x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Carang-Carang Garing

Novel pendek berbahasa Jawa yang mengisahkan sejauh mana kemiskinan menyebabkan manusia menjadi jahat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Carang-Carang Garing

Penulis: Tiwiek, SA (Suwignyo Adi)

Tahun Terbit: 2009

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Alfina Primatama                                                                                       

Tebal: vi + 128

ISBN: 978-979-26-6745-8

 

Novel pendek ini sangat menarik. Sebab memosisikan orang-orang yang hidupnya pas-pasan adalah orang-orang yang tak berguna. Hidup yang sulit itu menyebabkan orang menjadi kalap dan berbuat jahat. Akibatnya mereka menjadi “carang-carang garing” yang hanya cocok untuk memperpanjang hidupnya api saja. Baiklah saya tuliskan paragraf terakhir dari novel ini:

Nasibe wong cilik. Wis rekasa ngupaya boga, isih kudu nyandhung lelakon pait kang muthes pangarep-arep dina mburi. Ibarate kayadene carang-carang garing, kang mung bisa kanggo sugon geni minangka kayu bakar, tanpa bisa digunaake kanggo kaperluan liya kang luwih migunani. Nasibnya orang kecil. Sudah susah payah mencari makan, masih harus tersandung jalan hidup yang pahit yang memutus masa depan. Ibaratnya seperti cabang-cabang kering, yang hanya bisa digunakan untuk memperpanjang hidupnya api sebagai kayu bakar, tanpa bisa digunakan untuk keperluan lain yang lebih berguna.

Tiwiek, SA menggunakan kisah pasangan Suyatman Darminah dengan empat anaknya. Pasangan tukang becak dan penjual bumbon. Anaknya yang besar, hamil di luar nikah karena ditipu oleh lelaki kota. Si lelaki tak mau bertanggung jawab. Akibatnya Darmini harus menggugurkan kandungannya. Darmini tertarik dengan tetangganya yang bekerja di kota dan menjadi kaya raya. Dengan lugunya Darmini ingin bekerja di kota bersama tetangganya tersebut. Ternyata pekerjaan yang dilakukan adalah usaha pelacuran. Darmini memilih untuk mengikuti pekerjaan tetangganya tersebut. Suatu saat Darmini bertemu dengan lelaki yang dulu menghamilinya. Si lelaki yang memesannya, tidak tahu kalau perempuan yang di hadapannya adalah Darmini. Pertemuan tersebut membuat dendam Darmini memuncak dan akhirnya membunuh si lelaki. Selanjutnya Darmini melarikan diri.

Sementara anak kedua Suyatman, bernama Darmono, sejak kecil diambil anak oleh adik istrinya. Tutik, adik Darminah menjadi istri Camat dan sudah lama tidak punya anak. Pada saat Tutik hamil, Suyatman berupaya menggugurkan kandungan Tutik. Namun upayanya tidak berhasil. Tutik akhirnya memiliki seorang anak laki-laki. Dalam sebuah peristiwa, Darmono dimarahi oleh Heru – Pak Camat. Darmono kembali ke rumah orangtuanya. Perlakuan Heru terhadap Darmono membuat Suyatman dendam dan membunuh anak Heru-Tutik. Harapannya dengan meninggalnya anak Tutik maka Darmono akan kembali menjadi satu-satunya anak Heru-Tutik.

Namun pembunuhan tersebut akhirnya terbongkar. Suyatman harus masuk penjara. Dan Darmini, yang lelah dalam pelarian, memutuskan untuk kembali ke rumah dan siap apabila dia ditangkap polisi.

Perlu didiskusikan di sini, apakah kemiskinan memang bisa membuat orang menjadi jahat? Apakah keinginan untuk mengubah nasib membuat seseorang gelap mata dan menempuh segala cara? Tema yang diangkat dalam novel ini perlu dibahas. Benarkah kemiskinan adalah akar kejahatan? Padahal dalam kisah ini keluarga Suyatman tidaklah dalam tekanan pihak kaya.

Cerita drama keluarga miskin ini tertuang dalam Bahasa Jawa dengan sangat lancar dan menarik. Keterampilan Tiwiek, SA dalam menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur sangatlah renyah. Layaklah Tiwiek, SA mendapat Anugerah Rancage, sebuah penghargaan sastra daerah yang digagas dan dipimpin oleh Ajib Rosidi.

Sayang penampilan buku ini seadanya. Seperti nasib sastra daerah. Sastra dalam Bahasa Jawa. Semoga Sastra Jawa tidak mengalami nasib seperti keluarga Suyatman, pupus tanpa masa depan. Sebab sastra Jawa bukanlah carang-carang garing yang hanya cocok untuk memperpanjang hidupnya api.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB