x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gerbang Tertutup di Bulan Juli

Pemaparan lika-liku guru Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam menjalankan tugasnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Gerbang Tertutup di Bulan Juli

Penulis: Nina Dewi Nurchipayana

Tahun Terbit: 2018

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Farishma Indonesia

Tebal: xviii +174

ISBN: 978-6026-0192-1-9

 

Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah sebuah misi yang sangat mulia. Anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan cara mendidik yang sama atau berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Sama, karena banyak dari mereka yang sesungguhnya bisa mengikuti pendidikan seperti yang diperuntukkan bagi anak-anak kebanyakan. Berbeda karena ada hambatan-hambatan yang perlu dihadapi para anak ABK ini untuk bisa mengembangkan diri.

Nina menggambarkan secara rinci dan menarik pengalamannya sebagai seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB). Nina bukan hanya bercerita tentang anak-anak yang berada di dalam kelasnya, tetapi juga perasaannya yang sering ikut hanyut dengan situasi yang dihadapinya. Ia menceritakan bagaimana relasinya dengan anak-anak didiknya yang kadang membuat emosinya teraduk-aduk.

Seoran guru SLB tidak hanya dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengajar, tetapi juga harus memiliki kemampuan mengatasi perilaku anak-anak luar biasa yang kadang memerlukan tindakan khusus. Nina harus bisa menaklukkan anak yang mengamuk karena tak bisa mengontrol diri. Anak yang mengamuk sering membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Ia mengisahkan Rumiyati -yang dipanggilnya dengan nama Rumi, yang suka mengamuk dan mencakar dan Ira yang suka memanjat apa saja.

Nina juga bercerita tentang masalah ekonomi yang dihadapi oleh seorang guru SLB dengan tiga anak yang harus bersekolah. Suatu hari ia bahkan tidak memiliki uang untuk sekadar membayar transport dirinya dan anak-anaknya. Namun orang yang percaya kepada Allah (yang disebut Gusti olehnya), yang selalu memberikan pertolongan tepat pada waktunya. Gusti yang senantiasa menjadi temannya di saat malam. Gusti yang selalu menumbuhkan semangat pada Nina.

Nina bercerita tentang siswa-siswanya dengan segala persoalan yang dihadapinya. Ia bercerita tentang Yusuf yang tuna grahita tapi pintar menyanyi. Yusuf bermasalah dengan ayahnya yang adalah seorang sopir truk. Ayahnya yang sibuk bekerja terpaksa menitipkan Yusuf kepada neneknya, karena ibunya meninggalkannya begitu saja. Hubungan Yusuf dengan ayahnya dingin karena keduanya saling berharap untuk dimengerti. Yusuf mengharap ayahnya punya perhatian lebih kepadanya, sementara ayahnya berharap Yusuf bisa mengerti kalua dia jarang pulang ke rumah. Hubungan yang dingin ini terpecahkan dengan suasana haru saat Yusuf mengikuti lomba menyanyi antar-SLB dan memenagkan lomba tersebut. Dari kisah ini Nina mau menunjukkan bahwa pendidikan bagi anak ABK itu harus holistik, tidak melulu pada tataran knowledge dan skill saja. Persoalan relasi, persoalan psikologi dan sosial menjadi bagian yang harus diperhatikan oleh para guru SLB.

Kisah lain yang tak kalah menarik adalah tentang Wawa. Wawa mempunyai persoalan lambat belajar. Ia hanya membutuhkan keterampilan yang berguna bagi hidupnya. Itulah sebabnya ketika Wawa sudah dirasa memiliki keterampilan mengasuh anak kecil, ia harus keluar dari sekolah, meski baru sampai kelas 5 SD. Bagi Lia ketuntasan belajar sampai lulus SD menjadi tidak bermakna. Sebab keterampilanlah yang dibutuhkan untuk membuat hidupnya bermakna bagi orang lain.

ABK juga bisa jatuh cinta. Jalinan cinta antara Rila dengan Kasmulah. Rila jatuh cinta kepada pemuda sesame siswa SLB yang memberi perhatian lebih kepadanya. Namun Nina tidak yakin apakah cinta Rila akan terbalaskan. Nina takut bahwa cinta Rila bertepuk sebelah tangan karena Rila mengidap penyakit jantung. Nina sangat khawatir jika cinta Rila ditolak oleh Kasmulah. Penolakan bisa berakibat fatal bagi jantung Rila. Syukurah ternyata cinta Rila bersambut. Mereka menjadi pasangan yang saling mencintai. Momen indah terjadi saat Nina meninggalkan SLB Negeri dimana dia mengabdi untuk memulai SLB baru di pelosok kecamatan. Kedua sejoli ini memberi selamat kepada Nina saat perpisahan.

Selain bercerita tentang siswa-siswinya, Nina juga menceritakan perjuangannya membuka SLB baru di kecamatan pelosok. Nina rela meninggalkan tempat kerjanya di sebuah SLB Negeri dan memilih untuk mengelola Bimbingan Belajar Mutiara Bangsa danmerintis SLB di wilayah pelosok, yang sangat membutuhkan layanan.

 

Pemaparan pengalaman Nina Dewi Nurchipayana berinteraksi dengan anak-anak ABK ini sungguh sangat mengharukan. Kita menjadi semakin bersimpati kepada para ABK dan mereka-mereka yang bersedia memberi layanan kepadanya. Terima kasih Nina.

Kalau ada kekurang dari buku ini adalah dalam hal kebahasaan. Banyaknya kesalahan dalam penggunaan tata Bahasa sungguh disayangkan. Untunglah Nina mampu bercerita dengan sangat menarik, sehingga kesalahan penggunaan tata bahasa tertutupi.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB