x

Sejumlah pekerja melakukan pengisian aspal ke dalam drum di Pabrik Aspal Gresik (PAG) Pertamina, Gresik, 29 April 2016. Peningkatan ini ditargetkan dari 962 ribu drum atau 149 ribu MT menjadi 1 juta drum atau 155 ribu MT. ANTARA/Moch Asim

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Aspal Buton untuk Siapa?

Mengapa Presiden tidak mengundang investor dalam negeri untuk membangun infrastruktur di Indonesia?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Presiden Joko Widodo baru-baru ini kembali dari lawatannya ke Eropa, antara lain untuk mengundang para Investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya di bidang infrastruktur. Mengapa di bidang infrastruktur? Karena Indonesia sudah sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam membangun infrastuktur. Padahal pada jaman mulai dikembangkannya Otonomi Daerah pada tahun 1999, pembangunan infrastuktur sudah merupakan dambaan dari rakyat Indonesia.

Para Investor asing yang datang ke Indonesia bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan perkataan lain, mereka bertujuan untuk “bisnis” semata. Mengapa Pak Joko Widodo tidak mengundang para Investor Indonesia atau dalam negeri untuk membangun infrastruktur di Indonesia ? Para investor Indonesia selain bertujuan “bisnis” untuk mencari keuntungan, diharapkanmereka juga mempunyai tujuan yang mulia; yaitu untuk membangun Bangsa dan Negara Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana cara kita menggalang persatuan dan kesatuan dari para Investor Indonesia untuk mau berinvestasi di bidang infrastrukturdi Indonesia ? Bidang-bidang infrastrukur apa saja yang merupakan “Primadona” bagi para investor Indonesia yang selain sangat menguntungkan, juga sekaligus akan mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang sangat signifikan terhadap pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia ? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilahkita belajar dari Sejarah bahwa kita sudah mempunyaiaspal Buton. Karunia Allah swt yang sangat luar biasa bagi bangsa Indonesia. Aspal Buton pertama kali diketemukan oleh geolog Belanda WH Hetzel pada tahun 1924, dan sudah mulai digunakan sebagai pengeras jalan pada tahun 1926. Dan sekarang setelah 90 tahun kemudian, apakah aspalButon sudah menjadi “Tuan Rumah di Negeri” sendiri ?. Padahal cadangan deposit aspal Buton mencapai lebih dari 662 juta ton, dan sampai saat ini masih sangat sedikit yang sudah dimanfaatkan. Sebagian besar kebutuhan aspal Nasional masih diimport dari luar negeri. Mengapa ?. Karena aspal Buton hanya ada dalam buku-buku pelajaran ilmu bumi anak-anak SD, dan bukan dalam Porto Folio dan Bisnis Plan para Investor Indonesia. Mengapa kita lebih suka produk import dari pada menggunakan produk dalam negeri ?

Aspal Buton untuk siapa ? Itulah judul tulisan ini yang menggelitik, karena Bangsa dan Rakyat Indonesia merasa memiliki aspal Buton, tetapi apa yang sudah kita perbuat untuk aspal Buton ?. Menjawab pertanyaan aspal Buton untuk siapa, adalah sangat mudah. Sudah pasti untuk Bangsa dan Negara Indonesia sendiri. Bukan untuk China, Jepang ataupunnegara-negara asing lainnya. Seratus persen harus untuk Indonesia tercinta. Lalu, mau kita apakan aspal Buton ini dalam membangun infrastruktur di Indonesia ?.

Aspal Buton merupakan batuan yang bercampur dengan aspal atau bitumen. Kadar aspalnya berkisar antara 10 – 50 %. Pada saat ini batuan aspal Buton diproduksi masih dalam bentuk aspal butiran atau aspal granular. Aspal granular sangat sedikit penggunaannya, karena belum mampu menggantikan aspal minyak. Nah, sekarang sudah ada teknologi yang dapat mengekstraksi batuan aspal Buton menjadi aspal Buton “full” ekstraksi atau aspal alam murni yang dapat menggantikan aspal minyak import. Selain harganya lebih murah, kualitasnya pun juga lebih baik. Bagaimana caranya ?.

Perusahaan dari USA, Eco Logic Environmental Engineering Inc. mempunyai teknologi “Hydrocarbon Recovery” yang dapat mengekstraksi segala jenis hidrokabon. Indrato Sumantoro yang merupakan perwakilandari Eco Logic untuk Indonesia menjelaskan lebih lanjut bahwa awalnya teknologi ini bertujuan untuk memperoleh kembali minyak bumi yang tumpah ke lingkungan agar tidak terjadi pencemaran. Namun dalam perkembangannya, ternyata teknologi ini sangat efektif dan efisien untuk memperoleh kembali hidrokarbon atau minyak bumi dari batuan aspal atau tar, seperti yang sudah pernah dilakukan dalam “Pilot Project” pada tahun 2005 di USA dengan menggunakan sampel Utah Sand. Aspal atau Tar yang dapat diekstrak atau diperoleh kembali adalah 99%, dan pelarut yang hilang hanya sekitar 3%, sehingga teknologi ini sangat ekonomis untuk diaplikasikan dalam skala komersial.

Teknologi “Hydrocarbon Recovery” inilah yang akan digunakan untuk proses ekstraksi batuan aspal Buton menjadi aspal alam murni. Prinsip kerjateknologi ini mengikuti prinsip kerja “Solvent Extraction”yangprosesnya sederhana, dimana “solvent” merupakan faktor penentu yang memegang peranan sangat penting dalam proses ekstraksi. “Solvent” yang digunakan sangat unik, dibuat bukan dari turunan minyak bumi, sehingga tidak terpengaruh dengan kenaikan harga minyak bumi. “Solvent” tidak terbakar, dan tidak beracun, sehingga sangat ramah lingkungan. “Solvent” dapat melarutkan hidrokarbon secara spontan, karena mempunyai daya kelarutan yang sangat tinggi, tetapi tidak bereaksi dengan komponen yang dilarutkan. Dengan demikian hasil ekstraksi adalah 100% murni sesuai dengan kandungan asli dari aspal yang terdapat dalam batuan aspal Buton tersebut. “Solvent” ini dapat digunakan berulang kali atau di-recycle, dan hanya kehilangan sekitar 3 %. Proses inilah yang dinilai sangat ekonomis, karena pihak lain dapat menggunakan proses “solvent Extraction” yang sama, tetapi karena mereka menggunakan jenis “solvent” yang berbeda, maka merekaakan kehilangan “solvent” yang cukup besar, sehingga tidak menguntungkan untuk dikembangkan dalam skala industri. “Solvent” Eco Logic ini merupakan “intelectual property” dari Eco Logic yang sudah dipatenkan di USA dan sangat dirahasiakan komposisinya.

Mengingat kebutuhan aspal Nasional adalah 1,5 juta ton per tahun, dan 80% pengadaannya masih diimport dari luar negeri, maka prospek dan potensi bisnis ekstraksi aspal Buton adalah sangat luar biasa menguntungkan. Jangan sampai peluang bisnis aspal Buton yang sangat luar biasa menguntungkan ini jatuh ke tangan para investor asing seperti halnya yang terjadi di masa lalu dengan Freeport untuk tembaga dan Chevron untuk minyak bumi. Mengapa bisnis aspal Buton merupakan bisnis yang sangat luar biasa menguntungkan ?. Karena deposit aspal Buton yang sangat melimpah, dan diperkirakan akan lebih dari 300 tahun masih dapat terus berproduksi. Selain produk aspal Buton “full” ekstraksi, masih ada produk samping yang berupa batu gamping atau “limestone” (CaCO3) yang jumlahnya cukup banyak, dan masih mempunyai nilai ekonomis.

Aspal Buton untuk siapa ? Tentunya harus untuk Indonesia. Kita sudah banyak belajar dari pengalaman-pengalaman di masa lalu. Dan seharusnya sekarang kita semakin pintar dan bijaksana dalam mengelola kekayaan sumber daya alam Indonesia, dan tidakakan mengulangi kesalahan yang sama.Intinya, kalau semua komponen anak bangsa bersatu, maka aspal Buton sudah tentuakan menjadi “Tuan Rumah di Negeri sendiri”. Deposit aspal Buton sangat melimpah, kebutuhan aspal Nasional sangat besar dan sebagian besar masih diimport. Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat mendukung industri aspal Buton untuk pemasukan daerah, menciptakan lapangan kerja dan membangun infrastruktur. Teknologi ekstraksi aspal Buton sekarang sudah ada dan terbukti efektif, efisien dan ekonomis. Yang belum ada hanyalah Investor Indonesia yang selain untuk mencari keuntungan juga mempunyai tujuan yang mulia; yaitu untuk membangun Bangsa dan Negara Indonesia.

Aspal Buton untuk siapa ? Mudah-mudahan para Investor Indonesia membaca tulisan ini, dan akan segera menjawab pertanyaan ini dengan mantap, jujurdan ikhlas. Aspal Buton harus untuk Indonesia.Seperti halnya Batik yang merupakan warisan budaya dan menjadi icon kepribadian bangsa Indonesia, maka aspal Buton juga akan merupakan kebanggaan dan menjadi icon kebangkitan industri aspal di Indonesia.

 

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler