x

Iklan

Putra Batubara

staf pengajar di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Seneng Nulis
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Zulkifli Hasan Dan Perhatian Besar Terhadap Pesantren

Peran pesantren sangat besar dalam perang kemerdekaan. Karena itu para santri dan umat Islam sekarang harus aktif berjuang memajukan bangsa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan tampaknya menaruh perhatian tinggi terhadap pendidikan dan dunia pesantren. Terbukti bertemu santri dan menyambangi pesantren menjadi bagian dalam rangkaian agenda yang yang dilakukannya selama 12 hari kunjungan di Jawa Timur.

Dalam roadshow tersebut, Zulkifli Hasan setidaknya berkunjung ke tiga pondok pesantren. Yaitu Pesantren Darul Lughah Wad-Dakwah, Pasuruan (Jumat, 20 April 2018), Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo (Selasa, 24 April 2018, Pesantren Al-Fattah Temboro, Magetan (Rabu, 25 April 2018).

Selain mengunjungi sejumlah lembaga pendidikan Islam tersebut, tokoh nasional asal Lampung ini juga menyambangi kampung Inggris di Pare, Kediri (Senin, 23 April2018) yang keberadaannya tak lepas dari sosok Muhammad Kalend Osen, alumni Pesantren Gontor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam kunjungan tersebut, dia menyampaikan pujian terhadap metode dan kurikulum yang dikembangkan oleh pesantren untuk memajukan santri. Tak lupa, sosok yang pernah menempuh Pendidikan Guru Agama ini memotivasi para santri untuk terus melakukan inovasi dan berkontribusi untuk bangsa dan negara.

"Peran pesantren sangat besar dalam perang kemerdekaan. Karena itu para santri dan umat Islam sekarang harus aktif berjuang memajukan bangsa," katanya memotivasi santri Pesantren Darul Lughah Wad-Dakwah.

Diakui memang tak ada yang meragukan bagaimana peran pesantren dalam mendakwahkan ajaran Islam, mencerdaskan anak negeri, hingga dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Banyak pahlawan dan para pejuang yang melawan Belanda saat masa penjajahan adalah para ulama. Bersama para santri yang belajar di lembaga-lembaga dakwah dan pendidikan Islam yang mereka pimpin, para ulama berjihad mengusir penjajah. Resolusi jihad yang dikeluarkan pendiri Pesantren Tebu Ireng dan NU, KH Hasyim Asyari merupakan salah satu contohnya.

Bahkan soal peranan pesantren di Tanah Air ini sudah sejak tahun 1200-an. Dalam buku Tradisi Pesantren, Zamakhsyari Dhofier mengutip pernyataan Dr. Soebardi dan Prof. Johns yang menegaskan pada periode tahun 1200 dan 1600 pesantren adalah tunjung tombak pembangunan peradaban Melayu Nusantara. Ini menunjukkan jauh sebelum Indonesia merdeka pesantren sudah memainkan peran-peran strategisnya.

Lewat pesantren-pesantren tersebut, anak-anak negeri ini tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama atau yang berkaitan dengan akhirat. Karena itu, Zamakhsyari membantah keras penilaian peneliti asal Amerika Serikat, Clifford Geertz, yang dalam satu tulisannya pernah menulis bahwa kehidupan pesantren hanya berkisar pada "kuburan dan ganjaran."

Zamakhsyari menegaskan penilaian tersebut sangat bertentangan dengan watak kyai dan pesantren yang sebenarnya. Karena para kyai juga tidak mau berpaling dari kehidupan dunia. Karena kehidupan dunia bagi kyai sangat penting sebagai "persiapan" untuk mengejar kehidupan yang baik diakhirat. Persiapan yang baik itu termasuk memiliki kekayaan untuk membayar zakat, memberi amal jariah dan naik haji.

Meski memang, Zamakhsyari mengakui pendapat Geertz tentang pesantren tidak tegas dan saling bertentangan satu dengan yang lain. Karena pada tulisan lainnya, antropolog yang mempopulerkan istilah santri, priyayi, dan abangan, tersebut juga pernah menyatakan pesantren menganut faham "kebebasan berusaha".

Namun yang jelas, keberadaan pesantren saat ini telah menjadi tangga bagi anak-anak negeri untuk melakukan mobilitas vertikal. Para santri tidak hanya berkiprah di dalam negeri, tapi di negara-negara maju belahan Barat sana berkat ilmu yang didapat dari pesantren. Seperti digambarkan Ahmad Fuadi dalam Negeri 5 Menara, sebuah novel yang terinspirasi dari pengalaman penulis ketika belajar di Pesantren Gontor.

Dalam bab pertama Novel tersebut, diceritakan bagaimana pertemuan tiga santri alumni Pesantren Gontor yang dalam novel disebut Pondok Madani di Inggris. Pertama adalah Alif yang sedang kuliah di Amerika Serikat sekaligus bekerja sebagai wartawan yang kantornya hanya selemparan batu dari The Capitol dan belasan menit naik mobil ke Gedung Putih.

Kedua, Atang mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir asal Bandung. Tanpa sepengetahuan keduanya sebelumnya, mereka ternyata sama-sama menjadi pembicara dalam The World Inter-Faith Forum. Ketiga adalah Raja asal Medan, yang memang sedang kuliah di Inggris.

Mereka-mereka yang sudah mengembara ke berbagai negara adalah produk-produk pesantren. Tentu butuh perjuangan besar untuk bisa sukses dalam mengenyam pendidikan di pesantren. Karena selain harus belajar keras, disiplin terhadap aturan pesantren juga mesti mandiri karena jauh dari orang tua.

Bahkan sosok Alif yang tak lain penulis Novel Negara 5 Menara tersebut harus berpisah dengan kedua orangtuanya yang tinggal di pinggir Danau Maninjau, Sumatera Barat. Diantar ayahnya saat hendak mendaftar, Alif harus menempuh perjalanan tiga hari naik bus untuk sampai Gontor.

Sampai saat ini pesantren terus melakukan inovasi, bahkan sudah ada pesantren berbasis sains (trensains) seperti yang dikembangkan Muhammadiyah. Muhammadiyah, sesuai dengan semangat pembaruan yang dibawakan pendirinya, KH Ahmad Dahlan, memang terdepan dalam mengintegrasikan ilmu agama dan umum. Termasuk juga pesantren bertaraf internasional seperti Pondok Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Sumbawa yang didirikan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Din Syamsuddin.

Dengan kemajuan pesantren dan berbagai inovasi yang dilakukannya, insya Allah para santri akan terus mengikuti jejak para penduhulu memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsa ini sebagaimana diharapkan Ketua MPR Zulkifli Hasan tersebut.

Ikuti tulisan menarik Putra Batubara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler