x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menggugat Partai Politik 'Islam' di Indonesia

Kepada siapa partai politik, yang mengatasnamakan, Islam itu berpihak selama ini? Kepada 1% elite kaya atau 99% jelata?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Partai politik yang mengatasnamakan Islam. Karena itulah dalam judul artikel ini kata Islam diberikan tanda kutip. Kenapa demikian? Karena Islam merupakan agama bukan partai politik. Kalaupun ada partai politik yang mengatasnamakan Islam, berarti partai politik itu benar-benar harus menjalankan politik Islam. 

Menurut Max Weber, seperti ditulis di wikipedia, politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Negara dianggap memiliki hak memonopoli kekuasaan fisik yang utama. Lantas, untuk apa kekuasaan itu digunakan? Kekuasaan bisa digunakan untuk kepentingan pribadi, kelompok atau kepentingan bersama. 

Tak heran kemudian politik tidak bisa dilepaskan dengan ekonomi. Keduanya adalah dua sisi mata uang. Pendek kata, kekuasaan politik digunakan untuk mengatur alokasi sumberdaya ekonomi di masyarakat. Jika demikian, apa itu politik Islam?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Islam secara jelas dan tegas mengungkapkan bahwa sumberdaya ekonomi jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja. Dari sini jelas, Islam mengutuk kesenjangan sosial, seperti ketika 1% orang menguasai 99% sumberdaya ekonomi. Sebaliknya, 99% orang menguasai 1% sumberdaya ekonomi. 

Jika demikian, nafas politik Islam tidak bisa dipisahkan dengan politik kerakyatan. Kata rakyat di sini tidak bisa dipisahkan dari pengertian kelas. Rakyat di sini harus dipahami sebagai warga negara dari kelas menengah bawah. Jadi secara ekonomi-politik, politik Islam idealnya selalu berpihak pada kepentingan warga kelas menengah bawah dalam mengakses sumberdaya ekonomi.

Lantas, bagaiamana dengan Indonesia? Pada tahun 2017 lalu, laporan Oxfam dan International NGO Forum on Indonesia Development (Infid) menyebutkan bahwa kekayaan empat orang terkaya di Indonesia sama dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin.

Kesenjangan ekonomi di Indonesia itu telah terjadi puluhan tahun silam, sejak rejim otoritarian Orde Baru berkuasa. Rejim pemerintahan silih berganti, namun penguasaan sumberdaya ekonomi tetap berada di tangan segelintir orang. Nah, bagaimana partai politik yang mengatasnamakan Islam merespon persoalan ini?

Berbagai peraturan perundangan telah dibuat antara pemerintah dan parlemen di Indonesia. Dan di parlemen itu terdapat wakil-wakil dari partai politik yang mengatasnamakan Islam. Bahkan dalam periode rejim kekuasaan di Indonesia, partai yang mengatasnamakan Islam juga masuk dalam gerbong koalisi pemerintah. 

Celakanya, sebagian paraturan perundangan yang dibuat justru berdampak melestarikan penguasaan sumberdaya ekonomi di tangan segelintir orang kaya. Peraturan perundangan yang menyerahkan hajat hidup orang banyak pada mekanisme pasar adalah salah satunya. 

Sebagian peraturan perundangan yang memberi karpet merah terhadap segelintr orang kaya dalam menguasai sumberdaya ekonomi itu justru dengan mudah lolos meskipun ada wakil-wakil dari partai politik yang mengatasnamakan Islam di parlemen maupun pemerintahan. 

Sebentar lagi pemilu legislatif dan presiden digelar. Jargon-jargon membela kepentingan Islam akan kembali berkumandang. Di tengah jargon-jargon tersebut berkumandang, ada baiknya umat Islam mengajukan gugatan secara politik, di saat peraturan perundangan yang melegalkan penguasaan sumberdaya ekonomi oleh segelintir orang kaya itu lahir, dimana partai-partai politik yang mengatasnamakan Islam itu berpihak? Kepada segelintir pemilik modal atau mereka yang miskin? Apa saja kerja mereka sehingga aturan-aturan yang muncul justru menyebabkan kokohnya cengkraman segelintir orang-orang kaya atas sumberdaya ekonomi? 

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB