x

Iklan

Nizwar Syafaat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Riset Pilar Kemajuan Ekonomi

Riset menhasilkan IPTEK berupa inovasi untuk memproduksi barang dan jasa yang lebih efisien mendorong kemajuan ekonomi suatu negara

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia memiliki struktur wilayah yang sama dengan Jepang yaitu struktur wilayah kepulauan.  Dengan mengambil contoh Jepang, diharapkan Indonesia bercermin kepada Jepang dalam menentukan arah perubahan struktur ekonomi Indonesia ke depan.  Saat ini seluruh sektor ekonomi Jepang berbasis IPTEK (Ilmu Pengetahauan dan Teknologi) dan  seluruh produk Jepang bermuatan teknologi tinggi.    Sektor riset memiliki keterkatan dengan seluruh sektor ekonomi, artinya seluruh sektor ekonomi di Jepang menggunakan hasil riset yang dihasilkan oleh lembaga riset Jepang.  Sektor riset menjadi penarik dan pendorong seluruh sektor ekonomi nasional baik sektor pertanian, industri maupun sektor jasa. 

 

Riset Sektor Ekonomi Strategis 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sektor riset Jepang memiliki kemampuan menarik dan mendorong sektor nasional lainnya di atas rata-rata nasional. Ini menunjukkan bahwa sektor riset di Jepang merupakan sektor ekonomi strategis nasional. Pada tahun 2010 ekspor produk riset Jepang mencapai US$ 652 juta.

Penggunanan teknologi dalam suatu proses produksi akan meminta tenaga kerja dengan kualifilasi tinggi, sehingga tingkat upah yang diperoleh pekerja juga tinggi.    Di Jepang, pada tahun 1995 bagian output untuk upah pekerja sebesar 29.15 persen atau 2 kali lipat Indonesia, sedangkan bagian output untuk laba perusahaan di Jepang sebesar 10.64 persen atau 1/3 dari Indonesia.  Pada tahun 2010 menunjukkan pola yang sama.  Tingginya bagian output untuk pekerja di Jepang menyebabkan GDP per hour worker tinggi.  Data OECD menunjukkan bahwa pada tahun 1995 GDP per hour worker di Jepang sebesar US$ 30.34 meningkat menjadi US$ 38.69 pada tahun 2010. 

Selain produktivitas pekerja tinggi, muatan teknologi dalam setiap produk akan meningkatkan pendapatan nasional.   Tingkat pendapatan per kapita  Jepang jauh lebih tinggi dibanding Indonesia.  Pada tahun 1995 tingkat pendapatan per kapita Jepang sebesar US$ 22,922 atau 19 kali lipat pendapatan per kapita Indonesia, sedangkan pada tahun 2010 tingkat pendapatan per kapita Jepang sebesar US$  33,768 atau 12 kali lipat pendapatan per kapita Indonesia.

                                                                                                                                                                                 

Peran Pendidikan Tinggi dan Tingkat Suku Bunga Perbankan

          Pendidikan tinggi menghasilkan lulusan dengan kompetensi tinggi dan siap masuk pasar tenaga kerja dalam proses produksi berbasis teknologi tinggi.  Lulusan perguruan tinggi dengan kompetensi tinggi akan efektif apabila telah tersedia proses produksi berbasis teknologi tinggi sesuai dengan kompetensi tersebut.  Kenyataannya, saat ini banyak lulusan perguruan tinggi di Indonesia dengan kompetensi tinggi  sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya.  Banyak sarjana di Indonesia yang berkerja di luar kompetensinya, sehingga pekerja lulusan sarjana di Indonesia tidak mendapatkan upah yang memadai untuk membiayai kebutuhan hidupnya.

          Untuk membangun usaha berbasis teknologi tinggi dibutuhkan investasi dan biaya operasional yang besar.  Di Jepang untuk mendorong penggunaan teknologi tinggi dalam proses produksi suatau usaha diciptakan kondisi usaha yang kondusif, yaitu selain proses birokrasi yang mudah juga tingkat suku  bunga yang rendah pula.  Jepang menganut regim tingkat suku bunga negatif untuk mendorong pengusaha melakukan investasi, sedangkan di Indonesia sebaliknya. Tingkat suku bunga sangat tinggi di Indonesia bisa mencapai 25 persen sehingga pengusaha enggan melakukan investasi dan pengusaha juga menghindar untuk menggunakan teknologi tinggi dalam proses produksinya.  Pengusaha di Indonesia banyak menggunakan tenaga dengan kualifikasi rendah sehingga upahnya juga rendah.  Tidak mengherankan apabila bagian output untuk tenaga kerja di Indonesia hanya 1/3 bagian output laba perusahaan, sedangkan di Jepang sebaliknya.

          Tingginya suku bunga di Indonesia menyebabkan produktivitas tenaga terampil lulusan perguruan tinggi di Indonesia rendah, padahal biaya untuk menghasilkan seorang sarjana sangat tinggi relative terhadap penghasilan.  Kondisi yang demikian perlu segara diperbaiki.  Bagaimana pemerintah mampu menurunkan tingkat suku bunga sehingga menarik pengusaha untuk berinvestasi pada usaha yang berbasis tekonologi tinggi.

          Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat Indonesia menaruh perhatian besar pada riset dan suku bunga.  Riset menghasilkan teknologi tinggi dan suku bunga rendah akan mendorong penggunaan teknologi dalam proses produksi di semua sektor ekonomi Indonesia.  Penggunaan teknologi tinggi pada proses produksi akan meminta tenaga kerja dengan kompetensi tinggi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi yang berdampak pada produktivitas tenaga kerja yang tinggi.  Penyatuan riset dengan perguruan tinggi merupakan langkah yang sangat strategis agar universitas mampu menghasilkan teknologi dan tenaga kompetensi tinggi untuk mengoperasionalkan teknologi yang bersangkutan.  Jangan lupa juga bahwa tingkat suku bunga menjadi faktor penentu penggunaan teknologi tinggi dalam proses produksi.  Pemerintah segara mengambil langkah bagaimana menurunakan suku bunga.  Mobilisasi dana masyarakat akan menjadi lebih efisien untuk membiayai pembangunan ekonomi nasional.  Riset, perguruan tinggi dan lembaga riset pemerintah maupun swasta serta perbankan merupakan kunci keberhasilan pemerintah meningkatkan produktivitas dan pendapatan nasional.

Pricewaterhousecopers (PwC) memproyeksi ekonomi Indonesia pada tahun 2030 menenpati 5 terbesar dunia dengan PDB US$ 5.424 milliar sedikit dibawah Jepang US$ 5.606 milliar.  Sektor riset merupakan pilar kemajuan ekonomi.  Ekonomi suatu negara berevolusi dari negara agraris dengan struktur ekonomi berbasis sumberdaya alam menuju negara industri dan selanjutnya berada pada ekonomi maju dengan struktur ekonomi berbasis Ilmu pengetahuan dan Teknologi hasil riset.  Apakah saat ini kondisi riset Indonesia menyamai Jepang sehingga pada tahun 2030 riset menghasilkan IPTEK dan mampu dijadikan basis ekonomi Indonesia?

Ikuti tulisan menarik Nizwar Syafaat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler