x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Afghanistan dalam Spiral Aksi Kekerasan

BBC menyebutkan, saat ini Taliban menguasai sekitar 70 persen wilayah Afghanistan. Kontrol efektif pemerintahan Afghanisatan hanya sekitar 30 persen.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selama empat bulan terakhir, Januari sampai 30 April 2018, tercatat tujuh serangan mematikan berupa aksi bom bunuh diri atau penyerangan bersenjata di Afghanistan, yang menewaskan hampir 300 orang. Artinya, rata-rata dua aksi besar setiap bulan (lihat: lampiran kronologi aksi kekerasan di Afghanistan).

Fakta kekerasan itu menunjukkan, Afghanistan benar-benar berada dalam spiral aksi kekerasan, yang no body knows, kapan akan berakhir. Dan pada tiap aksi kekerasan, ada dua kelompok yang diduga menjadi pelaku: Taliban dan/atau ISIS, baik lewat klaim pernyataan bertanggung jawab, ataupun melalui dugaan laporan media.

Beberapa analis menyebutkan, eskalasi aksi-aksi kekerasan itu merupakan bentuk protes dan/atau upaya menggagalkan agenda Pemilu Legislatif pada Oktober 2018, yang nantinya dilanjutkan dengan Pemilihan Presiden pada 2019. Tapi analisis ini lebih bersifat spekulatif. Sebab pada 28 Februari 2018, Pemerintah Afhganistan, yang dipimpin President Ashraf Ghani, mengumumkan siap mengakui Taliban sebagai partai politik yang sah, sebagai bagian dari proses perdamaian dengan kelompok-kelompok Islam di Afghanistan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengacu pada fakta-fakta di atas, bisa dikatakan, seluruh wilayah Afghanisatan adalah daerah tempur. Dan kabul saat ini menjadi kota paling berbahaya di muka bumi. Eskalasi kekerasan ini terjadi justru setelah Amerika (Donald Trump) sudah mengubah strateginya di Afghanisatan.

Seperti diketahui, Afghanistan merupakan negara prioritas operasi intelijen dan operasi militer Amerika, yang diumumkan oleh Donald Trump pada 21 Agustus 2017, melalui kebijakan yang disebut “New Afghanistan War Strategy”, dan saat itu, tentara Amerika di Afghanistan sekitar 8.400 personil.

Lalu pada Januari 2018, tentara Amerika di Afghanistan diperkirakan sudah mencapai 14.000 personil (angka ini turun dari sekitar 100.000 personil pada 2001, ketika Ameria menginvasi Afghanistan). Artinya, intervensi militer Amerika di Afghanistan praktis sudah berjalan 17 tahun (terlama dalam sejarah intervensi militer langsung Amerika di sebuah negara), dan telah menewaskan lebih dari 2.200 tentara Amerika.

Namun strategi baru Donald Trump tampaknya belum membuahkan hasil. Kekerasan masih berlanjut dan cenderung semakin intens.

Dan ada fakta yang membingungkan, yang sangat kontras dengan tujuan strategi baru Donald Trump: pada Maret 2018, studi BBC menyebutkan, saat ini Taliban menguasai sekitar 70 persen wilayah Afghanistan. Artinya, kontrol efektif pemerintahan Afghanisatan hanya sekitar 30 persen wilayah Afghanistan.

Banyak hal yang diketahui tentang Afghanistan. Namun berbagai dinamika dan spiral kekerasan yang terjadi selama empat bulan terakhir menunjukkan, lebih banyak yang tidak diketahui tentang Afghanistan.

Syarifuddin Abdullah | 01 Mei 2018 / 16 Sya’ban 1439H.

Sumber foto: columbia.edu

---------------------

Kronologi aksi bom di Afghanistan:

  1. 30 April 2018, sebanyak 25 orang tewas dalam dua ledakan kembar di kota Kabul. Tercatat 9 di antaranya adalah wartawan, yang datang meliput ledakan pertama, tapi kemudian menjadi korban pada ledakan kedua. Pelaku yang meledakkan diri di tengah kerumunan wartawan juga berpakaian seperti wartawan. Inilah serangan tunggal paling mematikan terhadap wartawan dalam sejarah Afhganistan.
  2. Senin 22 April 2018, sebanyak 60 orang tewas dan 119 orang cedera dalam aksi ledakan di pusat pendafataran Pemilu.
  3. 21 Maret 2018, sebanyak 31 orang tewas dan 52 orang cedera dalam serangan bom bunuh diri di dekat sebuah makam, di kota Kabul.
  4. 10 Maret 2018, sebanyak 24 personil keamanan tewas dalam penyerangan terhadap pasukan keamanan di Provinsi Farah, bagian barat Afghanistan.
  5. Februari 2018, beberapa orang tewas dalam serangan bom bunuh diri di kawasan Shashdarak, dekat Green Zone, yang menjadi lokasi compound korps diplomatik di kota Kabul.
  6. Januari 2018, hampir 100 orang tewas dalam ledakan yang dipasang sebuah mobil ambulance.
  7. 22 Januari 2018, sebanyak 22 orang dalam penyerangan Kabul's Intercontinental Hotel.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler