x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Serangan 105 Rudal Amerika-Inggris-Perancis terhadap Suriah

Terma "mission accomplished" tak selamanya bisa diartikan sukses, tapi lebih bermakna bahwa serangan itu sudah diakhiri dan tidak berlanjut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kronologi:

Pada 7 April 2018: rezim Bashar assad melancarkan serangan kimia ke wilayah Douma, di Ghouta Timur, yang mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka.

Pada 08 April 2018: Presiden Donald Trump langsung mengecam keras serangan senjata kimia rezim Assad, dan mengancam akan memberi pelajaran. “Many dead, including women and children, in mindless CHEMICAL attack in Syria. Area of atrocity is in lockdown and encircled by Syrian Army, making it completely inaccessible to outside world. President Putin, Russia and Iran are responsible for backing Animal Assad. Big price... (banyak orang tewas, termasuk wanita dan anak-anak dalam serangan kimia yang tidak masuk akal di Suriah. Area bencana tertutup dan terkepung oleh militer Suriah, dan tidak memiliki akses ke dunia luar. Presiden Putin, Rusia dan Iran bertanggung karena mendukung binatang Bashar Assad. Harha yang teramat mahal...)”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 11 April 2018: Trump kembali berkicau, “Our relationship with Russia is worse now than it has ever been, and that includes the Cold War. There is no reason for this. Russia needs us to help with their economy, something that would be very easy to do, and we need all nations to work together. Stop the arms race?” (Hubungan kita dengan Rusia mencapai tingkat terburuk, termasuk jika dibandingkan dengan periode Perang Dingin. Tidak ada alasan untuk ini. Rusia membutuhkan bantuan ekonomi Amerika, sesuatu yang sangat berat dilakukan, dan kita mau semua negara bekerjasama. Hentikan perlombaan senjata).

Pada 14 April 2018: Amerika bersama Inggris dan Perancis melancarkan serangan udara ke tiga titik di Suriah, yang diduga sebagai fasilitas bom kimia. Dalam serangan, tiga sekutu barat membombardir tiga sasaran di Suriah, sebanyak 105 rudal canggih.

Pada 14 April 2018: Twit Donald Trump “A perfectly executed strike last night. Thank you to France and the United Kingdom for their wisdom and the power of their fine Military. Could not have had a better result. Mission Accomplished!” (Serangan yang dilakuan secara sempurna, tadi malam. Terima kasih kepada Perancis dan Inggris agas kebijakannya bergabung, dan partisipasi kekuatan militer keduanya. Tidak mungkin mencapai hasil yang lebih dari ini. Misi telah dilaksanakan).

Pada 15 April 2018: Trump kembali berkomentar, The Syrian raid was so perfectly carried out, with such precision, that the only way the Fake News Media could demean was by my use of the term “Mission Accomplished.” I knew they would seize on this but felt it is such a great Military term, it should be brought back. Use often!” (serangan terhadap Suriah sudah sudah dilakukan secara sempurna, dengan tingkat presisi tinggi. Dan media-media palu 0hanya bisa menyoroti istilah “Mission Accomplished” yang saya gunakan. Saya tahu media palsu itu akan menyoroti soal ini, tapi ini adalah istilah militer, yang harus kembali digunakan dan sesering mungkin).

-------------------

Lantas apa yang terjadi setelah itu? Tidak ada yang signifikan jika dikaitkan dengan solusi terhadap krisis dan konflik Suriah secara umum. Serangan itu malah justru memicu sejumlah catatan menarik, berikut:

Pertama, sebelum serangan tripartit (Amerika-Inggris-Perancis) dilakukan, PM Inggris Teresa May sudah menegaskan, serangan tidak bertujuan menggulingkan Presiden Bashar Assad. Pernyataan May ini ibarat pengakuan gagal sebelum serangan dimulai. Sebab ini menunjukkan bahwa tripartit tidak bersedia mengarungi perang panjang melawan Putin, yang melindungi Bashar Assad di Suriah.

Kedua, tiga titik target yang diduga sebagai fasilitas senjata kimia (pabrik atau gudang), yang disasar oleh Tripartit tak jelas betul kebenarannya. Sebagian sumber menyebutkan, salah satu sasaran yang hancur itu (itupun kalau benar hancur) adalah sebuah gedung kosong. Jika ini benar, berarti intelijen militer tripartit yang nggak becus. Konon informasi tentang lokasi fasiltias senjata kimia Suriah bersumber pada informasi intelijen Israel. Dan jika ini benar, Israel memang berkepentingan mengalihkan perhatian publik dunia dari kasus pembantaian oleh sniper Israel terhadap puluhan warga Gaza yang berdemo “Great Return”. Kasus Gaza menjadi tenggelam di tengah hiruk pikuk serangan Tripartit ke Suriah.

Ketiga, sesaat atau ketika serangan masih berlangsung, seorang pejabat militer Rusia menegaskan, sebagian besar rudal yang ditembakkan oleh tripartit bisa diintersept. Artinya rudal-rudal itu dihancurkan di udara sebelum tiba di sasaran. Mungkin karena itulah, sehingga jumlah rudal yang ditembakkan berjumlah 105 rudal. Jumlah yang lebih dari cukup untuk menyerang hanya tiga target. Dan ini menunjukkan bahwa tripartit menyadari sebagian besar serangannya terintersep di udara.

Sebagai catatan, pertahanan udara Suriah saat ini dikendalikan oleh Rusia, dengan menggunakan sistem pertahanan udara S400 dan S500, salah satu yang tercanggih di dunia. Mungkin karena itulah, jangan heran bahwa pihak tripartit tidak pernah mempublikasikan hasil serangannya.

Keempat, pernyataan Donald Trump bahwa mission accomplished (pada 14 April 2018), yang dipertegas pada twit lanjutan (15 April 2018), adalah pengulangan istilah yang sama, yang pernah digunakan George Walker Bush pada invasi Irak 2003. Pernyataan seperti ini adalah istilah militer, yang kadang digunakan secara tidak tepat oleh kalangan sipil. Yang perlu dicatat bahwa terma mission accomplished tak selamanya bisa diartikan sukses, tapi lebih bermakna bahwa serangan itu sudah diakhiri (tidak berlanjut), bisa karena sukses, bisa juga karena gagal, sehingga tidak dilanjutkan.

Syarifuddin Abdullah | 17 April 2018 / 02 Sya’ban 1439H

Sumber foto: salah satu pemandangan serangan Tripartit Amerika Serikat, Perancis dan Inggris  pada Sabtu 14 April 2018, yang dirulis kantor berita Suriah, SANA (AFP PHOTO/SANA/HANDOUT/STR).

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler