Salahsatu pentingnya pembaharuan budaya adalah memperbaharui budidaya tanaman pangan. Menambah jenis tanaman, memperluas cakrawala gizi, dan menghijaukan lingkungan
Di kalangan keluarga golongan pra-sejahtera (sangat miskin), bukan hanya ekonomi yang menjadi persoalan, melainkan juga gizi. Banyak cara untuk mengubah keadaan ini, namun oleh Yayasan Odesa-Indonesia, kelor menjadi pilihan yang paling banyak untuk dikembangkan.
Mengapa kita harus menanam pohon bernama latin Moringa Oleifera itu?
Organisasi pangan dunia Food and Agriculture Organization (FAO) sejak tahun 2009 sudah luas mengampanyekan pentingnya masyarakat di setiap negara mengonsumsi kelor. Memang tidak ada satupun jenis pangan yang komplet. Tetapi kelor cukup layak disebut untuk masuk kategori pohon penghasil multivitamin.
Di Afrika dan Amerika Latin sudah terbukti banyak keberhasilan dalam mengatasi gizi buruk. Kelor yang mudah ditanam; bisa tumbuh di padang pasir, mudah tumbuh di alam tropis seperti Indonesia sangat realistis digerakkan. Apalagi kelor memiliki manfaat untuk menjadi pupuk organik, mampu memperbaiki keadaan tanah dari kerusakan kimia dan juga mampu menjernihkan air.
Kelor lambat berkembang di Indonesia. Hanya beberapa Bupati yang mendorong perkembangan kelor, sementara Pemerintah Pusat masih sebatas berwacana. Di Israel, kini telah berhasil menghijaukan padang pasir di kawasan Laut Mati. Restoran-restoran Sehat di Perkotaan Israel pun banyak mengambil kelor sebagai bagian penyehatan masyarakat kota yang selama ini dilanda oleh persoalan kolesterol dan diabetes.
Di Kuba, 3 tahun sebelum Fidel Castro meninggal, orang nomor satu Kuba itu menggerakkan tanam kelor. Ia mempelopori secara langsung dengan menanam di kebunnya, dan kemudian merambah menjadi kebijakan bersama pemerintahan Kuba. Sampai kini Kuba sukses mengembangkan kelor, bahkan telah melangkah memproduksi bahan obat penyakit kanker dengan biji dan daun kelor.
Kisah lain, di Thailand ratusan hektar tanaman kelor sudah mulai tumbuh dan berhasil memproduksi makanan sehat dan memiliki eksperimen untuk usaha menghasilkan obat kanker (kemoterapi). Di Filipina, para dokter yang menangani balita mendorong ibu-ibu hamil dan menyusui untuk mengonsumsi kelor karena terbukti bisa memperbanyak Air Susu Ibu (ASI). Di mana-mana telah terbukti kelor juga menjadi pakan ternak, bukan hanya jenis ternak pedaging seperti Sapi, Kambing, Ikan, Kelinci, melainkan juga menjadi bahan pangan kucing, anjing hingga babi.
Dunia telah berganti rupa. Sekian masalah kesehatan dan pangan muncul bertubi-tubi. Tetapi pada kesulitan itu juga muncul kemudahan, salahsatunya kita mendapatkan anugerah tanaman yang oleh orang Israel disebut sebagai “Pohon Kehidupan” dan orang Perancis menyebutnya “Pohon Ajaib”.
Melalui Grup Tanaman Obat Cimenyan (Taoci) kelor digerakkan oleh Yayasan Odesa-Indonesia bersama tanaman obat lain yang tak kalah pentingnya untuk pertanian yang berkelanjutan. Tidak mudah mengajak petani untuk segera menanam kelor memang. Namun dengan beragam cara, gerakan konsumsi kelor berjalan merayap. Banyak orang sakit yang bisa diatasi dengan kelor, termasuk dengan kumis kucing, binahong, biji alpukat dan lain sebagainya.
Sayangnya , masyarakat kita masih berpikir, setelah sakit baru mencari obat. Odesa Indonesia sedang berjuang untuk mengubah mindset dari “setelah sakit baru berobat” ke arah prinsip “menjaga kesehatan supaya tidak perlu berobat.”
Fakta ilmiah dunia penelitian
Sampai bulan Januari 2018 lalu, terdapat lebih 1200 penelitian tentang kelor. Secara umum kita ringkas kandungan gizinya sebagai berikut:
Kelor adalah bahan pangan yang sangat sumber kaya vitamin, mineral, dan asam amino. Mengandung sejumlah besar vitamin A, C, dan E; kalsium; kalium; Dan protein. Kandungan Vitamin C-nya 7 kali lipat daripada jeruk, Vitamin A-nya 4 kali lipat lebih besar daripada wortel, Kalsiumnya 4 kali lipat dari susu, potasiumnya 3 kali lipat dari pisang, zat besinya 3 lipat dari sayuran bayam. Ini baru kandungan dalam daunnya yang belum diolah. Jika sudah diolah melalui fermentasi yang baik akan menghasilkan lipatan gizi yang lebih hebat. Bijinya juga sangat baik untuk kesehatan.
Moringa adalah sumber kaya vitamin, mineral, dan asam amino. Ini mengandung sejumlah besar vitamin A, C, dan E; kalsium; kalium; dan protein. Sekian manfaat moringa kalau dibahas tiada habisnya. Itulah mengapa WHO merekomendasikan agar daun dan bijinya digunakan untuk makanan sehat keluarga.
Bayangkan, di dalamya terdapat sekitar 20 jenis asam amino, 46 antioksidan, 36 senyawa yang berguna untuk anti-inflamasi dan lebih melampaui 90 nutrisi. Itu artinya Moringa mampu memasok gizi yang begitu baik. Dan tak lupa, terdapat juga kandungan protein sekaligus serat yang baik untuk pencernaan. Bukankah selama ini banyak masalah kesehatan manusia berawal dari pencernaan? Moringa memberikan jawaban terbaik.
Manfaat Kelor
Menurunkan kolesterol
Mengendalikan gula darah
Melawan berbagai penyakit kanker
Mengurangi peradangan tubuh
Menjadikan tubuh kebal
Menurunkan berat badan
Mengatasi pencernaan, masalah lambung
Mengobati cacingan
Meningkatkan ASI untuk perempuan menyusui
Memperbaiki kerja ginjal
Mengobati pembengkakan pada tubuh
Mengobati kesulitan tidur (Insomnia)
Merangsang pertumbuhan rambut dan ketombe
Menyehatkan kulit dan cairan daun/akarnya bisa mengobati luka dan jerawat
Mengobati radang gusing, termasuk sakit gigi.
Memperbaiki gizi manusia dan hewan
Menyuburkan tanah sekitarnya. (Pungkit Wijaya. Penggemar Kelor Mentah)
Ikuti tulisan menarik Pungkit Wjaya lainnya di sini.