x

Iklan

Syarif Yunus

Pemerhati pendidikan dan pekerja sosial yang apa adanya
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sibuk Demi Secangkir Eksistensi

Zaman now, banyak orang mempertontonkkan kesibukan. Tapi sayang, sibuknya hanya untuk sebuah eksistensi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebutlah, orang-orang sibuk demi secangkir eksistensi.

 

Zaman now, banyak orang berlomba mempertontonkan kesibukan. Sibuk ngurusin hoaks telur palsu, hingga sibuk urusan cacing. Sibuk menyebut pengibulan, hingga sibuk menyebut tanah di negeri ini milik asing. Ada yang sibuk bekerja, sibuk kuliner, sibuk nongkrong, dan sibuk-sibuk lainnya. Semua sibuk dan tidak punya waktu. Semoga juga tetap ada agenda sibuk ngaji, sibuk ibadah ya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sibuk itu memang penting. Karena sibuk itu simbol eksistensi. Sibuk, itu tanda bahwa manusia itu penting. Sekaligus untuk menyatakan manusia lain "tidak lebih sibuk" dari dirinya. Maka ketika merasa "saya lebih sibuk dari yang lainnya" maka di situlah ia merasa lebih penting dari manusia lainnya.

 

Memang benar. Di masyarakat zaman now. Orang sibuk udah jadi semacam lambang kehormatan tersendiri. Mahkota yang selalu dikejar, dicari untuk menyatakan "sibuk".

 

Sayangnya, kadang-kadang orang sibuk itu lupa. Lupa membedakan "sibuk yang alami" dengan "sibuk yang dibuat-buat". Persis sibuknya para politisi jelang pilkada, jelang pilpres. Ke sana ke mari, ngomong ini ngomong itu, berceloteh tentang "cara bagaimana bangsa ini bisa maju". Sibuk cari dukungan, sibuk merebut kekuasaan.

 

Zaman now harus hati-hati. Karena banyak orang sibuk yang dibuat-buat. Mereka mengerjakan sesuatu demi eksistensi. Kadang demi status, demi pangkat, demi kekuasaan, dan demi "sangkaan" orang lain untuknya. Maka jadilah, mereka berusaha dan selalu sibuk untuk mengisi waktu luang cuma demi eksistensi. Itulah yang disebut fear of missing out (FOMO). Sebuah keadaan untuk mengalihkan fokus dan tanggung jawab yang harusnya dilakukan, harusnya diselesaikan. Tapi mereka justru mencari kesibukan sebagai pelarian.

 

Orang-orang sibuk itu lupa. Kadang alpa.

Tidak ada skripsi yang bisa diselesaikan jika sibuk. Tidak ada pekerjaan yang tuntas jika sibuk wara wiri. Tidak ada tulisan yang bisa kelar jika sibuk gak karuan. Tidak ada rencana yang bisa terwujud jika kita sibuk pada urusan yang sebatas eksistensi. Bahkan surga sekalipun, tidak akan bisa diraih dari kesibukan yang tidak ada hubungan dengannya.

 

Berhati-hatilah kala sibuk.

Karena sibuk bisa alami, bisa dibuat. Karena sibuk bisa menyesatkan, bisa memaslahatkan. Buat diri sendiri atau untuk orang lain.

 

Maka, jangan terlalu sibuk. Lakukan saja apa adanya. Bahkan, kadang kita butuh waktu untuk sendiri. Untuk tidak sibuk yang berlebihan. Karena tidak ada orang sibuk, yang bisa menuntaskan apa yang harus dilakukannya.

 

Karena sibuk bukan segalanya.

Ketahuilah, dalam hidup itu, ada hal yang datang dengan sendirinya. Namun ada hal lain yang perlu diperjuangkan. Tentu sesuai dengan skenario-Nya.

Maka, janganlah mencari sibuk demi secangkir eksistensi, karena ia semu. Ciamikk

 

Ikuti tulisan menarik Syarif Yunus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler