x

Iklan

Ketut Budiasa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Persekusi Para Kurawa

Sekelompok laki2 mengerumuni seorang ibu dan anaknya. Mereka berteriak, mengejek, mencemooh, beberapa diantaranya mengibas2kan uang ke wajah si ibu...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sekelompok laki2 mengerumuni seorang ibu dan anaknya. Mereka berteriak, mengejek, mencemooh, beberapa diantaranya mengibas2kan uang ke wajah si ibu, sementara yang lain berusaha menyumpalkan pisang ke mulut mahluk lemah itu. Anaknya menangis, entah takut atau tak tega sekaligus tak berdaya melihat bagaimana ibunya diperlakukan oleh kaum jantan yang seharusnya perkasa tersebut.

“Kita tidak takut, Nak. Tidak akan pernah. Karena kita benar...”. Demikian suara si ibu bergetar, menenangkan putranya. Mungkin juga menenangkan dirinya sendiri. Ungkapan penutup ibu itu selanjutnya berupa pertanyaan. Pertanyaan yang tak saya tulis disini, karena begitu berat pertanyaan itu, hingga manusia bernalar dan bernurani akan bergetar hatinya, untuk pada akhirnya mengakui : “pertanyaan ibu begitu sulit untuk kami dijawab....”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bukankah dulu di balairung Hastinapura, Kakek Bhisma, Mahaguru Drona, Penasehat Kripa, Mahasenapati Karna juga terdiam, tertunduk tak mampu menjawab jeritan Drupadi : “wahai kalian para bijak dan ksatria2 keturunan bangsa Kuru, mengapa kalian diam melihat kelakuan Kurawa terhadap seorang wanita ini ? Dursasana telah menyentuh rambutku, menarik tanganku, menyeret tubuhku. Duryodana mengejek dan mencemoohku seolah aku pelacur. Tolonglah kalian jawab : kebenaran macam apa yang kalian tegakkan dalam keluarga Bharata ini ? Mengapa kalian diam mematung ?”

Mereka pantas diam. Mereka pantas malu. Mereka pantas tersayat. Hanya Kurawalah yang pantas bersorak gembira. Karena Kurawa tak akan dapat memahami bahwa berkat kebaikan seorang wanitalah semesta ini bersikap lembut terhadap penghuninya. Berkat penghormatan pada wanita lah usaha2 manusia memberikan hasil yang sepadan. Berkat dihormatinya wanita lah para Dewa berkenan melimpahkan kesejahteraan.

Para Kurawa tak akan paham makna ayat dari kitab Manawa Dharmasastra ini :

Yatra naryastu pjyante ramante tarra dewatah

Yatraitastu napjyante sarvastatra phalah kriyah

(Dimana wanita dihormati, disanalah para Dewa senang dan melimpahkan anugerahnya.

Dimana wanita tidak dihormati, maka tidak ada upacara suci apapun yang memberikan pahala mulia).

Para bedebah Kurawa Milenium itu tak akan beroleh kebaikan apapun dengan mempersekusi seorang wanita. Tapi setidaknya, kita tau seburuk apa gerombolan mereka.

Ikuti tulisan menarik Ketut Budiasa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB