x

Iklan

Nizwar Syafaat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

MEMAKNAI RAKSASA EKONOMI INDONESIA 2030

Raksasa ekonomi Indonesia 2030 dengan PDB US$ 5.424 milliar, bukanlah ukuran akurat menilai pendapatan sebagian besar penduduknya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pricewaterhousecopers (PwC) memproyeksi ekonomi Indonesia pada tahun 2030 menenpati 5 terbesar dunia dengan PDB US$ 5.424 milliar sedikit dibawah Jepang US$ 5.606 milliar.  Apa makna raksasa ekonomi Indonesia tersebut?  Marilah kita ambil contoh data hipotesis sebagai berikut: Ada dua wilayah dengan karakteristik ekonomi sebagai berikut: Wilayah A mempunyai penduduk 2000 orang.  Sebanyak 1990 orang bekerja di pabrik dengan pendapatan Rp40 juta per tahun per orang, sehingga pendapatan 1990 orang sebesar Rp 79,6 milliar per tahun.  Siasanya 10 orang sebagai pengusaha dengan pendapatan Rp 100 miliar per tahun per orang, sehingga pendapatan 10 orang pengusaha sebesar Rp 1000 milliar per tahun.  Total pendapatan penduduk wilayah A sebesar Rp 1079,6 milliar atau Rp 53.98 juta per kapita per tahun.  Wilayah B mempunyai penduduk 2000 orang.  Sebanyak 1990 orang bekerja di pabrik dengan pendapatan   Rp 350 juta per tahun per orang sehingga pendapan 1990 orang sebesar Rp 696 milliar.  Sisanya 10 orang sebagai pengusaha dengan pendapatan Rp 30 milliar per tahun per orang sehingga pendapatan 10 orang sebesar Rp 300 milliar.  Total pendapatan penduduk wilayah B sebesar Rp 996.5 milliar atau Rp 49.83 juta per kapita per tahun. 

Wilayah A surga bagi pengusaha yang menenpati sebagian kecil penduduknya, sedangkan wilayah B surga bagi pekerja sebagian besar penduduknya.  Dengan demikian raksasa ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai pendapatan termasuk pendapatan per kapita, bukanlah ukuran yang akurat untuk menilai pendapatan sebagian besar penduduknya. Semakin lebar ketimpangan ekonomi dan semakin tinggi presentase penduduk miskin di suatu negara, maka semakin tidak akurat penggunaan pendapatan nasional untuk menilai pendapatan yang diterima sebagian besar penduduknya.  Benar apa yang dikatakan Presiden Joko Widodo bahwa walaupun ukuran ekonomi kita besar tapi kita masih menghadapi permasalahan ketimpangan ekonomi dan kemiskinan.

Di Indonesia ketimpangan ekonomi antar lapisan masyarakat masih menganga.  Nilai kekayaan 40 orang terkaya Indonesia US$ 119.720 milliar (Forbes, 2017) atau Rp 1. 616 T setara dengan penerimaan negara dalam APBN 2017 sebesar Rp 1.654 T;  Sepuluh persen  penduduk terkaya Indonesia menguasai 74.8% kekayaan nasional (Global Wealth Databook, Credit Suise, 2017. Bisa didownload di webnya).  Nilai MPI (Material Power Index) Indonesia sangat tinggi mencapai 584 ribu.  Singapore 46 ribu dan Malaysia 152 ribu (Hasil riset  Budimanta Direktur Eksekutif Megawati Institute seperti dimuat di merdeka.com, 3 Maret 2018). Nilai MPI  Indonesia sangat tinggi mencapai 584 ribu yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai kekayaan 40 orang terkaya tersebut sebesar 585 ribu kali dibanding nilai rata-rata kekayaan masyarakat Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan demikian, proyeksi raksasa ekonomi Indonesia tahun 2030 tidak memiliki makna apa-apa bagi sebagian besar penduduk Indonesia selama ketimpangan ekonomi masih menganga dan presentase kemiskinan masih tinggi. 

Ikuti tulisan menarik Nizwar Syafaat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler