x

Akun Instagram @ojekbule. (Instagram/@ojekbule)

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Monopoli Jarak Ojek Online Merugikan Penumpang

Hanya Grab yang menyediakan pelayanan dengan jarak tempuh di atas 25 km. Mereka bisa memonopoli dengan memberi pelayanan seenaknya. Banyak drivermereka ak

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah 8 April lalu, salah satu provider ojek online uber gulung tikar, otomatis hanya ada dua provider besar penyedia jasa ojek online, yaitu Grab dan Gojek. Dua provider ini yang menguasai pasar pelanggan ojek online, dengan spesifik masing-masing.Namun, ada satu spesifikasi pelayanan yangjomplang, dan malah merugikan pelanggan.

 

Gojek, provider ini hanya menyediakan jarak layanan tidak lebih dari 25 Kilometer. Bila pelanggan memasukkan jarak di atas 25 km, aplikasi secara otomatis menolak. Padahal banyak pelanggan Gojek yang perlu menembus batas di atas 25 km. Misalnya, pekerja yang tinggal di daerah pinggir Jakarta, seperti Depok, Bekasi, Tangerang nemun bekerja di tengah Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Dulu, ketika Uber masih beroperasi, armada inilah yang memberikan penawaran alternatif jarak tempuh lebih jauh dengan harga lebih terjangkau. Meskipun, harga murah ini diikuti pelayanan yang setengah kacau. Maka, ketika provider ini selesai, selesai pula alternatif pelayanan jarak jauh dengan harga terjangkau. Saat ini hanya tersisa provider Grab, provider ojek online asal Malaysia yang menyediakan pelayanan jarak tempuh di atas 25 km. sayangnya, tarif Grab jauh di atas Uber, dengan  perbedaan mencapai Rp 20 ribu.

 

Sistem jarak tempuh yang sangat jomplang antara Gojek dan Grab membuat pelanggan tidak diberi opsi saat harus menempuh jarak di atas 25 km. sebab, mau tidak mau, pelanggan harus memilih armada Grab. Posisi ini cukup memojokkan pelanggan ojek online. Sebab, sekali driver Grab membatalkan secara sepihak pesanan yang sudah diambilnya, pelanggan tidak memiliki alternatif pilihan lain. Lebih menyesakkan lagi, ketika alasan yang dikemukakan untuk pembatalan adalah alasan tidak logis.

 

Misalnya, beberapa waktyu lalu ada driver Grab yang menolak memenuhi panggilan aplikasi hanya karena tempat tujuan bernama Jalan Makam – yang bukan makam sama sekali. Penolakan memenuhi tugas ini ditambah lagi dengan permintaan mereka, agar pelanggan membatalkan pesanan. Beberapa driver beralasan, bila mereka yang membatalkan performa kinerja akan turun dan berpengaruh terhadap insentif.

 

Situasi ini semakin menyulitkan pelanggan ojek online. Sebab, setelah pembatalan pertama, pelanggan tidak mudah mendapatkan kembali driver lain. Performa penilaian pelanggan yang muncul di aplikasi driver pun menurun. Sementara itu, pelanggan jarak jauh tidak dapat melakukan pilihan lain. Sebab, provider ojek online lain yang tersedia hanya gojek -  yang tidak dapat menembus jarak 25 km. Apalagi bila situasi ini terjadi malam hari, dimana penumpang yang bekerja di Jakarta dan tinggal di daerah commuter, harus pulang malam.

 

Perilaku driver ojek online yang membatalkan pesanan, mungkin dapat dimaklumi bila terkait dengan performa kendaraan, jarak pengambilan yang terlalu jauh atau waktu penjemputan yang tidak memungkinkan. Namun bila alasan dikemukakan sangat tidak logis, sebaiknya tidak mengiyakan permintaan driver. Biarkan aplikasi terus menyala, sampai mereka membatalkan sendiri pesanan yang sudah diambilnya. Sebab, driver tidak mungkin mengambil pesanan ojek online di luar kesadaran bukan? Setidaknya, mereka harus membaca peta penjemputan dan pengantaran sebelum mereka menyetujui pengambilan orde.

 

Penolakan memenuhi order aplikasi dari driver terkadang  dijadikan modus menaikkan performa kerja demi insentif. Sebab, salah satu provider ternyata memberi kompensasi bagi driver yang pelanggannya  membatalkan pesanan. . tehniknya pun macam – macam, ada yang menyatakan menjemput di pesan chatting , tapi tak jua datang. Jadi, memang sebaiknya ada beberapa provider ojek online Agar provider yang ada tidak lagi memonopoli tarif atau jarak.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler