x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menumbuhkan Literasi di Ruang Kelas

Paparan program literasi sekolah dan berbagai contoh menumbuhkan literasi di ruang kelas bagi anak-anak era digital.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas

Penulis: Sofie Dewayani

Tahun Terbit: 2017

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Kanisius

Tebal: 175

ISBN: 978-979-21-5391-0

Kala Pemerintah dan masyarakat marak menggiatkan literasi, khususnya di sekolah, tidak banyak bacaan yang tersedia bagi mereka yang bergiat. Akibatnya gerakan literasi, utamanya di sekolah berjalan lebih berdasarkan semangat daripada sebuah gerak yang padu menuju tujuan. Ketidak-mengertian mengapa harus berliterasi, apa tujuannya, bagaimana melaksanakan, bagaimana mengevaluasi dan contoh-contoh keberhasilan pelaksanaan literasi di ruang-ruang kelas menyebabkan gerakan literasi sekolah semarak tetapi meraba-raba. Kegiatan membaca rutin 15 menit sebelum pelajaran dimulai misalnya. Kegiatan ini direspon dengan kegiatan membaca masal di luar kelas dengan buku seadanya. Bahkan untuk anak-anak kelas awal yang belum (tentu) bisa membaca tetap diikutkan dalam “ritual” membaca bersama. Padahal, kegiatan ini bisa diisi juga dengan membacakan cerita bagi anak-anak yang belum bisa membaca. Contoh lain adalah adanya guru, umumnya di SMP yang mengisi kegiatan membaca rutin dengan membaca buku matapelajaran jam pertama. Alasannya supaya siswa lebih paham materi yang akan diberikan di matapelajaran pertama dan konsentrasinya tidak terganggu dengan bahan bacaan lainnya.

Kehadiran buku “Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas” karya Sofie Dewayani ini tepat pada waktunya. Buku ini memberikan penjelasan yang runtut dan kuat tentang makna literasi. Ia membeberkan berbagai pengetahuan tentang literasi. Literasi bukan tentang melek Aksara (hal. 9). Ini bukan tentang pemberantasan buta huruf. Literasi bukan sekadar mengajari membaca (dan menulis). Tetapi literasi harus sampai kepada sikap kritis terhadap informasi yang diterima.

Sofie menjelaskan tentang membaca untuk kesenangan dan hubungannya dengan pencapaian akademik para siswa (hal. 26). Banyak pihak yang ragu bahwa membaca untuk kesenangan itu berguna. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kesenangan membaca justru menghamburkan waktu dan tidak produktif. Dalam buku ini Sofie menjelaskan bagaimana anak-anak yang senang membaca bisa memahami teks bacaan matapelajaran dengan lebih baik dan lebih cepat. Akibatnya anak-anak yang senang membaca bisa belajar matapelajaran lain dengan lebih mudah. Itulah sebabnya, Sofie menganjurkan adanya buku-buku nonmatapelajaran, baik yang fiksi maupun yang non fiksi. Secara khusus ia membahas dikotomi antara buku pelajaran dan buku nonmatapelajaran (hal. 67).

Sofie juga mengajak kita untuk menyesuaikan program literasi di kelas-kelas dengan generasi jaman sekarang yang terlahir sebagai anak-anak digital. Gerakan literasi yang hanya terfokus kepada bahan bacaan tercetak (printed material) bisa kurang berhasil karena sasarannya adalah anak-anak yang sudah akrab dengan media visual. Jadi, guru harus pandai-pandai mengemas program literasinya sehingga cocok dengan selera para siswanya. Bukan sekedar memaparkan idenya, Sofie juga memberikan berbagai contoh menarik yang bisa diadaptasi oleh para guru. Sofie mencontohkan sebuah kegiatan membandingkan foto iklan makanan dengan makanan itu sendiri. Mengapa iklan makanan selalu lebih menarik daripada aslinya? (hal. 48)

Salah satu pokok bahasan dalam buku ini adalah bagaimana menumbuhkan literasi di ruang kelas (hal. 99). Mula-mula Sofie membahas pentingnya memodelkan. Artinya guru harus menjadi teladan bagi para siswanya. Untuk menumbuhkan gemar membaca pada siswanya, guru harus menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang penggemar bacaan. Ia menganjurkan supaya program literasi di ruang kelas dirancang dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rancangan tersebut.

Sofie menyadari bahwa penumbuhan literasi harus dilakukan seawal mungkin. Oleh sebab itu ia membahas secara khusus bagaimana menggunakan buku anak untuk memulai kegiatan literasi sedini mungkin. Di akhir buku, Sofie memberikan contoh beberapa buku bagus yang bisa dipakai untuk memulai sebuah kegiatan mengembangkan literasi di ruang kelas.

Tidak banyak buku literasi yang memadukan hal akademik dengan hal praktis. Buku Sofie ini adalah salah satu buku yang kuat dalam teori-teori akademik sekaligus kaya dengan contoh penerapan praktis di ruang kelas.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler