panjang, jenis bahan pendukung maupun teknologi yang ada di dalamnya.

 

Sebelum ada teknologi tongkat lipat, Tunanetra memakai tongkat permanenyang tidak dapat dilipat. Beberapa teman Tunanetra ada yang lebih suka memakai jenis tongkat permanen. Mereka menganggap tongkat permanen memiliki bahan dan kekuatan yang lebih baik dibandingkat tongkat lipat. “Tongkat permanen enak untuk dipakai jalan jauh,” ujar salah satu teman Tunanetra pengajar komputer di Yayasan Mitra Netra,  Sugiyo.

 

Tongkat yang kuat sangat diperlukan tunanetra saat berjalan jauh, karena penggunaannya dilakukan dengan cara diketuk atau digeserkan ke tanah. Karena itu, tongkat dengan lipatan akanlebih mudah rusak. Sebab saat dibenturkan ke trotoar atau digeserkan di kontur yang tidak rata, sambungan tongkat mudah bengkok.

 

Tongkat jenis berikutnya adalah yang paling banyak dipakai Tunanetra. tongkat ini dapat dilipat dan memiliki sambungan satu atau dua karet di dalamnya. Tongkat yang memiliki sambungan dua karet, lebih nyaman dipakai dari pada yang hanya memiliki satu sambungan. Tongkat dengan dua karet sambungan biasanya juga memiliki pegangandengan rentang yang lebih luas.

 

Rentang pegangan yang lebih luas membuat tongkat lebih mantab saat diayun dan digeserkan ke tanah. Tongkat yang memiliki pegangan kuat lebih stabil dan mengarahkan Tunanetra secara baik. Tongkat dengan ujung bawah lebih berat malah berfungsi sebaliknya, membuat Tunanetra berjalan tidak seimbang. Selain pegangan di ujung atas, setiap tongkat Tunanetra memiliki karet setebal 2 cm dengan diameter dua jari di ujung bawah. Karet tersebut berfungsi meredam benturan ke benda sekitar Tunanetra ketika berjalan.

 

Karet pengaman di tongkat produksi negara negara Eropa bahkan berbentuk spinner. Ujung karet berputar horisontal mengikuti gerak tongkat saat diketukkan ke lantai atau digeserkan di tanah. Namun, tongkat seperti ini Sangat jarang dipakai Tunanetra di Indonesia. Selain tongkat dengan spinner di bawahnya, ada pula jenis tongkat elektronik yang proses melipat atau memanjangkannya menggunakan tombol otomatis.

 

Tongkat otomatis biasanya menggunakan bantuan baterai yang diletakkan di bagian pegangan. Tongkat seperti ini cara meringkasnya tidak dengan dilipat, melainkan keluar dan masuk seperti memendekkan atau memanjangkan antena televisi. Tongkat seperti ini juga lebih stabil karena memiliki ujung bawah yang lebih kecil dari pegangannya. Kelemahannya, tongkat ini tidak bisa cepat dipanjangkan atau dilipat, karena mengikuti ritme mesinnya.

 

Teknologi terbaru yang dimiliki tongkat Tunanetra adalah sensor di vagian pegangan yang dapat mencegah Tunanetra menabrak benda-benda di sekitarnya. Tongkat ini bergetar secara otomatis bila Tunanetra sudah mendekati objek tertentu. Titik tolak jarak sensor tentu bukan ujung tongkat, melainkan pegangannya. Tongkat yang dinamai Smart Cane ini dibanderol dengan harga Rp 2-3 juta. Sedangkan untuk tongkat biasa, harga per batangnya sekitar Rp 70 – 150 ribu.

 

Secara umum, tongkat Tunanetra terbuat dari pipa alumunium. Ada pula yang menggunakan bahan melamin fiber dengan grip pegangan yang berbeda-beda. Ada pegangan yang memiliki tekstur tebal tapi rata, ada pula grip pegangan yang tidak terlalu tebal dengan tekstur kulit jeruk. Biasanya, pada beberapa tongkat dilapisi lagi dengan kertas spotlight yang dapat memantulkan cahaya di malam hari. Pantulan dari spotlight ini mencegah Tunanetra ditabrak pengendara motor atau mobil bila harus berjalan malam hari.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler