x

Iklan

Tatang Hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengenal Sosok Kiai Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam UPI

Tulisan ini hanyalah sedikit gambaran untuk menggambarkan sosok kyai-nya Prodi IPAI UPI yang sekarang menjadi Ketua Prodi IPAI UPI sekaligus Ketua ADPISI

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengenal Sosok Kiai Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam UPI

Oleh : Tatang Hidayat*)

Awalnya saya ragu untuk menuliskan tentang ini, bagaimana tidak, saya akan menuliskan tentang seseorang yang mana jika dituangkan dalam tulisan, tentunya tidak akan mewakili akan keagungan seseorang tersebut, apalagi ditulis oleh seseorang yang baru belajar menulis.

Saat saya baru lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Teknik Penyempurnaan Tekstil dan belum mengetahui tentang program studi yang saya ambil, maka tidak heran saat pertama masuk kuliah tentunya saya merasakan ada suasana yang berbeda saat proses pembelajaran. Awalnya biasa berurusan dengan mesin, kain, desain dan zat kimia, sekarang harus berurusan dengan kitab-kitab dan buku-buku tentang agama.

Saya berani memutuskan untuk masuk Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia (IPAI UPI) padahal hanya lulusan SMK, bukan lulusan pesantren, Madrasah Aliyah (MA) ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Tentunya, orang akan berfikir dan menganggap apakah saya salah jurusan ?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Memang, IPAI UPI sebenarnya bukan pilihan pertama saya dalam melanjutkan studi setelah jenjang SMK. Pilihan pertama saya adalah Pendidikan Bahasa Arab UPI, pilihan kedua Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dan ketiga baru Prodi IPAI UPI.

Namun, setelah saya jalani beberapa tahun kuliah di prodi ini, baru saya merasakan kebanggaan tersendiri bisa menjadi bagian dari keluarga besar Prodi IPAI UPI. Itu semua tidak terlepas dari peran para dosen yang tidak pernah lelah untuk mendidik mahasiswanya dengan penuh ketulusan. Tak terkecuali dengan salah seorang dosen yang sangat saya hormati yakni Bapak Dr. H. Aam Abdussalam, M. Pd..

Mengapa dikatakan sangat saya menghormati beliau ? Apakah dosen yang lain tidak saya hormati ? Tentunya bukan seperti itu kesimpulannya, karena semua dosen sama saya hormati, tetapi dalam diri beliau ada ciri khas kewibawaan yang tentunya setiap para dosen pasti memiliki ciri khas masing-masing, salah satunya ciri khas yang ada dalam diri beliau adalah memiliki karisma yang berwibawa bagaikan Kiainya Prodi IPAI UPI.

Semua itu tentunya tidak muncul dengan sendirinya, tetapi itu diawali pertama kali saat saya kuliah bersama beliau, yakni mata kuliah tafsir. Ketika beliau menjelaskan, tentunya para mahasiswa akan diam terkagum dengan gaya penyampaian yang khas, diiringi dengan intonasi yang baik, pengucapan bahasa arab yang fasih, dan mimik wajah yang pas saat menjelaskan tafsir al-Quran seolah melengkapi keagungan ayat-ayat Allah SWT yang disampaikan oleh beliau sebagai ahlinya.

Untuk bisa menjelaskan ayat-ayat al-Quran seperti beliau tentunya tidak bisa didapatkan dengan cara yang mudah, dapat dipastikan memerlukan latihan dan keistiqomahan belajar dalam mempelajari kitab Allah SWT tersebut. Kefasihan beliau dalam mengucapkan bahasa Arab tentunya tidak didapatkan dengan mudah, tetapi perlu latihan dan belajar bersunguh-sungguh untuk mendapatkannya, dan benar saja ternyata kefasihan beliau dalam mengucapkan bahasa arab tidak terlepas dari status beliau sebagai seorang santri. Saat penulis membaca disertasi beliau, ternyata beliau adalah seorang santri yang sangat ta’dhim kepada gurunya.

Tercantum dalam disertasi tersebut beliau memasukan kisah bagaimana ikhlasnya guru beliau mengajar meskipun dalam keadaan sakit, bagaimana tidak, sebelum ta’lim ternyata beliau yang menjemput gurunya dan didapati ternyata guru beliau sedang sakit. Namun sakit yang dialami guru beliau tidak menjadi alasan untuk tidak mendidik para santrinya, sehingga dari kisah tersebut penulis pun sempat terhenti dan merenung dalam membaca disertasi beliau, membayangkan bagaimana luar biasanya perjuangan guru dalam mendidik murid-muridnya.

Penulis pernah menemani beliau ketika akan mengisi khutbah di Masjid Khoiru Ummah Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Miftahul Khoir Bandung, sebenarnya kalau boleh jujur penulis malu bisa berada 1 mobil dengan beliau. Bagaimana tidak, penulis sebagai murid beliau dan tentunya penuh dengan dosa harus sejajar dengan beliau, bahkan beliau yang menyetir mobil bukan penulis sebagai muridnya.

Selama di perjalanan, penulis dengan beliau membicarakan berbagai hal, begitupun sesampainya di PPM Miftahul Khoir, beliau berkeliling lingkungan pondok, dan beliau memiliki cita-cita yang agung yaitu suatu saat mahasiswa IPAI UPI bisa diasramakan sebagaimana di pesantren.

Menjadi kebahagiaan bagi penulis bahwa pesantren almamater penulis bisa dikunjungi oleh beliau, sekaligus beliau memberikan ilmunya di Masjid Khoiru Ummah PPM Miftahul Khoir Bandung. Dalam memberikan ilmunya beliau tidak pilih-pilih, siapapun yang mengundang beliau, mau banyak ataupun sedikit pesertanya, beliau tetap akan memprioritaskan.

Pernah suatu waktu, saat penulis masih aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Kajian Islam Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UKM KALAM UPI), kemudian penulis mengundang beliau untuk mengisi ta’lim rutin di organisasi penulis, dan beliau langsung melihat tanggal dan menyanggupinya untuk hadir.

Saat tiba waktunya ta’lim di UKM KALAM UPI,  beliau jauh-jauh datang dari rumahnya hanya untuk menghadiri kajian tersebut, meskipun pesertanya tidak sebanyak seperti tabligh akbar, tetapi semangat beliau dalam memberikan ilmu tanpa pilih-pilih orang akan selalu dikenang oleh para muridnya.

Begitupun saat penulis mengikuti kuliah metode tafsir di Prodi PAI SPs UPI, beliau selalu memprioritaskan mahasiswanya meskipun beliau ada kegiatan lain. Pernah waktu itu beliau memberikan kabar kepada penulis dan beliau tidak pernah malu untuk meminta maaf bahwa beliau tidak bisa masuk ngisi kuliah dikarenakan ada kegiatan lain yang diharuskan hadir dan tidak bisa diwakilkan, padahal jika bisa diwakilkan tentunya beliau akan mewakilkan agenda tersebut, karena beliau inginnya masuk ngisi kuliah bersama mahasiswa.

Bahkan, pernah saat itu ketika kuliah sedang berlangsung, beliau meminta izin kepada kelas kami dikarenakan ada pesanan barang yang harus di bawa di lantai bawah, dan saat itu sedang berada di Gedung FPIPS UPI lantai 5, padahal sekalipun mau nyuruh penulis atau mahasiswa lainnya, kami pasti akan senang hati untuk melaksanakannya. Tetapi beliau membawanya dengan sendiri, dan ketika masuk kelas lagi penulis melihat dari nafas beliau bahwa beliau sedang kecapean dikarenakan baru naik lagi ke lantai atas.

Tentunya masih banyak kisah lagi yang menggambarkan keagungan beliau, bagaimana perhatiannya beliau kepada mahasiswanya, dedikasi beliau dalam memajukan Prodi IPAI UPI, yang mana jika dituliskan semuanya dalam tulisan ini khawatir malah mengaburkan dan mengurangi keagungan beliau yang sesungguhnya.

Tulisan ini hanyalah sedikit gambaran untuk menggambarkan sosok kyai-nya Prodi IPAI UPI yang sekarang menjadi Ketua Prodi IPAI UPI sekaligus Ketua Umum Asosiasi Dosen Pendidikan Islam Seluruh Indonesia (ADPISI).  Tentunya sudah banyak pengalaman dan lika liku kehidupan yang beliau jalani selama ini. Dengan pengalaman yang beliau miliki, tentunya penulis masih ingin untuk terus belajar dan menerima nasihat-nasihat dari beliau.

Melalui tulisan sederhana ini izinkan penulis untuk memanjatkan do’a khusus kepada beliau. Semoga beliau diberikan panjang umur, disehatkan selalu, diberikan keberkahan dalam rezeki dan dimudahkan segala urusannya.

Penulis-pun ingin meminta maaf, jika selama menjadi mahasiswa Prodi IPAI UPI banyak melakukan kesalahan kepada beliau, memalukan prodi dengan tingkah laku penulis, ataupun belum memberikan kontribusi yang berarti untuk kemajuan prodi ini mohon untuk dibukakan pintu maaf.

Penulis merasa bangga saat ini bisa menjadi bagian dari keluarga besar Prodi IPAI UPI, penulis merasa beruntung bisa dididik oleh dosen-dosen yang hebat yang ada di Prodi IPAI UPI, salah satunya oleh beliau dengan penuh kesabaran dan keikhlasan tiada henti untuk memberikan ilmu dan mendo’akan mahasiswanya.

Tulisan sederhana ini selesai ditulis beberapa jam sebelum penulis berangkat ke Kuala Lumpur dalam rangka menghadiri International Class, Market Research di Singapura dan Study Tour di Universitas Songkhla Thailand. Namun, sehebat apapun kampus yang ada di negeri orang lain, penulis tetap bangga bisa menjadi mahasiswa Prodi IPAI UPI bahkan hingga studi jenjang S2 penulis tidak mengganti almamater sebagai mahasiswa Prodi IPAI UPI.

 *) Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Ikuti tulisan menarik Tatang Hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler