x

Zulkifli Hasan bersama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Iklan

Putra Batubara

staf pengajar di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Seneng Nulis
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Zulkifli Hasan, Gerakan Mahasiswa, dan Perubahan

Silakan kaum muda bekerja terus. Tapi dalam kaum muda bekerja terus itu, haruslah menjaga. Jangan sampai mereka mengadakan perpecahan dan permusuhan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pesan yang disampaikan Ketua MPR, Zulkifli Hasan, di hadapan sejumlah pimpinan organisasi kemahasiswaan mempunyai makna yang sangat mendalam. Dalam pertemuan pada 2 Februari 2019 lalu itu dia mengingatkan: Sejarah gerakan mahasiswa adalah sejarah perubahan. Peran sejarah anak muda menentukan masa depan bangsa.

Kutipan tersebut tampak berseliweran di media sosial dalam bentuk meme pada 14 Maret 2018 lalu, yang merupakan momentum peringatan milad ke-54 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Pada saat memperingati acara puncak Milad tersebut, Zulkifli Hasan juga menyampaikan pesan yang sangat penting untuk dicatat.

"Peristiwa besar tidak pernah ada tanpa sebuah pengorbanan. Demikian pula kesuksesan. Kesuksesan itu dapat diraih juga karena butuh pengorbanan," demikian Zulkifli Hasan di hadapan ribuah akivis IMM di gedung Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gerakan perubahan merupakan manifestasi dari keberanian membaca realitas secara kritis. Mahasiswa yang selalu menginginkan kemajuan pasti akan mendobrak kejumudan berfikir dan adat/istiadat yang membelenggu. Kedua hal tersebut membuat kehidupan stagnan karena masyarakat pasrah menerima apa adanya sehingga tetap dalam kondisi ketertinggalan.

Mendobrak kejumudan berfikir dan adat/istiadat yang membelenggu, termasuk budaya yang korup tentu harus siap menanggung risiko. Karena pasti akan mendapat perlawanan. Disinilah dibutuhkan pengorbanan, seperti yang disampaikan Zulkifli Hasan.

Dalam Surat-Surat Islam dari Endeh, Bung Karno juga mengatakan hal senada. Dari tempat pengasingan pada tahun 1936 tersebut, dia menulis belum pernah di sejarah dunia, bahwa sebuah reform movement tidak mendapat perlawanan dari kaum jumud. Belum pernah sejarah dunia itu menyaksikan bahwa sesuatu pergerakan yang mau membongkar adat-adat yang salah dan ideologi-ideologi yang salah yang telah berwindu-windu dan berabad-abad bersulur dan berakar pada sesuatu rakyat, tidak membangunkan reaksi hebat dari pihak jumud yang membela adat dan ideologi-ideologi itu.

"Silakan kaum muda bekerja terus. Tapi dalam kaum muda bekerja terus itu, haruslah menjaga. Jangan sampai mereka mengadakan perpecahan dan permusuhan satu sama lain di kalangan umat Islam. Jangan sampai melanggar perintah Allah," tulisnya.

Karena itulah para tokoh pembaharu harus siap diasingkan, dikucilkan karena ide-ide segar mereka untuk membawa kemajuan masyarakat. Ini jugalah yang dialami oleh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan saat mendobrak tradisi-tradisi yang melenceng dan menggelorakan ide-ide kemajuan. Dia antara lain disebut sebagai perusak agama. Padahal sejatinya ingin meluruskan pemahaman dan pelaksanaan dalam beragama.

Perlawanan dan permusuhan semakin hebat karena juga datang dari kelompok penguasa. Penguasa zalim dan korup yang selama ini menikmati ketertinggalan dan kebodohan masyarakat pasti merasa terancam. Karena kalau rakyat maju dan bangkit setelah tersadarkan, mereka tidak akan begitu saja manut lagi kepada penguasa. Bahkan mereka sudah tidak ada ketakutan lagi karena menanggap semua manusia sama di hadapan Allah. Yang membedakan hanya taqwa.

Perlawanan dari penguasa yang anti perubahan ini dijelaskan dalam Quran ketika Firaun menolak dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun. "Mereka berkata, Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (kepercayaan) yang kami dapati nenek moyang kami menyerjakannya (menyembah berhala). Dan agar kamu berdua mempunyai kekuasaan di bumi (Negeri Mesir) ini? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua." QS. Yunus: 78)

Tesis Zulkifli Hasan bahwa sejarah anak muda menentukan masa depan bangsa juga sangat jelas saat Al Quran menceritakan kisah Nabi Ibrahim ketika berhadapan dengan Raja Namrud yang zalim. Tiga kali kata fata (pemuda) dalam Quran disebut salah satunya terkait Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala, yang membuatnya akhirnya dibakar hidup-hidup.

"Mereka berkata, siapakah yang melakukan ini terhadap tuhan-tuhan kami, dia termasuk orang yang zalim. Mereka menjawab, kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala ini bernama Ibrahim. Mereka berkata, (kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak agar mereka menyaksikan." (QS Al-Anbiya 59-61)

Mahasiswa, terutama IMM, punya modal yang sangat besar untuk terus melakukan perubahan. Selain mempunyai landasan yang kokoh, misalnya lewat trilogi (religiusitas, intelektualitas, dan humanitas), juga karena IMM merupakan anak kandung dari Muhammadiyah, organisasi kemasyarakatan yang mengusung ide tajdid (pembaharuan).

Dengan semangat tajdid tersebut, IMM harus terus melakukan perubahan ke arah perbaikan. Kalau pada akhirnya terkungkung oleh kebiasaan yang membelenggu, mahasiswa atau IMM secara khusus yang akan digilas perubahan. Tentu ini bukan sesuatu yang diinginkan kader IMM, yang mengaku sebagai cendekiawan berpribadi.

Dalam buku Pribadi Hebat, Buya Hamka sudah mengingatkan bahwa ikatan adat lama pusaka usang satu dari lima hal yang melemahkan pribadi. Buya Hamka menjelaskan, sudah menjadi undang undang dalam ilmu masyarakat bahwa orang yang telah merasa enak dengan sistem lama, enggan menerima perubahan adat,padahal anak muda menginginkan perubahan. Pada kondisi tersebut timbul pertentangan. Kadang-kadang sengit dan akhirnya menang jugalah yang muda.

"Apabila yang muda yang berjuang untuk perubahan itu telah menang, usianya pun berangsur tua dan dia enggan pula melepaskan kebiasaan dan adat yang telah diperjuangkannya. Dan yang muda menentang pula. Demikianlah seterusnya," tulis Buya Hamka.

Terakhir, dalam konsteks kebangsaan saat ini dimana acap kali mahasiswa mendapat sorotan dari masyarakat karena dinilai kurang peka, pesan yang disampaikan Zulkifli Hasan tersebut harus dijadikan sebagai alat pengingat.

Ikuti tulisan menarik Putra Batubara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB