x

Iklan

wiji al jawi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kelompok-Kelompok Muslim Di China

Kelompok muslim yang berpengaruh di kalangan Hui, yaitu Gedimu (Qadim), Menhuan (ordo-ordo Sufi), Yihewani (Ikhwan), Xidaotang, dan Sailaifengye (Salafi).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada 2009, Pew Research Center memperkirakan ada sekitar 21 juta muslim di China atau 1,6% dari total penduduk China. Mayoritas muslim China berasal dari suku Hui (48%), Uyghur (41%), dan Kazakh (6,1%). Sisanya berasal dari suku Dongxiang, Kyrgyz, Uzbek, Salar, Tajik, Bonan, dan Tatar.

Hubungan muslim Hui dengan Uyghur kerap diwarnai ketegangan, mereka mengelola masjid secara terpisah. Pemerintah China menggunakan Hui untuk menekan perlawanan Uyghur. Pada Kerusuhan Xinjiang 2009, demonstran Uyghur menyerukan untuk membunuh baik orang Han maupun Hui (Han adalah kelompok suku mayoritas di China, sekitar 92% dari total populasi).

Mayoritas muslim China adalah Sunni dan bermazhab Hanafi. Tulisan singkat ini hanya membahas kelompok-kelompok muslim yang berpengaruh di kalangan Hui, yaitu Gedimu (Qadim), Menhuan (ordo-ordo Sufi), Yihewani (Ikhwan), Xidaotang, dan Sailaifengye (Salafi).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gedimu (Qadim)

Islam masuk ke China pada masa Dinasti Tang (618 - 907 M). Di akhir masa Dinasti Ming (1368 - 1644 M), kelompok Sufi mulai masuk ke China. Sebagian muslim China kemudian bergabung dengan Sufi. Mereka yang tidak bergabung dengan Sufi kemudian disebut sebagai kelompok lama (qadim).

Seiring berjalannya waktu, kelompok Gedimu banyak menyerap unsur budaya China dan juga praktik keagamaan kaum Sufi. Mereka juga melafalkan bacaan Qur'an dan doa dalam bahasa Arab dengan cara pelafalan orang Han. Gedimu adalah kelompok muslim terbesar di kalangan Hui.

Menhuan (ordo-ordo Sufi)

Menhuan berasal dari kata menhu, yang biasa digunakan di China Barat Laut, yang berarti gerbang atau golongan. Ordo-ordo Sufi yang terdapat di China antara lain adalah Jahriyah (pecahan ordo Naqsabandiyah), Khufiyah (pecahan ordo Naqsabandiyah), Qadiriyah, dan Kubrawiyah.

Ordo-ordo Sufi ini sangat mengagungkan kuburan para pemimpin mereka. Masjid dibangun di sisi kuburan pemimpin mereka. Mereka juga secara rutin berkumpul di sekitar kuburan tersebut untuk berdoa dan meminta keberkahan.

Yihewani (Ikhwan)

Yihewani (Ikhwan) berbeda dengan Ikhwanul Muslimin yang berasal dari Mesir. Yihewani dibentuk oleh Ma Wanfu (1849 - 1934 M) setelah dirinya pergi haji ke Mekkah dan berinteraksi dengan Gerakan Salafi.

Ma Wanfu melihat Islam di China sudah terlampau banyak mengalami Chinaisasi (hanhua) sehingga telah melenceng dari ajaran Islam yang asli. Ma Wanfu kemudian pulang ke China pada 1892 dan mulai menentang praktik keagamaan Gedimu dan kaum Sufi.

Seiring berjalannya waktu, Yihewani kemudian berubah dari persaudaraan fundamentalis menjadi kelompok pro pemerintah yang mempromosikan pendidikan modern dan nasionalisme. Yihewani menjadikan Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, sebagai acuan.

Di antara kelompok-kelompok muslim di China, Yihewani adalah yang paling didukung oleh Partai Komunis China. Kelompok militan Uyghur (Hizbul Islam Turkistan) menyebut Yihewani sebagai pihak yang bertanggung jawab atas sedikitnya orang Hui yang bergabung dengan kelompok jihad.

Xidaotang

Xidaotang dapat diartikan sebagai Aula Jalan Barat atau jalan kehidupan yang berasal dari barat. Kelompok ini didirikan pada 1901 oleh Ma Qixi (1857 - 1914), seorang muslim yang berusaha memadukan ajaran Islam tradisional dengan ajaran Konghucu.

Kelompok ini hidup secara komunal dan membangun jaringan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Praktik keagamaannya mirip dengan Gedimu namun ditambah beberapa elemen Jahriyah. Mereka merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad, hari kematiannya, dan juga hari kematian Ma Qixi.

Sailaifengye (Salafi)

Salafi masuk ke China melalui Ma Debao dan Ma Zhengqing, keduanya adalah da'i Yihewani. Pada 1936 mereka pergi haji dan berinteraksi dengan Gerakan Salafi. Sekembalinya ke China, mereka menyebarkan pemahaman Salafi ke kalangan Yihewani. Awal 1950-an, Ma Debao memisahkan diri dari Yihewani.

Salafi mengalami pertumbuhan pesat setelah berakhirnya Revolusi Kebudayaan dan China melakukan serangkaian reformasi pasca 1979. Salafi Hui dan Salafi Uyghur saling menjalin koordinasi secara terbatas, namun keduanya mengambil agenda politik yang berbeda. Salafi Hui memilih untuk tetap netral secara politik.

 

Sumber:

Dillon, Michael. China's Muslim Hui Community, Routledge Publisher.

Gillette, Maris Boyd. Between Mecca and Beijing: modernization and consumption among urban Chinese Muslims, Stanford University Press.

Ikuti tulisan menarik wiji al jawi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler