x

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

U-19 Harus Ditangani dengan Serius!

Penampilan timnas U-19 mengkhawatirkan. Sebelumnya dipecundangi Korea Selatan 4-0. Dikalahkan Malaysaia 1-4. dan Minggu, 25 Maret 2018 dibekap Jepang 1-4

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Penampilan timnas U-19 mengkhawatirkan. Sebelumnya dipecundangi Korea Selatan 4-0. Dikalahkan Malaysaia 1-4 dalam Kualifikasi Piala Asia bulan November 2017 di Korea Selatan. dan Minggu, 25 Maret 2018 dibekap Jepang 1-4

“Harus diingat Jepang memang sudah memiliki permainan tim yang top level. Mereka sudah memiliki program pengembangan usia muda yang dimulai sejak 20 tahun lalu," kata Danurwindo di situs resmi PSSI. "Kita sedang berupaya untuk mengejar itu. Jadi, siapa pun pelatihnya yang menangani tim Indonesia saat ini tidak akan bisa menang karena tim ini masih butuh proses,”

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Itulah Ungkapan Direktur Teknik (Dirtek) PSSI, Danurwindo, usai penggawa Merah Putih U-19 di bekap Timnas U-19 Jepang, Minggu 25 Maret 2018.

 

Menelisik apa yang diungkap oleh Danurwindo, ada tiga hal yang saya perhatikan. Pertama, Pembinaan Jepang yang sudah 20 tahun lalu. Kedua, hasil pembinaan terbukti menjadikan timnas Jepang memiliki permainan top level. Ketiga, adanya fakta dan kesadaran bahwa program pegembangan usia muda Indonesia tidak serius ditangani oleh PSSI terdahulu hingga kini.

 

Memang sebelum Egy dan kawan-kawan dipermak timnas U-19 Jepang, pasukan Fachri mampu mempecundangi timnas Jepang U-16 dengan skor 1-0. Saat itu timnas U-16 berhasil melangkah ke final turnamen Jenesys di Jepang usai mengalahkan timnas U-16 Jepang dalam partai semifinal yang digelar di Yamazura Miyazaki Prefectural Comprehensive Sports Park, Minggu (11/3/2018). Puncaknya, setalah di final menyingkarkan Vietnam, penggawa Garuda U-16 menyabet tropy turnamen Jenesys.

 

Apa yang dipetik timnas besutan Fachri, memang tidak dapat dijadikan tolok ukur. Terlebih, takluknya timnas U-16 Jepang atas Indonesia, bukan pada level turnamen resmi AFC ataupun FIFA. Jadi, timnas Jepang, tentu belumlah timnas murni yang terbaik.

 

Kabar kemenangan timnas U-16, juga ditanggapi beragam oleh publik sepakbola nasional. Namun, banyak publik sepakbola nasional yang terlanjur beranggapan bahwa menang dan juaran timnas usia muda adalah hanya kisah klasik sepakbola usia dini dan muda Indonesia yang sering berprestasi hanya di level usia bawah saja. Bahkan masih ada yang beranggapan bahwa seringnya timnas usia dini dan muda berprestasi karena pemainnya mencuri umur. Makanya, ketika tampil di level senior, para pemain muda yang bersinar dan membantu menyabet tropy untuk Indonesia langsung melempem di timnas senior.

 

Kembali menyoal timnas U-19, bukti bahwa timnas U-19 dibantai timnas U-19 Jepang, harusnya semakin menyadarkan PSSI dan seluruh stakeholder terkait, bahwa tahun 2018 yang diharapkan menjadi tahun prestasi sepakbola nasional, harus ditata dengan cerdas.

 

U-19 dan Pelatih harus di level Piala Asia

Saat meladeni Timnas U-19 Jepang, penggawa Garuda yang kini ditangani Bima Sakti, gaya bermainnya hampir tidak ada bedanya dengan cara bermain ala Indra Syafri. Bermain cantik? Apa yang dicari? Jelas Jepang kuat dalam segala hal, intelgensi, personaliti, teknik, dan speed (TIPS), kok Bima menerapkan cara bermain terbuka. Sementara stok pemain yang ada jelas berlevel TIPS berbeda dengan penggawa Jepang.

 

Bila kemarin timnas U-19 masih dibesut Indra, apa menjamin Indra dapat memberikan kemenangan juga? Tapi publik juga meneriakkan Indra dan berharap Indra membesut Egy dan kawan-kawan kembali.

 

Masa menghadapi timnas sekalas Jepang, pemain timnas Indonesia yang sudah ditebak level TIPSnya oleh publik sepakbola nasional sendiri, dibiarkan bermain dengan cara terbuka? Bukan konsentrasi dan bermain cerdas memerhatikan sektor pertahanan dan gunakan taktik serangan balik. Seharusnya berpikir saja bagaimana mengimbangi permainan Jepang dulu, dan hasil imbang sudah cukup bagus, atau minimal kalah 1 atau 2.

 

Bila Bima menyadari itu, maka mental pemain tidak akan begitu runtuh, publik juga tidak pesimis dengan tim ini. Jadi apa yang dapat diharapkan dari timnas U-19 bila kondisinya begini?

 

Timnas Jepang yang sengaja melakukan uji tanding dengan Indonesia, tujuannya selain aklamasi cuaca, juga karena latar belakang Indonesia adalah tuan rumah, maka mereka berpikir bahwa timnas kini pasti sudah siap dan kuat. Faktanya, pasukan Bima mudah ditaklukan. Tidak beda dengan saat ditangani Indra, dibantai Korsel dan Malaysia.

 

Tentu publik sepakbola nasional masih ingat bagaimana Egy dan kawan-kawan terseok di Grup F Kualifaksi Piala Asia U-19 di Korea Selatan November 2017. Andai Indonesia bukan tuan rumah Piala Asia U-19 tahun 2018, tidak akan ada timnas U-19 berlaga di putaran final. Tragisnya saat kualifikasi, timnas Indonesia U-19 setelah dibantai Korea Selatan 4-0, bahkan berikutnya kalah 1-4 dari Malaysia pada laga terakhir. Timnas hanya mampu mengalahkan Timor Leste dan Brunei. Buntutnya, Indrapun dipecat.

 

Kekalahan 1-4 dari Timnas jepang, melangkapi kebiasaan kalah dengan kemasukan 4 gol dari tim kuat. Dengan kondisi ini, apakah timnas U-19 masih punya harapan merengkuh prestasi? Bima Sakti masih terlalu dini membesut timnas, apalagi timnas harus bertanding dalam ajang putaran final. Kembali ke Indra Syafri? Rasanya kekalahan dan kegagalan di kualifikasi sudah cukup dulu kesempatan bagi Indra.

 

Masih banyak pelatih bertalenta yang dapat menangani timnas U-19. Menuju ajang putaran final, masih cukup waktu, bila PSSI segera memikirkan pengganti Bima. Demikian juga dengan kebutuhan pemain. Masih banyak pemain U-19 di Indonesia, yang dapat menggantikan posisi pemain yang ada karena sudah mentok teknik dan intelegensi.

 

Bila Danurwindo pesimistis akan timnas U-19 terkini, semoga persiapan timnas U-19 ke depan lebih menggaransi langkah menuju prestasi. Ayo PSSI, pertimbangkan kembali Bima. Bila harus dipertahankan, dampingi dan arahkan! Atau tetap rekrut pelatih lain. Banyak lho yang bertalenta dan asli Indonesia. Cari juga pemain lain yang ada di klub dan ikut kompetisi, bukan pemain cabutan apalagi titipan! Di depan mata, kita sudah tahu, 3 calon lawan, sulit dikalahkan. Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia. Belum lagi timnas lain!

Ayo tangani U-19 dengan serius! Kita tuan rumah!

 

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler