x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengail Gagasan Baru dari Perbedaan

Sekalipun jejaring Anda terbatas, Anda dapat mengail inspirasi yang mencerahkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Kata pepatah, tidak ada yang baru di kolong langit. Segala sesuatu yang disebut baru pada dasarnya hasil ramuan dari yang sudah ada. Para chef memadukan bahan-bahan makanan yang sudah lama ada. Para pebisnis memadukan ide, praktik, proses, ataupun teknologi dengan cara baru dan menerapkannya untuk konteks atau pasar yang baru. Sebagai pemasar, Anda mungkin mendapatkan ide dari praktik pemasaran kompetitor—Anda mungkin mengubahnya, memodifikasinya, dan menerapkannya untuk produk Anda. Bahkan, sekalipun Anda menjalankan ide yang sama sekali berbeda, ide Anda bisa saja terpantik oleh materi dan cara pemasaran kompetitor.

Sekalipun begitu, ada saja sumber lain bagi gagasan baru, antara lain jejaring (networking) yang Anda miliki, misalnya mitra pemasok dan penjual di garis depan. Pemasok biasanya berinteraksi dengan banyak pebisnis, sedangkan penjual berinteraksi dengan pembeli akhir. Semakin luas jaringan ini, semakin besar peluang Anda untuk mendengarkan dan mengamati beragam pandangan. Terbuka jalan yang lebih lebar untuk mendapatkan inspirasi. Ketika penjual memberi umpan balik bahwa banyak konsumen yang mencari produk X, maka ini sebuah inspirasi bagi Anda sebagai pebisnis untuk berinovasi bagaimana membuat produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lain hal jika jejaring Anda lebih terbatas, apa yang dapat Anda lakukan untuk menemukan ide-ide baru yang inovatif? Keterbatasan Anda jelas: jaringan Anda tidak seluas kompetitor. Bagaimana agar inovasi tetap berjalan?

Melalui risetnya yang intensif, Paul Leonardi—seorang guru besar dalam manajemen teknologi di AS—menemukan fenomena menarik bahwa ‘orang-orang dalam komunitas kecil yang terkoneksi kuat dapat menjadi sumber inovasi’. Yang dimaksud terkoneksi kuat adalah anggota komunitas tersebut aktif berkomunikasi satu sama lain tentang isu tertentu.

Dengan sering mendengarkan percakapan di antara anggota komunitas terbatas ini, Anda akan dapat melihat perbedaan cara pandang dalam mendekati masalah, perbedaan dalam memikirkan jalan keluarnya, bahkan perbedaan informasi yang mereka miliki. Dari seringnya mendengar ini, Anda dapat mengenali adanya perbedaan, anomali, dan mungkin pula inkonsistensi—kebanyakan orang mungkin tidak memperhatikan perbedaan ini; namun, dengan bertindak seolah-olah ‘orang luar’, Anda dapat melakukan pengamatan. Bila Anda cukup cermat mengamati perbedaan-perbedaan di dalam jejaring Anda tersebut, semua itu dapat menjadi sumber inspirasi yang sangat berharga bagi ide baru Anda.

 Anda dapat bekerja layaknya seorang detektif yang berusaha memecahkan sebuah misteri. Ajukanlah pertanyaan kepada sejumlah orang dalam jejaring Anda, bandingkanlah kisah-kisah yang mereka sampaikan, dan temukanlah ketidakonsistenan di dalamnya. Ada keragaman dalam memandang isu yang sama, misalnya mengapa pertumbuhan pasar terasa mandeg? Jadi, boleh dikata, ini meyerupai proses interogasi yang ditujukan untuk menyingkapkan lapis demi lapis kain yang menutupi misteri itu hingga akhirnya Anda sampai kepada kesimpulan: “Wah, ini dia penyebabnya dan ini jalan keluarnya!”

Dengan memusatkan perhatian pada sejumlah kecil orang yang berinteraksi aktif, langkah ini dapat mengatasi keterbatasan jejaring Anda. Setelah interogasi, langkah berikutnya ialah triangulasi. Pusatkan perhatian Anda pada ide-ide yang berbeda mengenai cara memecahkan masalah tertentu. Lalu bandingkan solusi-solusi tersebut. Selanjutnya, temukan komunalitas (keserupaan) maupun perbedaan di antara solusi-solusi itu. Berdasarkan proses pembandingan itu, Anda dapat melakukan triangulasi dan menemukan gagasan baru yang mungkin lebih radikal atau berbeda sama sekali dibandingkan pandangan-pandangan yang sudah ada.

Dalam risetnya, Leonardi mengambil contoh bagaimana para insinyur di SpaceX mampu mengurangi biaya pembuatan Roket Falcon 1. Mereka tidak mengeksplorasi ide, praktik, ataupun teknologi yang dapat mereka ambil dari pembuat roket lainnya, tapi memusatkkan perhatian pada apa yang dipikirkan oleh para insinyur SpaceX sendiri, yang masing-masing memiliki gagasan berbeda tentang bagaimana mendesain komponen-komponen roket dengan biaya yang lebih rendah. Solusi-solusi yang ditawarkan kemudian dibandingkan, dicari keserupaannya maupun perbedaannya, dan kemudian dilakukan triangulasi hingga ditemukan desain baru. Dari proses inilah, mereka berhasil memproduksi roket Falcon 1 dengan biaya 7 juta dolar AS ketika roket termurah yang ada di pasar berharga 65 juta dolar AS. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler